Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.
Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.
Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.
Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 — Sejak Kapan?
“S*al!”
Camelia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi meja kerja yang ada di dalam kamarnya, ia mendongak sambil memejamkan kedua matanya. Ia merutuki dirinya sendiri yang menangis selama beberapa hari karena tindakan Nerios.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa tindakan pria itu dapat membuat mentalnya sedikit terguncang. Ia bukan pertama kali yang namanya berciuman-karena ia sudah pernah berpacaran beberapa kali.Tetapi, itu semua terjadi atas dasar suka sama tidak suka, tidak ada paksaan seperti yang dilakukan Nerios.
Camelia pun tidak pernah berharap bahwa Nerios akan meminta maaf padanya. Tetapi ternyata, pria itu selalu minta maaf setiap malam. Awalnya ia kira semua itu hanyalah mimpi.
Namun, semalam saat dirinya mencoba tidur dalam keadaan mata terpejam, ia mendengar pintu kamar terbuka, langkah kaki yang berjalan perlahan, lalu sebuah bisikan;
“Maafkan aku, Camelia …”
Perkataan yang sering ia dengar saat tertidur itu ternyata bukan mimpi. Terlebih ketika sebuah kecupan mendarat di keningnya, membuat Camelia hampir membuka kedua kelopak matanya.
Camelia kembali menegakkan tubuhnya, matanya menatap tumpukan kertas yang ada di atas meja. Ini adalah hari ketujuh sejak kejadian tersebut, kondisi Camelia pun sudah sepenuhnya membaik, jadi ia mulai mempelajari lagi tata cara menjadi sekretaris sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Selama Camelia mengurung diri, Sheryl yang mengambil alih posisi itu. Setelah Camelia membaik, Rayhan menyuruhnya kembali belajar, jelas karena permintaan Nerios.
Pria itu sudah tidak nyaman didampingi Sheryl yang terus memohon agar jabatannya tidak diturunkan, bahkan lancang meminta agar Nerios memberikan posisi lain pada Camelia.
“Banyak banget yang harus dipelajari,” keluhnya saat menatap tumpukan kertas tersebut.
Cklek!
Pintu kamar terbuka dengan kasar. Nerios muncul, terlihat tersengal seperti habis berlari jauh. Wajah penuh keringatnya menampilkan senyum simpul pada Camelia.
Ia senang bukan main saat Rayhan memberitahu bahwa Camelia sudah membaik dan bisa ditemui. Setelah menyelesaikan tugas kantor, ia langsung bergegas pulang, tak lupa mampir ke salah satu restoran cepat saji.
“Kenapa?” tanya Camelia ketus, matanya melirik sinis nerios.
Nerios tidak marah, ia justru senang karena wanitanya sudah kembali seperti semula. Ia hanya menggelengkan kepalanya, lalu melangkah masuk ke dalam kamar, tak lupa menutup pintu. Ada beberapa hal yang harus dibicarakan berdua dengan camelia.
“Aku senang sekali saat Rayhan berkata bahwa kau sudah bisa ditemui,” ungkap Nerios, ia berdiri tak jauh dari Camelia.
“Lalu?” Camelia terlihat tidak peduli dengan rasa senang itu.
“Ada yang mau aku bicarain berdua, tapi sebelum itu …” Nerios menyodorkan paperbag ke hadapan Camelia. “Aku membawakanmu makanan.”
Camelia menatap paperbag itu dengan datar. “Kau ingin membuatku gemuk karena makan malam-malam?”
Nerios menggeleng. “Aku hanya ingin membuat nafsu makanmu kembali,” jelasnya.
“Tapi makanan yang kau bawa itu fast food, tidak sehat!” cibir Camelia.
Nerios mengendus, sifat menyebalkan camelia sudah kembali. “Lalu kau mau atau tidak? Jika tidak maka akan aku berikan pada pelayan saja!” Ia membalikan tubuhnya, hendak beranjak keluar dari dalam kamar.
“Mau! Aku mau!” sergah Camelia cepat. Makanan itu memang menggoda, tapi ia gengsi bila langsung menerimanya begitu saja.
Pria itu menahan senyumnya, lalu kembali berbalik menatap Camelia. “Mau langsung kau makan?”
“Bukannya kau ingin mengajakku berbicara?” tanya Camelia yang dibalas anggukan oleh nerios. “Ya sudah kalau begitu tolong letakan di atas meja nakas saja terlebih dahulu.”
“Oke.” Nerios berjalan ke arah meja nakas, lalu meletakan paperbag itu di sana.
Kemudian ia duduk di pinggir kasur dan Camelia memutar posisi duduknya, sedikit menyamping ke arah Nerios.
Nerios tersenyum tipis, memuji Camelia di dalam hatinya, karena malam ini wanita itu terlihat cantik. “Aku ingin meminta maaf padamu,” katanya memulai pembicaraan.
Camelia tak menjawab, ia hanya menatap Nerios dengan datar, membiarkan pria itu menyelesaikan semua ucapannya terlebih dahulu.
“Aku minta maaf karena perbuatanku sangat lancang. Aku tidak menemuimu sebelumnya karena menuruti permintaanmu, jadi aku tidak bisa langsung meminta maaf. Padahal sebenarnya aku sangat ingin bertemu, tapi aku tidak mau kau semakin marah.”
“Hm …” tekanan kata pada baris kalimat terakhir membuat Camelia risih, nada itu terdengar begitu tertekan seakan pria itu tersiksa jika tidak bisa bertemu dengannya.
“Maka dari itu aku mohon, jangan lagi melakukan percobaan kabur yang bisa membuatku hilang kendali kapan pun. Aku takut menyakitimu!” ucap Nerios memohon.
Sebelah alis Camelia terangkat, tak setuju dengan permohonan itu. “Aku bukan kekasihmu dan kau menyakitiku bukan karena perbuatanku, tapi karena kau yang tidak bisa mengendalikan diri. Perbuatanku hanyalah tindakan untuk melepaskan diri dari orang yang ternyata penuh dengan obsesi. Aku setuju ikut bersamamu sebagai jaminan karena aku tidak tau bahwa ternyata kau begitu terobsesi padaku, jika aku tau lebih awal maka aku lebih memilih menolak dan melakukan hal lain.”
“Aku memang tidak bisa mengendalikan diriku, Camelia.” Ia mengaku dengan suara yang datar, tatapannya berubah dingin. “Tapi apa salahnya kau membantuku agar aku tidak hilang kendali? Kau juga harus sadar posisimu!”
“Aku sadar posisiku!” sentak Camelia, ia menghela nafas berat sambil bersedekap dada, lalu berkata, “Maka dari itu aku minta padamu untuk lepaskan saja aku, kita buat kesepakan yang lain, aku sungguh tidak sanggup berada di sisimu.”
Nerios mengepalkan tangannya di atas paha, urat lehernya mulai menonjol, ia menahan amarahnya sekuat tenaga. “Tidak ada kesepakatan yang lain, kau tetap harus berada di sisiku selamanya!”
“Aku bisa melunasi hutang itu, walau mungkin membutuhkan waktu yang lama, tapi aku yakin aku bisa!”
Secara kasar tidak bisa, secara halus pun tidak bisa. Lalu bagaimana cara Camelia melepaskan diri dari Nerios? Ini semua memang kesalahannya karena ia yang tidak berpikir panjang, yang ada di pikirannya adalah keselamatan keluarganya, jadi ia bisa bertindak nekat seperti itu.
“Ini bukan soal hutang.” Suara nerios terdengar berat, tatapan matanya semakin menajam. Keinginannya untuk berbicara santai dengan camelia hancur begitu saja. Harusnya ia sadar sejak awal bahwa orang keras kepala seperti camelia akan sulit ditaklukan.
Nerios menyibak rambutnya ke belakang,kakinya bergerak gelisah. “Ini soal diriku yang menginginkanmu, aku sudah mengincarmu sejak lama. Jadi tidak alasan untuk melepaskan sesuatu yang sudah menjadi milikku! Tidakkah kau melihat cintaku padamu? Seharusnya kau sadar bahwa aku sangat mencintaimu, maka dari itu aku melakukan segala hal untuk mendapatkanmu!”
“Itu bukan cinta, itu obsesi!” bentak Camelia, ia menggigit bibir bawahnya karena merasa geram. “Sadarlah, Nerios! Semua yang kau lakukan itu karena obsesi semata, bukan karena cinta, dan itu sangat tidak baik untukku atau pun dirimu.”
“Kau pikir aku peduli dengan semua itu?” Nerios menopang wajahnya pada tangan kanan yang ia letakan di atas kakinya. “Yang aku pedulikan hanyalah dirimu, dirimu yang harus selalu berada di sisiku, karena aku sudah sangat lama menunggu momen ini.”
“Sejak kapan?” tanya Camelia penuh selidik.
Berikan dukungan kalian teman-teman!
Jangan lupa vote dan komen
Salam cinta, biebell