NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO
Popularitas:384
Nilai: 5
Nama Author: chery red

Alexa, pewaris klan Black Dragon, hidup dalam bayang-bayang balas dendam. Ketika keluarganya dibantai, ia bersumpah untuk membalas dendam dan merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi miliknya. Dalam perjalanannya, ia bertemu Erick, seorang playboy yang perlahan mulai jatuh cinta padanya. Namun, cinta mereka terancam oleh ambisi dan dendam yang membara, Alexa harus memilih antara cinta, balas dendam, dan takdirnya sebagai pemimpin.
"Jauhi aku dan jangan pernah mengejar dan mengharapkan cintaku" Alexa Onyx Medici

"Aku telah jatuh cinta padamu sejak awal kita jumpa, jangan pernah pergi dari sisiku" Raj Erick Aditya Narayan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chery red, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Ditolak

Berusaha mempertahankan wajah dinginnya, Erick menghampiri Alexa yang sibuk membenahi map dalam pelukannya. "Duuuhh.. Berat banget sih ! Engga kira-kira si Tonggos itu ngasih kerjaan. Mana mesti bolak balik ke lantai dua. Kenapa engga sekalian aja sih ngasih kerjaannya jadi kan aku engga perlu turun naek lift dan desak-desakan berjubel dengan yang lainnya. Untung engga di suruh pake tangga ke lantai dua nya. Bisa tambah kurus aku !" dumel Alexa tanpa menyadari jika Erick telah berada di sampingnya, ikut menunggu datangnya lift. Akhirnya pintu lift terbuka dan untungnya lift tidak terlalu penuh, menyisakan ruang kosong untuk mereka bertiga.Alexa meringis kesakitan sambil berusaha menyeimbangkan tumpukan map yang semakin berat. Bahunya terasa nyeri karena beban yang harus ditanggungnya. "Duuuhh.. Tonggos itu kenapa sih, sih? Ngasih kerjaan segambreng gini," gumamnya kesal sambil memasuki lift, tanpa menyadari beberapa orang melirik geli kearahnya. "Untung ada lift, kalau enggak, bisa-bisa tangan aku copot," lanjutnya, sambil mengelus lengannya yang mulai terasa pegal. Erick yang berdiri di sampingnya hanya tersenyum geli melihat ekspresi kesal Alexa. Para wanita yang berada di dalam lift terpaku dan terpana melihat Erick yang ikut masuk kedalam lift. Mereka saling berbisik dengan rekan sebelahnya yang dengan refleks membenahi tatanan rambut mereka yang telah rapi. Dewa yang berdiri di samping Erick hanya tersenyum geli melihat reaksi para wanita. "Sepertinya kita punya penggemar baru, Pak,"gumamnya.

Perlahan orang-orang keluar dari lift ketika mencapai lantai yang dimaksud, akhirnya hanya menyisakan Alexa, Erick dan Dewa di dalam lift itu. Suara kertas yang bergesekan dan helaan nafas lelah Alexa mengisi keheningan didalam lift itu. Erick dengan jantung berdebar kencang, kerap mencuri pandang ke arah Alexa. Dewa yang berpura-pura sibuk memeriksa handphonenya, tertunduk sambil menyeringai melihat kegugupan Erick yang amat jarang dilihatnya.

" Sibuk ya ?" Tanya Erick memberanikan diri memulai percakapan. "Engga, lagi duduk santai di bar sambil menikmati segelas cocktail ditemani cowo ganteng, dan seorang bartender dengan lesung pipi dan barisan gigi putih " jawab Alexa ketus.Dewa yang berdiri di belakang mereka hampir tersedak air liurnya mendengar jawaban Alexa. Erick pun hanya bisa mengusap tengkuknya, jujur saja baru kali ini dia dihadapkan pada seorang wanita yang tidak terpesona oleh wajahnya.

"Eh Bapak tadi pasti menawarkan produk asuransi pada para jajaran petinggi ya ? Sayang banget, cakep-cakep gini jadi sales asuransi. Tapi engga apa-apa, lebih baik jadi sales asuransi daripada jadi sales handphone atau sales perumahan. Cape nya sama cuma penilaian dan duitnya doang yang beda." ucap Alexa menganggukkan kepalanya. Erick dan Dewa saling pandang, takjub dengan jawaban polos Alexa.

Ting...

Pintu lift terbuka di lantai dua, lantai yang menjadi tujuan Alexa. Alexa pun bergegas keluar dari lift dan berkata " Semangat cari pelanggan ya Pak !" kemudian pintu lift pun tertutup dan lift pun terus turun ke lobby. Pintu lift kembali terbuka dan Erick pun keluar dari kotak besi itu diikuti oleh Dewa, kembali mereka berdua menjadi pusat perhatian ketika melewati lobby kantor. Resepsionis dan juga para pegawai wanita yang kebetulan berada di lobby, terpaku dan hampir meneteskan air liur mereka ketika mereka melihat ketampanan Erick dan juga Dewa yang berjalan tegap dengan wajah dingin mereka.

Erick dan Dewa berdiri di pintu masuk menunggu sopir menjemput mereka. Baru saja Erick dan Dewa melangkah hendak memasuki mobil yang menjemputnya, dari arah lobby terdengar teriakan dan pertengkaran dengan suara keras sampai terdengar keluar. "Kamu sebagai bawahan seharusnya patuh dan menurut pada perintah atasan. Dan atasan kamu disini itu saya. Suka-suka saya mau menyuruh kamu bolak balik berapa kali ke lantai satu atau lantai dua." seru seorang pria dengan rambut klimis dan bergigi tonggos sambil mendorong seorang wanita yang memeluk setumpuk dokumen hingga terjatuh dan dokumen dalam pelukannya berhamburan tersebar di lantai.

" Iya bapak memang atasan saya, tapi saya juga perlu makan siang untuk mengisi energi saya. Bapak melarang saya pergi makan siang dan menyuruh saya mengambil dokumen dan menyerahkan ke departemen pemasaran di lantai dua per map. Sepagian ini saya menyerahkan map sampai sepuluh balikan dengan cara dicicil, sementara bapak ongkang-ongkang kaki di kursi kebesaran bapak sambil main game. Lu pikir ini perusahaan punya moyang lu ?" wanita itu balas berteriak bertolak pinggang sambil sesekali meniup rambutnya yang menjuntai menghalangi matanya juga sesekali menaikkan kacamatanya yang terus-menerus merosot.

Suasana lobby yang saat ini tengah ramai dengan pegawai yang hendak pergi mencari makan siang, mendadak sunyi dan perhatian mereka tertuju pada pertengkaran antara si tonggos dan wanita yang bertolak pinggang. "Pamanku sebagai manager HRD pasti akan segera mengabulkan permintaanku. Aku pecat kamu sekarang, dan besok kamu tidak usah datang lagi ke kantor. Jangan harap kamu bisa bekerja di perusahaan-perusahaan lainnya, karena hanya dengan satu kalimat dari mulutku maka semua akan tunduk pada ku." seru si tonggos sambil menepuk dadanya dengan bangga.

Erick dan Dewa tidak jadi naik ke mobil, setelah saling pandang dan dengan raut wajah kesal, Erick kembali masuk ke lobby. Dia berdiri di dekat wanita yang tengah bertolak pinggang terlindung oleh sebuah pot besar berisi tanaman yang plastik. Wanita itu ternyata Alexa, wajah Alexa terlihat merah padam dan nafasnya tersengal-sengal setelah melontarkan serentetan kalimat panjang itu.

Si tonggos yang berbadan pendek dengan perut buncit memakai pakaian yang tampak kekecilan di tubuhnya itu dengan penuh gaya menghubungi seseorang melalui handphone miliknya, "Halo paman, aku ingin paman mengeluarkan surat PHK untuk Alexa... Betul .. Dia sudah kurang ajar kepadaku dan tidak mau mematuhi perintahku.... Oke ... Terimakasih paman." lalu si tonggos mengakhiri sambungan telepon nya. "Sekarang kamu tinggal menunggu surat pemecatan dari HRD. Paman sangat sayang kepadaku dan pasti akan mengabulkan semua permintaanku. Jika kamu mau meminta maaf kepadaku dan mengakui kesalahanmu juga menuruti segala perintah ku maka aku akan membatalkan surat PHK itu ." ucap si tonggos pongah.

"Puih .. Minta maaf ? Lebaran masih lama Pak, lagipula saya tidak berbuat salah...." belum tuntas Alexa berbicara, suara keras dan menggelegar memotong omongannya. "Punya kuasa apa kamu berani memecat pegawai di perusahaan ini ?" Semua mata beralih ke sumber suara yang menggelegar itu.

Tampak Erick dengan wajah dingin didampingi oleh Dewa memandang tajam ke arah si Tonggos yang terheran-heran melihat keberadaan mereka berdua. "Hah, kalian berdua siapa ? Berani sekali menyela pembicaraanku dengan perempuan bodoh ini ! Mau apa kalian berdua mencampuri urusanku dengan perempuan ini ?" seru si Tonggos dengan pandangan meremehkan. "Kamu tak apa-apa Sa? Ada yang terluka?"tanya Erick pada Alexa yang menjawab dengan gelengan kepala pelan.

" Tidak apa-apa pak. Terimakasih sudah bertanya. Saya hanya lapar, tadi pagi belum sempat sarapan dan sekarang sialnya si Tonggos tidak memberikan saya kesempatan untuk sekedar minum ataupun ngemil. Bahkan pergi makan siang pun dilarangnya. Nasib jadi pegawai kecil ya begini, atasan ongkang-ongkang kaki dan bermain game sementara kita yang dibawahnya pontang panting mengerjakan tugas yang bukan tugas kita, giliran dapat bonus eh malah masuk ke kantong si Tonggos." ucap Alexa malah curhat. Mendengar jawaban Alexa, Erick dan Dewa saling pandang dan Dewa pun segera merogoh sakunya dan mengambil handphone kemudian menghubungi beberapa orang jajaran direksi anak perusahaan yang tadi rapat menyuruh mereka mendatanginya di lobby.

"Eh, kenapa Bapak masih di sini ? Bukannya tadi mau kembali ke perusahaan asuransi tempat bapak bekerja? Kan sudah berhasil mendapatkan peserta asuransi kelas kakap. Lumayan tuh, jangan lupa bagi-bagi bonus nya ke saya karena sebentar lagi saya akan jadi pengangguran nih!" bisik Alexa pada Erick. Dari lift, keluar beberapa orang yang tampak cemas dan gugup juga ketakutan, mereka para petinggi langsung menghampiri Erick dan membungkuk hormat.

"Apa kalian tidak mengetahui kelakuan pria tampan bergigi kuda ini ? Apakah kalian semua menutup mata dengan kelakuannya? Membiarkan si gigi kuda Tonggos ini seenaknya dan semena-mena di perusahaan milikku?" bisik Erick dengan santai menyembunyikan kemarahannya. Para jajaran direksi hanya bisa menundukkan kepala mereka tanpa bisa menjawab pertanyaan Erick. Bukannya mereka tidak mengetahui sepak terjang si Tonggos, tetapi mereka takut jika si Tonggos melaporkan mereka pada sepupunya yang disebut-sebut sebagai pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.

Mereka hanya menyangka jika Erick adalah salah satu dari dewan direksi dari perusahaan tempat mereka bekerja. " Maafkan kami Pak, kejadian ini tidak akan terulang kembali. Kami akan memecat perempuan itu dan memblokirnya dari seluruh industri." jawab salah seorang manajer memberanikan diri untuk menjawab.

Melirik tajam ke arah si Tonggos yang hanya tersenyum sinis, Erick melihat penampilan si Tonggos yang jauh dari kata berwibawa, " Yang begini kalian angkat menjadi atasan perempuan ini ? Kalian pun akan memecat perempuan ini ? Bagus sekali.. Baru tadi aku membahas masalah kinerja kalian yang sangat menurun. Rupanya memang perlu aku bereskan dari atas sampai ke akar-akarnya. Tunggu panggilan dari kantor pusat untuk kalian besok pagi." ucap Erick penuh tekanan sambil menebarkan pandangannya ke sekelompok orang-orang itu.

"Dan kamu.. Ikut saya. Saya tak ingin ada bantahan . Sekarang juga !!!" sambung Erick pada Alexa, kemudian berbalik dan berjalan dengan tegap. Aura kemarahan menguar di sekeliling Erick membuat tak seorangpun berani menghampirinya kecuali Dewa. "Kamu tuli apa bego ? Ayo ikut aku, jangan membuang waktuku !" seru Erick ketika merasa jika Alexa tidak mengikutinya. Menghela nafas panjang Alexa terpaksa mengikuti Erick dan Dewa, membiarkan kertas-kertas berserakan di lantai.

"Hei Alexa.. ALEXA .. KEMBALI KE SINI ... JIKA DALAM HITUNGAN KE LIMA KAMU TIDAK KEMBALI KE SINI DAN MEMBERESKAN KERTAS-KERTAS INI MAKA JANGAN HARAP BESOK KAMU BOLEH BEKERJA !!" seru si Tonggos keras. Alexa hanya terhenti sebentar kemudian berbalik dan mengacungkan jari tengahnya kepada si Tonggos lalu dengan cepat melangkah mengikuti Erick dan Dewa yang telah masuk ke mobil mereka. Para karyawan yang menyaksikan semua itu kontan berbisik dengan rekannya, wajah mereka berubah-ubah antara rasa penasaran, takut, dan keheranan.

Suara bisikan memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang gaduh. Sementara itu, para petinggi yang tadinya terlihat percaya diri kini tampak pucat pasi. Keringat dingin membasahi kening mereka.

"Tamat sudah karier kita," gumam Andi, salah satu karyawan.

"Siapa sih orang itu? Kok bisa setega itu?" sahut Rani.

Budi Santoso, salah satu jajaran petinggi yang baru saja diangkat, berusaha menenangkan suasana. "Mungkin saja kita salah sangka," ujarnya, meskipun suaranya terdengar gemetar. "Namanya memang sedikit familiar, tapi tak mungkin kan dia itu CEO sekaligus founder perusahaan kita? Mungkin saja hanya nama mereka yang sama, sementara Erick yang ini hanya wakil dari kantor pusat."

Di dalam mobil, Erick berusaha mempertahankan wajah dingin dan sikap tak perdulinya, bertolakbelakang dengan keadaan jantungnya yang berdetak amat cepat, ditambah dia mencium parfum milik Alexa yang telah tercampur dengan keringat, menguar dari leher jenjangnya, membuatnya ingin mencium dan menyesap leher Alexa.

" Pak, bapak ini sebenarnya pekerjaannya apa sih ? Kok bisa-bisanya mengancam Pak Budi yang jabatannya mentereng dan keningnya kinclong kaya habis di gosok pakai minyak jelantah ? Tapi aku ragu jika si Tonggos akan diam saja. Dengar-dengar sih dia sepupunya pak Erick yang punya perusahaan ini. Tapi masa iya sih, Pak Erick punya sodara dengan tampang model muka kuda dan gigi tonggos macam tikus kaya dia ?" ucapan Alexa memecahkan keheningan di mobil itu.

"Nama kamu Alexa? Bagaimana jika kamu bekerja di kantorku? Menjadi asisten Dewa ?" tanya Erick langsung. " Eh.. Iya..Engga.. Engga mau ah. Engga mau kerja jadi sales asuransi, cape. Lebih baik aku cari kerja di perusahaan lain daripada harus jadi sales asuransi. Terimakasih deh." tolak Alexa dengan cepat. " Pokoknya aku berterima kasih sudah menolong aku, tapi untuk kerjaan , aku akan berusaha sendiri mencari informasi lowongan kerja. Aku engga mau nepotisme, ntar takut kaya si Tonggos." sambungnya lagi.

1
Diyah Pamungkas Sari
wkwkwk matamu 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!