Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.
Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.
Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Barbie melangkah pelan menuju toilet, langkahnya sedikit terhuyung karena terlalu banyak minum alkohol malam itu. Kepalanya terasa berat, pandangannya berkunang.
“Kepalaku… pusing…” gumamnya pelan, menahan diri agar tidak terjatuh.
Namun langkahnya terhenti ketika sebuah suara familiar menyapa dengan nada sinis.
“Kita bertemu lagi…”
Barbie menoleh pelan. Matanya menyipit menatap sosok wanita di depannya. “Kenapa… bertemu denganmu lagi… dunia ini sempit sekali…” ujarnya dingin, berusaha melangkah pergi meski kepalanya berputar.
Namun lengannya tiba-tiba ditahan oleh Eliza yang menatapnya dengan senyum licik.
“Aku dan Jimmy… akan segera menikah…” ucap Eliza pelan, suaranya penuh kesombongan. “Bagaimanapun… sebagai calon istrinya… aku harus mengundangmu… mantan yang ditinggalkan…”
Barbie menatap Eliza dengan tatapan malas. Ia menarik tangannya agar terlepas. “Menikah dengannya…? Apa yang harus dibanggakan…?” tanyanya pelan, suaranya terdengar dingin dan penuh sindiran. “Dia bukan aktor terkenal… atau siapa pun… tidak perlu pamer di depanku…”
Wajah Eliza menegang. Namun ia menahan amarahnya dan tersenyum sinis. “Walaupun begitu… dia telah meninggalkanmu… dan memilihku…” jawab Eliza, suaranya terdengar penuh kemenangan.
Barbie mendengus pelan, matanya menatap Eliza tajam meski pandangannya sedikit kabur. “Aku tidak peduli… itu urusanmu… dan urusan dia juga… ingin menikah dengan siapa…” jawab Barbie, berusaha melangkah pergi.
Namun tiba-tiba Eliza mendorong Barbie dengan kuat.
“Aaahh…!” jerit Barbie pelan saat tubuhnya terhuyung ke belakang dan jatuh menabrak dinding koridor restoran. Rasa sakit menjalar di punggungnya, membuatnya meringis menahan nyeri.
Eliza berjalan mendekat dengan langkah angkuh. Matanya menatap Barbie yang terkapar di lantai dengan tatapan meremehkan. “Lihatlah dirimu, Barbie Lu… kau hanya wanita kampungan… yang tidak ada satu orang pun mau… sementara aku… aku adalah anak orang kaya terpandang…” ejek Eliza, suaranya penuh kesombongan.
Barbie menahan sakit di punggungnya sambil berusaha bangkit. Matanya menatap tajam Eliza. “Dasar… rubah…” gerutunya pelan, tubuhnya sedikit gemetar menahan amarah.
“Eliza He… anak orang kaya… lalu kenapa…?” tanya Barbie pelan, suaranya terdengar dingin menakutkan. “David He menunduk saat di hadapan Tuan Ximen… memalukan sekali…”
Tanpa menunggu reaksi Eliza, Barbie mendorong wanita itu dengan kasar hingga Eliza terjatuh ke lantai koridor. Bruk!
“Aaaauughh…!” rintih Eliza kesakitan, tangannya menahan pinggulnya yang terbentur lantai marmer keras. Wajahnya menegang menahan sakit sekaligus malu.
Saat itu juga, suara langkah kaki tergesa terdengar di ujung lorong. Jimmy muncul, matanya membelalak melihat tunangannya terkapar di lantai sementara Barbie berdiri di hadapannya dengan napas terengah.
“Eliza!” seru Jimmy panik. Ia berlari menghampiri Eliza dan langsung membantu wanita itu berdiri.
Jimmy menoleh menatap Barbie dengan tatapan marah. “Barbie… kau sangat keterlaluan…!” ketusnya dengan suara keras, menahan amarah sekaligus rasa malu melihat tunangannya dipermalukan di depan umum.
“Apa kau sudah buta…? Dia yang mendorongku dulu…” jelas Barbie dengan suara pelan namun tajam.
Jimmy menoleh menatap Eliza yang menunduk sambil menangis kecil. “Jimmy… niatku… hanya ingin mengundangnya datang ke pernikahan kita…” ucap Eliza dengan suara manja yang dibuat-buat. Air mata menetes di pipinya, menambah kesan polos di wajah cantiknya. “…tapi dia malah menyalahkanku… karena merebutmu…”
“Aku merebut dia…? Apa kau tidak salah…?” ketus Barbie dengan tatapan sinis.
Jimmy mendengus pelan, matanya menatap Barbie dengan tatapan kesal. “Barbie… jangan menyalahkan Eliza… aku mencintainya… karena dia dewasa… dan membuatku nyaman… bukan salah Eliza juga…” ucapnya, suaranya terdengar sok bijak. “Seharusnya kau bersikap dewasa… tidak semestinya menyakitinya… sudah lama… tapi kau masih tidak berubah… selalu kasar…”
“Jimmy Liu… kau bukan orang penting…” ucapnya pelan namun tajam. “Untuk apa aku harus cemburu kalau kau ingin menikah…? Jangan terlalu percaya diri… di dunia ini masih banyak pria… kenapa aku harus peduli… kau menikah dengannya…?”jawab Barbie.
Jimmy menghela napas, menatap Barbie dengan tatapan iba seolah merasa kasihan. “Barbie… aku tahu… kau bicara seperti itu… karena kau marah padaku… tapi tolong… lupakan aku… kita… kita masih bisa menjadi teman…” ujarnya dengan nada merayu. “Jangan membuat masalah…”
Barbie tertawa kecil, matanya menatap Jimmy penuh penghinaan. “Apa kau… mengira… aku masih mencintaimu…?” tanyanya pelan, tawanya terdengar getir. “Kau bukan pria satu-satunya di dunia ini… aku… aku tidak peduli sama sekali dengan hubungan kalian… Tolong… awasi istrimu… agar dia tidak seperti anjing betina… yang suka menghalangi jalanku…”
Wajah Jimmy langsung menegang, matanya menatap Barbie dengan amarah membara. Tangannya terangkat dan mencengkeram lengan Barbie dengan kuat. “Tolong… jaga ucapanmu…!” bentaknya tajam. “Minta maaf pada Eliza…!”
Barbie berusaha meronta, wajahnya menahan sakit karena cengkeraman pria itu terlalu kuat. “Tidak mau… aku tidak bersalah…” jawabnya tegas, matanya menatap Jimmy dengan tatapan berani.
Tiba-tiba, suara berat dan dingin terdengar dari ujung koridor.
“Singkirkan… tangan kotormu… Jimmy Liu…” suara itu terdengar pelan namun menakutkan, membuat Jimmy dan Eliza spontan menoleh.
Damien berdiri di sana, dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Matanya menatap tajam ke arah Jimmy, sorot matanya penuh aura membunuh.
dobel.up
dobel up