Sang Dewi Nemesis Hukum Nolite, yang jutek harus berkelahi dengan berondong teknik yang Playboy itu. Iyuuuuh .. nggak banget!!!!!
Tapi bagaimana kalau takdir berkata lain, pertemuan dan kebersamaan keduanya yag seolah sengaja di atur oleh semesta.
"Mau lo sebenernya apa sih? Gue ini bukan pacar lo Cakra, kita udah nggak ada hubungan apa-apa!" Teriak Aluna tertahan karena mereka ada di perpustakaan.
Pria itu hanya tersenyum, menatap wajah cantik Aluna dengan lamat. Seolah mengabadikan tiap lekuk wajah, tapi helai rambut dan tarikan nafas Aluna yang terlihat sangat indah dan sayang untuk dilewatkan.
"Gue bukan pacar lo dan nggak akan pernah jadi pacar lo. Cakra!" Pekik Aluna sambil menghentakkan kakinya di lantai.
"Tapi kan waktu itu Kakak setuju mau jadi pacar aku," pria itu memasang ajah polos dengn mata berkedip imut.
"Kalau lo nggak nekat manjat tiang bendera dan nggak mau turun sebelum gue nuritin keinginan gila lo itu!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sial
Hari yang sial sekaligus melelahkan. Aluna mengempaskan tubuhnya begitu saja di atas kasur berlapis sprei warna liclac polos dengan aroma lavender favoritnya.
Aluna mengubah posisi yang awalnya tengkurap menjadi terlentang. Manik mata berwarna coklat gelap itu berkedip beberapa kali menatap langit-langit kamar yang berhias lampu-lampu kecil. Aluna membekap wajahnya sendiri dengan boneka kuromi.
"Agh ....!!!"
Gadis yang masih berpakaian lengkap itu berteriak, tapi ia berusaha menahan teriakannya agar tidak terdengar sampai ke luar kamar. Dengan keras ia menghentakan kakinya berkali-kali di ranjang menyalurkan rasa sebal dan kesal yang memenuhi rongga dada hingga membuat Aluna mual.
"Kenapa harus ketemu dia lagi sih?" gumam Aluna gusar.
Aluna menurunkan sedikit boneka yang menutupi wajahnya, mengigit ujung telinga kuromi dengan keras.
"Kenapa? Kenapa ya Tuhan? Kenapa dari ratusan kota dan ribuan institusi pendidikan, kenapa kau pertemukan hamba lagi dengan bocah kematian ini, Ya Tuhan ku! Agh ...!"
Boneka kuromi terlempar ke ujung ranjang, tergeletak tak berdaya. Aluna mencoba mengatur nafasnya, sadar jika ia sudah terlalu terbawa emosi. Gadis bermayang panjang itu perlahan bangkit dari ranjangnya, setelah lebih tenang.
"Oke Aluna, tenang. Lo harus tenang, pura-pura aja nggak kenal dia, keep clam, chill ..."
Aluna mengambil nafas dalam dan menghembuskan perlahan dengan mata tertutup. Namun, bukan ketenangan yang Aluna rasakan, senyum dan pekikan pria berambut hitam dengan satu tindikan di telinga kanannya malah terlintas di otak Aluna.
"Ish .. kenapa kebayang dia mulu sih, ish dasar kuman," gerutu Aluna kesal.
Ia pun beranjak membersihkan diri, tubuh yang lengket dan pikiran yang penat harus segera di segarkan dengan berendam air hangat, bomb busa dengan aroma terapi. Yups, obat terbaik untuk stress.
Aluna membuka kran untuk mengisi bathtub nya dengan air hangat. Setelah dirasa cukup ia mengambil satu bomb busa berbentuk hati yang ia letakan di kotak penyimpanan khusus. Seketika reaksi kimia terjadi saat Aluna meletakan bomb busa itu dalam bathub, air yang tadinya jernih berubah kemerahan, busa pun seketika melimpah di permukaan air dengan aroma stroberi mix lavender.
Satu persatu Aluna menanggalkan baju yang melekat di tubuh rampingnya. Perlahan Alkuna mulai masuk dan menggelamkan tubuhnya dalam cairan merah hangat dan menenangkan itu. Emosi yang tadinya membuncah perlahan mereda, seolah larut dalam hangatnya air di bathub. Mungkin aneh, tapi beginilah cara Aluna menenangkan dirinya. Menyendiri, melakukan sesuatu yang ia sukai dalam hening yang menentramkan.
Diluar sana, bisa saja Aluna meledak-ledak. Namun sejatinya Aluna hanya Aluna, gadis manis yang selalu suka hal-hal kecil. Dengan lembut Aluna mulai mengusapkan busa di lengannya, tiba-tiba kilasan saat dia SMA terlintas begitu saja.
"Udah lama banget ya, dua tahun ..."
Fuh ....
Aluna meniup busa di tangannya, menerbangkan gelembung-gelembung kecil itu sesaat sebelum kembali jatuh ke air.
.
.
.
.
Ke esokan paginya.
Pagi yang cukup cerah menyapa Nolite University yang selalu penuh kejutan untuk setiap penghuninya. Tempat dimana cerita, cita dan kadang juga cinta berawal atau bahkan berakhir. Entah berapa kisah cinta yang tumbuh dan pupus di kampus itu, tapi bagi pria muda ini , hari ini adalah awal. Awal dari kisah kehidupannya. Dari satu jam yang lalu dia berdiri di parkiran kampus.
Hari ini dia sengaja ingin lebih rapi dan terlihat tampan untuk sang pujaan hati. Penampilannya memang terlihat santai tapi tetap stylish, dengan jaket baseball abu-abu dengan kaos putih polos, celana rapped jeas dan sneakers yang melengkapi.
"Kok belum dateng ya?" gumamnya sembari melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan.
Pemuda tampan itu mengeluarkan ponsel dari saku celana untuk mengirimkan pesan pada orang yang memberikan dia informasi jadwal kedatangan "Dewi Nolite university" pagi ini. Tapi sampai lewat waktu yang diinformasikan, sang dewi belum juga terlihat, bahkan kereta kencananya pun belum terdengar mendekat. Pemuda ini merasa tertipu.
Namun, saat ia sibuk mengetik makian dengan kedua jempol di ruang pesan sang informan. Sebuah mobil berwarna merah melintas di depannya, lalu perlahan menurunkan kecepatan sebelum akhirnya berhenti dengan sempurna.
(Di dalam mobil)
"Thanks ya Will udah nebengin gue lagi, tapi besok gue udah berangkat sendiri kok. Mobil gue udah selesai di service," ucap Aluna tanpa melihat pada William yang sedang menyetir.
Gadis itu justru sibuk memeriksa isi tasnya takut ada sesuatu yang tertinggal, karena Aluna bangun kesiangan hari ini.
"Santai aja sih, selama duit bensin lancar," celetuk William sambil merapikan rambutnya.
"Dih, mata duitan banget lo," sahut Willlona
"Suka-suka gue lah, dan asal lo tau. Uang bensin si merah ini tuh pake uang bulanan gue anjir," sarkas Willim kesal, Willona hanya menaikan bahunya acuh.
"Iya Bapak william, nanti uangnya saya tf ya."
Aluna menutup tasnya lalu bersiap untuk turun. Namun, celetukan Willona membuat tangan Aluna yang hendak membuka pintu terhenti.,
"Lun, itu bukannya Adik kelas yng manggil lo pacar kemarin ya?" tanya Willona dengan pandangan yang tertuju pada seorang pemuda yang berjalan kearah mobil Wiliam.
Netra Aluna menyipit mengarah kemana Willona mengarahkan pandangannya. Seketika mata Aluna membulat sempurna melihat orang yang paling tidak ingin dia temui secara sengaja di kampus kini malah menghampirinya.
"Lo kemarin kenapa langsung lari sih Lun? Lo ada dosa ya ama tu bocah?" Tanya Wiliam yang sangat heran dengan tingkah Aluna kemarin di kantin.
Gadis itu berlari tergesa-gesa setelah meletakkan corndog mereka di atas meja tanpa mengatakan apapun. Bahkan Wiliam dan Willona juga tidak tau kapan Aluna pulang.
"Ngaco banget, mana ada gue-"
Tok
Tok
Ucapan Aluna terhenti saat sosok yang mereka bicarakan mengetuk kaca mobil penumpang dengan memasang senyum yang paling lebar yang ia punya.
"Tuh sampe nekat ngejar-ngejar lo kayak gini, gue yakin lo punya dosa besar sama ni bocah," imbuh William lagi.
"Atau jangan-jangan lo udah ambil first time-nya," timpal Wilona.
"HAH!"
Wiliam dan Willona saling menatap dengan ekspresi yang dibuat terkejut, mulut mereka terbuka tapi di tutup dengan tangan. Aluna mendengus kesal sambil mengusap dadanya yang tidak begitu datar.
"Lama-lama gue jedotin pala lo berdua di tembok cina!" Pekik Aluna yang susah kehabisan kata-kata dengan kejulidan kembar maniak corndog itu.
Aluna pun membuka pintu dengan kasar, lalu segera turun dari mobil. Segera ia menarik tangan pemuda yang sejak tadi mengetuk kaca mobil sambil tersenyum aneh.
"Pacar mau kemana? Ah~ pasti mau lepas kangen sama aku ya. Hem, iya sih aku juga kangen, tapi jangan ke tempat sepi ya. Nanti ada setan," cerocos pemuda itu selama Aluna menarik tangannya.
Aluna hanya diam berusaha menahan diri agar tidak mengumpat. Terus berjalan cepat dengan tangan yang tak lepas dari si pemuda itu.
Brak.
Aluna melepaskan tangannya, dengan sengaja menabrakkan tubuh pemuda yang dua delapan bulan lebih muda darinya itu ke rak buku.
"Mau lo sebenernya apa sih? Gue ini bukan pacar lo Cakra, kita udah nggak ada hubungan apa-apa!" Teriak Aluna tertahan karena mereka ada di perpustakaan.
Pria itu hanya tersenyum, menatap wajah cantik Aluna dengan lamat. Seolah mengabadikan tiap lekuk wajah, tapi helai rambut dan tarikan nafas Aluna yang terlihat sangat indah dan sayang untuk dilewatkan.
"Gue bukan pacar lo dan nggak akan pernah jdi pacar lo. Cakra!" Pekik Aluna sambil menghentakkan kakinya di lantai.
"Tapi kan waktu itu Kakak setuju mau jadi pacar aku," pria itu memang ajah polos dengn mata berkedip imut.
"Kalau lo nggak nekat manjat tiang bendera dan ga mau turun sebelum gue nuritin keinginan gila lo itu, gue nggak bakal mau tau nggak!"
ini juga kenapa pada Ngeliatin Aluna kaya coba.
apalagi dia yang setatusnya sebagai orang tua Cakra. kenapa gak di laporin aja kepolisi si.
Nyatanya mau Cakra tw Om Hail pun sama² keras kepala dalam mempertahankan rasa cinta mereka buat seseorang yg spesial di hati mereka,,,
Apa ini??bakalan ada Drama apalagi yg akan Luna liat???
padahal anak gak tau apa", masa ibunya kecelakaan dan meninggal kesalahan nya harus di tanggung sang anak sampai dewasa?? emang kecelakaan itu disengaja?? salut sama Cakra yg bisa kuat menjalani kehidupan yg keras tanpa kasih sayang orang tua..
padahal anak ny Cakra tapi lebih pro ke Miranda, pasti perkara uang lagi 😒😒