10jt Dollar mengandung Bayi untuk Bos Mafia!!!??
Memutuskan untuk menjadi ibu pengganti ketika sebuah tawaran dari seseorang tak dikenalnya hingga iming-iming uang jutaan dollar, membuat Laila menerima tawaran itu dalam keadaan masih perawan dan terdesak?
Laila Aplebarry, wanita energik yang rela menjadi ibu pengganti untuk pasangan suami-istri. Namun naasnya, dia tidak tahu bahwa yang dia tolong adalah pasangan Mafia yang seharusnya dijauhi. Dan lebih parahnya lagi, mau tak mau Laila yang tidak tahu apa-apa malah memilih Parsial Surrogate Mother / Surrogasi Tradisional yang membuatnya one night stand dengan Donovan Stone-Brooks— si mafia bengis dan terkenal kejam yang berperan sebagai ayah adopsi.
Keadaan nya semakin rumit, saat Laila malah membawa kabur anaknya usai melahirkan karena tak tega bila harus memberikannya kepada orang lain dan itu membuat nyawanya hampir melayang.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ABftMB — BAB 17
AYAH YANG MEMBOSANKAN
Seolah kenal akrab, Laila duduk di sebelah Aurora dan sesekali berbincang ringan dengan anak itu. Entah kenapa dia merasa sangat suka melihatnya dan mengobrol dengannya.
“Rambutmu sangat indah, kau juga cantik!” ucap Aurora memberinya pujian. Meski usianya 4 tahun tapi dia gadis kecil yang cekatan dan cerdas, tak salah jika dia cepat tanggap dan lancar berbicara.
“Sungguh?! Rambutmu juga indah!” balas Laila tersenyum sembari memegang rambutnya yang terkuncir ekor kuda.
Terlihat Aurora terdiam saat Laila mengatakan soal rambutnya. “Rambutku tidak begitu indah. Aku ingin rambut panjang seperti mu dan temanku yang lainnya!”
“Kalau begitu kau bisa memanjangkan nya dan mengepang nya dengan cantik!” ucap Laila menyentuh pipi gembil nan merah Aurora.
Tidak ada senyuman di bibir anak itu selain murung dan tatapan lekat. “Ayahku tidak menyukainya! Dia menyuruh Erika memotong rambutku.” Jelas anak itu menjatuhkan Laila berkerut alis heran.
“Kenapa seperti itu?”
“Dia bilang, semua anak perempuan yang rambutnya panjang akan meminta ayahnya untuk mengepang dan menyisir nya. Tapi ayahku terlalu sibuk, dia tidak mau melakukannya.” Jelas anak itu begitu detail sehingga Laila terdiam dengan kasihan.
“Kalau begitu paksa dia! Semua ayah menyayangi putrinya.”
“Ayahku tidak seperti itu. Dia membosankan, tapi dia tampan!” Aurora tersenyum tipis menjelaskan tentang ayahnya.
“Dia perlu banyak belajar.” Balas Laila dibalas anggukan kecil oleh Aurora yang juga setuju.
Hingga para pelanggan mulai berdatangan lagi, Laila menoleh ke belakang sembari berkacak pinggang dan kembali menatap ke Aurora.
“Baiklah! Aku harus kembali bekerja. Dan kau... Sebaiknya pulang atau orang tuamu akan marah, mereka pasti menunggu mu.” Ujar Laila menatap ke Aurora yang masih duduk santai.
“Ibuku sudah meninggal, ayahku tidak peduli.” Balas Aurora mulai turun dari kursinya dan berdiri tepat di depan Laila sembari menatapnya lekat serta memberikan senyuman lebar. “Senang berbicara denganmu! Apa aku boleh datang lagi?”
“Tentu! Datang saja, ini tempat umum!” ucap Laila juga ikut tersenyum sampai anak itu berjalan pergi begitu saja sembari mengenakan tas ranselnya.
Laila memandangi kepergian anak itu dengan tatapan serius, sungguh! Dia merasa ingin memeluknya dan dia merasakan ikatan lain. Tapi apa dan kenapa?
Wanita itu berkerut alis ketika melihat Aurora dihampiri oleh seorang wanita berambut pirang dengan pakaian rapi. Juga sebuah mobil hitam yang mewah menjemputnya.
“Dia anak orang kaya rupanya!” gumam Laila tersenyum kecil dan kembali ke kiosnya.
.
.
.
“Aku sudah mencari mu dari tadi. Jika tuan Donovan tahu, dia akan marah kepada kita.” Tegas Erika, wanita muda dan cantik yang bekerja sebagai pelayan yang khusus menjaga Aurora baru-baru ini.
Mengingat Stacey tidak bisa selalu menjaganya karena dia juga harus bekerja mengurus bisnis Donovan bersama Austin dan yang lain.
“Dia tidak akan marah.” Balas Aurora tanpa menoleh dan hanya menunduk.
Erika menghela napas panjang dan tersenyum lebar menyentuh kepala anak itu, namun Aurora menepisnya karena dia tidak suka siapapun menyentuh rambutnya. “Dia akan marah jika tahu kalau kau sering keluar sendirian.” Ucap Erika yang hanya di dengarkan saja oleh Aurora.
Anak itu terdiam saat dia mengingat wajah Laila membuatnya tersenyum tipis.
...***...
“Mr. Stone-Brooks, aku tidak yakin mengatakannya... Tapi aku ingin bukti nyata, berikan kepuasan di PUB mu, maka kerjasama ini akan lebih menarik!” jelas seorang pria berdarah China-Amerika yang saat ini sedang melakukan pertemuan dengan Donovan di sebuah PUB milik Donovan.
Pria dengan kemeja hitam itu masih merokok santai, sesekali memandang ke arah lawan bicaranya. “Jika kau sudah mendapatkan nya, maka kau harus menerimanya atau menerima akibatnya.” Jelas Donovan memberikan tawaran yang lebih seimbang sehingga pria berkemeja abu-abu serta kalung rantai kecil di lehernya tadi menyeringai kecil.
“Tidak salah mereka menjuluki mu mafia bengis!” ucap Mr. Wong tadi meraih gelas beer nya dan meneguknya.
Tanpa pikir panjang, Donovan bangkit dari duduknya. “Anak buahku akan mengawasi mu selagi kita masih berbisnis.” Ucap Donovan lalu melangkah pergi meninggalkan Mr. Wong yang masih duduk di sofa panjang dengan merentangkan kedua tangannya dan tatapan sinis.
Austin dan beberapa anak buah Donovan ikut pergi, bersamaan dengan empat anak buahnya yang sigap mengawasi gerak-gerik Mr. Wong untuk berjaga-jaga.
“Tuan! Pria itu benar-benar mengawasi kita.” Ucap asistennya berambut cepat yang juga sipit.
Mendengar bisikan asistennya, Wong masih menatap tajam ke keempat anak buah Donovan. “Kau benar! Bunuh saja mereka dan kita akan mengambil tanah PUB ini!” pinta Wong dengan berani.
Tentu saja asistennya tersenyum tipis dan segera menuruti perintah tersebut. Mereka mafia dari China yang datang ingin bernegosiasi malah merebut secara diam-diam dan menipu. Namun sayangnya, mereka tidak begitu tahu bagaimana cara main Donovan Stone-Brooks.
.
.
.
Mansion Stone-Brooks
Terlihat Aurora yang dengan sopan dia melahap makanan malamnya sendirian. Sementara Erika berdiri di sebelahnya yang setia menjaga anak itu.
“Tinggalkan kami!” pinta Donovan yang tiba-tiba datang berjalan santai namun tatapannya selalu tegas.
Erika dan para pelayan di sana langsung menunduk hormat dan pergi. Sementara Aurora menatap ke arah ayahnya yang kini menatapnya juga.
Ya! Semenjak kepergian Quinn, bagaimana pun Donovan akan bertanggung jawab atas anak itu. Melatih nya menjadi wanita tangguh tanpa kenal lelah.
“Berapa jam kau duduk di taman itu lagi?” tanya Donovan sedikit tegas dan duduk di berhadapan dengan Aurora.
“Three hours (tiga jam)!” jawab jujur Aurora yang rupanya dia memang anak yang cerdas.
Donovan masih menatap tegas, menaruh tangan kanannya di atas meja sementara tangan kirinya berada di paha kirinya. “Apa aturan yang sudah aku berikan kepadamu, Aurora?” tanya Donovan masih menatap tegas sehingga anak itu juga menatapnya balik.
“Jangan pergi kemanapun jika jam sekolah sudah selesai.” Jawab Aurora dengan wajah murung menatap ke piringnya.
“Kau masih mengingatnya, lalu kenapa masih melanggar nya?”
Kini kedua mata silver itu saling beradu pandang. “Karena ayahku membosankan! Aku tidak bisa bermain dengan Stacey karena dia sibuk dan aku tidak mau bermain dengan Erika.” Jelas Aurora terus terang.
Ya! Kini Donovan seperti melihat dirinya waktu kecil meski mereka berbeda gender.
Pria dengan wajah tampan dan tatapan tegas itu terdiam mendengar ucapan putrinya sendiri. “Ya, aku membosankan... Tapi aku tidak suka seseorang melanggar aturan ku. You understand?!” tegas Donovan yang terdengar lembut namun masih tegas.
Aurora hanya diam menatap ayahnya tanpa senyuman. “I'm sorry, Dad. (Maafkan aku Ayah).” Ucap Aurora dengan lembut sehingga amarah Donovan meredam dengan sendirinya setiap kali gadis itu mengucapkan kata maaf.
Cukup lama mereka saling terdiam. Sampai Donovan mulai membuka pembicaraan. “Bagaimana harimu?” tanya Donovan membuat Aurora menatapnya penuh keheranan.
Tidak ada jawaban selain tatapan, membuat Donovan canggung sendiri hingga dia beranjak dari duduknya. “Selesaikan makan malam mu lalu pergi belajar.” Ucap Donovan sembari melangkah pergi bersamaan dengan datangnya Stacey.
Tentu saja wanita itu hanya mendengus kecil dan tersenyum lebar menyapa Aurora.
...***...
[“Entahlah! Aku merasa dia benar-benar seperti diriku. Matanya sangat indah dan dia gadis yang menawan!”] Jelas Laila yang saat ini mengapit ponselnya dengan bahunya di telinga kiri. Sementara kedua tangannya sibuk memasak untuk malam malam nya sendiri.
[“Mendengar ceritamu membuatku penasaran dengan gadis kecil itu, Laila! Atau jangan-jangan dia putrimu?!”] balas Enisa yang langsung membuat Laila terdiam mendengarnya.
Wanita berkaos kuning polos itu terdiam dengan kerutan alis. “Putriku?” gumam Laila seakan tak percaya namun dia tersenyum dan berharap jika memang benar anak itu putrinya, maka itu keberuntungan bukan.
[“Mungkin saja!”] balas Laila tersenyum tipis.
Jangan jangan...
Laila adik Espascito (eh susah bener namanya 😅)
tetap semangat, ditunggu kelanjutannya kak.
penasaran apa yg akan terjadi selanjutnya...
kayaknya musuh nya mengincar keturunan Stone-Brooks..
...hanya kak othor yg tau.
double up thorrr /Smile//Smile/