Prita dihantui mimpi-mimpi samar tentang sosok misterius dan sosok asing bernama Tana' Bulan. Di tengah kesehariannya yang tenang di Loka Pralaya bersama sahabat-sahabatnya, Wulan dan Reida, serta bimbingan bijak dari Nyi Lirah, mimpi-mimpi itu terasa lebih dari sekadar bunga tidur.
Sebuah buku kuno berkulit, Bajareng Naso, menjadi kunci misteri ini. Ditulis oleh Antaboga, legenda di dalamnya menyimpan jejak masa lalu Prita yang hilang—ingatan yang terkubur akibat pengembaraannya melintasi berbagai dunia. Nyi Lirah yakin, memahami legenda Bajareng Naso adalah satu-satunya cara untuk memulihkan kepingan-kepingan memori Prita yang berserakan.
Namun, pencarian kebenaran ini tidaklah mudah. Di Loka Pralaya, persiapan sebuah acara besar tengah berlangsung, melibatkan para tetua klan dan karakter-karakter penuh teka-teki seperti Arka, Carla, dan Vyn.
Sementara itu, di kediaman Luh Gandaru, kedatangan Banu dan Bani dengan wajah kecewa mengisyaratkan adanya intrik dan rahasia yang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Margiyono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Harapan Baru
Prita masih terisak dalam tangisnya ....
Setelah beberapa saat kemudian, dirinya mulai merasa tenang, diusapnya air mata itu. Dia mencoba tersenyum kepada Wulan.
“Terimakasih Wulan,” kata Prita,
“kamu adalah teman terbaikku, aku bahkan tak membayangkan akan memiliki teman sebaik dirimu, walaupun itu ada di dalam masa laluku.”
Wulan terharu mendengar ucapan Prita, ia kembali memeluk Prita lebih erat.
“Aku yakin, di dalam masa lalumu, engkau banyak memiliki teman sepertiku, bahkan aku yakin lebih baik lagi.” Kata Wulan mencoba menghibur Prita.
“Nyi Lirah,..” kata Wulan,
“saya memang bersedih,... namun entah apa yang membuat perasaan saya seperti terpukul, sebab,... mendengar nama itu, Linotau,... sungguh membuat hati saya teriris,..” ia melanjutkan,
“saya merasa seperti terbuang,... orang-orang itu,.. yang saya lihat di dalam mimpi, sama sekali tidak memerdulikan saya....” kata Prita kembali terisak.
“Mereka tidak peduli dengan kehadiran saya, hanya Tana’ Bulan yang sanggup membuat hati saya menjadi tenang, senyum hangatya itu sungguh begitu damai,... “
“Jika memang saya berasal dari dunia itu, mengapa mereka membuang saya?” Prita kembali menangis, “saya tidak ingat apa salah saya,...Nyi Lirah,..”ucapnya, “hal ini semakin membuat hati saya perih, siapa saya, dan siapa orang tua saya,.. apa mereka tidak merasa kehilangan, atau sekedar peduli...” air mata Prita semakin deras membasahi pipinya.
Wulan kembali memeluk Prita, ia tahu bahwa batin temannya itu sedang terguncang. Ingatan tentang masa lalunya yang mulai terkuak, tidak malah membuatnya merasa senang, namun justru kepedihan yang dirasakannya.
Nyi Lirah memahami kegalauan hati Prita, sejenak ia terdiam dan tenggelam dalam perasaannya sendiri. Sepertinya dirinya merasa bersalah, namun ketika mengingat kembali pesan Tana’ Bulan di dalam mimpinya, Nyi Lirah berusaha menguatkan kembali tekadnya.
“Prita, .,” panggil Nyi Lirah pelan.
Prita menyeka air matanya, “baik Nyi Lirah.” Jawab Prita singkat.
“Aku bisa merasakan kesedihan yang engkau alami, oleh karena itu aku juga meminta maaf, jika ... hal ini membuatmu semakin sedih.” Katanya,
“namun, ... belum tentu semua yang rasakan itu benar adanya, barangkali ... dan aku berharap itulah kenyataannya, masa lalumu penuh dengan kehangatan, dan masa-masa yang penuh kebahagiaan.” Lanjutnya,
“rasa terasing yang kau alami itu mungkin hanyalah perasaanmu saja Prita,” kata Nyi Lirah,
“jangan terlalu kau turuti perasaan itu, bisa jadi di duniamu yang dulu, engkau memiliki keluarga yang penuh kehangatan, dan kebahagiaan,...”
Reida, yang sedari tadi terdiam mendengarkan, seakan mengingat sesuatu.
“Nyi Lirah, ..” kata Reida
“Iya Reida, bagaimana?” kata Nyi Lirah
“Setahu saya, terbukanya portal-portal langit itu bisa disebabkan oleh dua hal.”
Kata Reida mencoba memberikan jawaban, setidaknya ia berusaha menghibur Prita agar tidak terlalu berburuk sangka terhadap nasib yang menimpanya.
“Iya, engkau benar Reida,” jawab Nyi Lirah.
“Dan di dalam buku ini, “ kata Reida seraya matanya tertuju kepada buku yang masih dipegang oleh Nyi Lirah,
“di sana dijelaskan bahwa portal yang bisa menghubungkan antar dunia itu ada dua, pertama portal Sialo dan yang kedua adalah portal Marsamba,” kata Reida,
“dan Bajarenga Naso adalah salah satu orang yang mampu membuka semua portal itu.”
Mendengar penjelasan dari Reida, Prita nampak sedikit tenang, sepertinya ia punya sebuah harapan.
“Tapi, Reida,” tanya Prita,” apakah sosok Bajareng Naso itu benar-benar ada?”
Nyi Lirah dan Reida saling bertukar pandang, mereka nampak ragu untuk memberikan jawaban.
“Prita,” kata Nyi Lirah,
“selama ini kami memang menganggap cerita tentang legenda Bajareng Naso itu hanya sebuah dongeng,” kemudian ia melanjutkan,
“namun, setelah apa yang terjadi akhir-akhir ini, kami merasa perlu mempelajari kembali cerita tentang legenda itu.” jawab Nyi Lirah.
“Apa,.. apa Nyi Lirah yakin, bahwa kemungkinan besar, .. legenda itu memang benar-benar nyata?” timpal Wulan menyela pembicaraan itu.
“Kami belum bisa memastikannya Wulan,” kata Nyi Lirah, “namun,.. setelah mendengar Prita menceritakan tentang mimpinya, .. ditambah lagi, “ Nyi Lirah terhenti sejenak.
“Akhir-akhir ini, aku juga sering ditemui oleh Tana’ Bulan, di dalam mimpi.”
Prita terkejut mendengar Nyi Lirah juga ternyata bermimpi bertemu dengan Tana’ Bulan, ia memasang telinganya dengan sungguh-sungguh.
“Dan satu hal yang membuatku berpikir keras adalah ketika Tana’ Bulan memberiku pesan untuk menemukan ini,...” kata Nyi Lirah sambil mengangkat buku itu.
“Menemukan buku itu, Nyi Lirah?” tanya Wulan
“Bukan, ... tapi menemukan Bajareng Naso.” Jawab Nyi Lirah sambil tersenyum. Prita pun dibuat tersenyum oleh pertanyaan Wulan yang ternyata keliru itu.
“Oh...” gumam Wulan
“Pesan Tana’ Bulan itu tak pernah keliru, jika dia memerintahkan kita mencari Bajareng Naso, pastilah sosok itu ada, setidaknya jika bukan Bajareng Naso yang ada di dalam cerita buku ini, kemungkinan besar ia adalah perwujudannya kembali.” Kata Nyi Lirah.
Prita semakin penasaran tentang legenda itu,
“Bagaimana sosok Bajareng Naso itu Nyi Lirah?” tanya Prita.
“Di dalam buku ini dijelaskan bahwa, Bajareng Naso adalah dua pribadi yang bersifat bertolak belakang.” Jawab Nyi Lirah.
“Dua Pribadi?” tanya Prita tidak mengerti.
“Iya, benar. Di dalam buku ini, asal mula Bajareng Naso adalah dua pribadi, atau tepatnya adalah dua orang yang menyatu.” Jawab Nyi Lirah.
“Dua orang yang menyatu, menjadi satu?” tanya Prita.
Nyi Lirah hanya mengangguk menjawab pertanyaan Prita. Sedangkan Prita menjadi semakin bingung dengan jawaban Nyi lirah, dua orang yang menjadi satu? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi, dan.. bagaimana caranya?
“Itulah sebabnya, kami sulit untuk menerima bahwa legenda ini bukanlah sebuah dongeng belaka, sebab penyatuan itu adalah hal yang mustahil dilakukan.” Jawab Nyi Lirah.
Wulan dan Prita ikut berpikir keras tentang legenda itu,
“Nyi Lirah.” Kata Prita,
“apakah ada petunjuk di dalam buku itu, yang mungkin kita lakukan untuk menemukan Bajareng Naso?”
“Kami belum menemukannya, Prita.” Jawab Nyi Lirah. “atau barangkali ada sesuatu dalam buku ini yang belum kami pahami.”
Wulan dan Prita kembali saling bertukar pandang, mereka mencoba memecahkan teka-teki itu.
“Nyi Lirah, ... di dalam buku itu dikatakan bahwa Bajareng Naso adalah dua pribadi yang menjadi satu,” tanya Prita.
“Benar Prita.” Jawab Nyi Lirah.
“Kalau begitu, siapa dua orang itu Nyi Lirah, dan bagaimana ceritanya?” tanya Prita.
Nyi Lirah menoleh kepada Reida.
“Reida, aku rasa engkaulah yang hapal isi buku ini secara utuh, sebab kau sudah membacanya berulang kali.” Kata Nyi Lirah.
“Betul, Nyi Lirah.” Jawab Reida singkat.
“Oleh karena itu, aku minta tolong kepadamu, untuk menceritakan isi buku ini kepada Prita.” Ucap Nyi Lirah
Mendengar permintaan dari tetuanya itu, Reida mengangguk pelan.
“Baik, Nyi lirah.” Jawab Reida.
Reida memandang Wulan dan Prita, dan beberapa saat kemudian, ia tersenyum kepada keduanya sebelum memulai ceritanya.
“Iya, barangkali Wulan sudah tahu banyak tentang legenda ini, tapi tidak ada salahnya jika kamu juga ikut mendengarkan kisahnya.” Kata Reida kepada Wulan.
“Benar, Reida, namun pengetahuan saya tentang legenda itu tidak sebaik dirimu.” Jawab Wulan.
“Baiklah, kalau begitu, saya akan memulainya dari awal,...” kata Reida.
Prita dan Wulan bersiap mendengarkan cerita itu dengan antusias, binar mata Prita sangat kentara... sebab banyak harapan dari cerita itu, dan jika memang itu bukanlah sebuah legenda,... maka segala yang menjadi pertanyaan Prita selama ini , kemungkinan besar akan terjawab.
Ia berharap, dengan mengetahui legenda itu, masa lalunya akan terungkap satu per satu.