Yuan Sheng, kultivator terkuat yang pernah ada, bosan dengan puncak kesuksesan yang hampa. Tak ada tantangan, tak ada saingan. Kehidupannya yang abadi terasa seperti penjara emas. Maka, ia memilih jalan yang tak terduga: reinkarnasi, bukan ke dunia kultivasi yang familiar, melainkan ke Bumi, dunia modern yang penuh misteri dan tantangan tak terduga! Saksikan petualangan epik Yuan Sheng saat ia memulai perjalanan baru, menukar pedang dan jubahnya dengan teknologi dan dinamika kehidupan manusia. Mampukah ia menaklukkan dunia yang sama sekali berbeda ini? Kejutan demi kejutan menanti dalam kisah penuh aksi, intrik, dan transformasi luar biasa ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wibuu Sejatii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2.3 : Bencana Yang akan datang
Wu Yuan masih berada di kantor Tabib Lo Jing, mendengarkan penjelasan Lo Nie tentang harga pil.
“Baiklah… Tidak apa-apa, itu sangat murah menurutku kalau dipotong lima persen dari harga pil oleh Rumah Lelang.”
“Itu benar Tuan Muda, karena biasanya Rumah Lelang akan mengenakan tarif sebesar sepuluh persen paling sedikit untuk biaya lelang, saat ini Rumah Lelang Lautan Emas sedang mempromosikan pil yang dimurnikan oleh Tuan Muda ke segala penjuru, agar harga pil menjadi lebih tinggi.”
“Ya… Baiklah, hari Minggu siang aku akan datang ke mari, hari ini aku akan kembali pulang ke kampung halaman ku dulu.”
“Ohh… Guru… Di manakah kampung halaman Guru? Aku akan mengantar Guru ke sana.”
“Eh…” Wu Yuan sedikit bingung karena kampung halamannya tidak memiliki nama.
“Maaf Tabib Lo Jing, kampung halaman ku tidak atau belum memiliki nama, karena hanya memiliki lima kepala keluarga saja dan sangat terpencil.”
“Ohh… Tidak apa-apa, tidak apa-apa, bagaimanapun juga Anda adalah Guruku, sebagai murid berbakti, saya harus mengantarkan Guru ke sana agar murid bisa mengetahui rumah Guru.”
Wu Yuan bingung lagi karena kampung halamannya tidak bisa dimasuki mobil mewah Tabib Lo Jing karena kolong mobilnya terlalu rendah.
“Hmmm…. Begini saja Tabib Lo Jing, Anda hanya bisa mengantarkan saya ke Kota Kabupaten Tonglishan, karena di sanalah kota yang paling dekat menuju kampung halaman ku.”
“Ohh…. Kota Kabupaten Tonglishan? Baiklah, aku akan memanggil supirku untuk membawa mobil ke sana.”
Tabib Lo Jing tidak pernah berpikir kalau Wu Yuan berasal dari desa yang sangat jauh. Jarak dari Kota Fongkai ke Desa Tonglishan memerlukan waktu tempuh tiga jam menggunakan angkutan antar kota. Tabib Lo Jing tidak akan mampu mengendarai mobil sejauh itu.
“Hmm… Baiklah.” Adik Wu Yuan pulang dijemput orang tuanya di Kota Kabupaten Tonglishan. Wu Yuan akan pulang dengan menumpang ojek motor dari Kota Tonglishan.
Tabib Lo Jing memanggil supir pribadinya, dan bersama Wu Yuan menumpang mobil tersebut menuju Kota Kabupaten Tonglishan. Perjalanan lancar sampai tujuan.
Wu Yuan meminta berhenti di sebuah persimpangan yang juga merupakan pangkalan ojek motor.
“Tabib Lo Jing, jalan persimpangan itulah menuju kampung halaman ku, dari sini aku hanya bisa naik ojek motor untuk mencapai tujuan ku, terimakasih karena telah mengantar ku sampai di sini.”
“Ohh… Baiklah Guru, muridmu ini akan mengingatnya, dan jangan mengucapkan terimakasih, karena ini adalah kewajiban seorang murid untuk mengantar gurunya pulang ke kampung halamannya, hari Minggu pagi, saya akan memerintahkan supir untuk datang ke mari agar bisa menjemput Guru.”
“Ya, begitu juga baik, terimakasih.”
Wu Yuan keluar dari mobil dan melambaikan tangan kepada Tabib Lo Jing, lalu berjalan menuju pangkalan ojek.
Di pangkalan ojek, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Seorang pengemudi ojek langsung menyapa Wu Yuan.
“Ehh… Itu Tuan Muda Wu Yuan, hehehe… Kali ini giliranku untuk mengantar penumpang, baiklah akulah yang mengantar Tuan Muda Wu Yuan.”
“Selamat malam Tuan Muda Wu Yuan, apakah sekarang Tuan Muda Wu Yuan akan segera pulang ke kampung?”
“Eeh… Selamat malam Paman, benar aku mau pulang sekarang, tolong Paman antarkan saya pulang ke kampung.”
“Baik… Mari Tuan Muda Wu Yuan.”
Keduanya pergi menggunakan motor 150 cc. Setengah jam kemudian, Wu Yuan sampai di rumah orang tuanya. Garasi sederhana untuk mobil pick up orang tuanya terlihat di sana.
Kampung itu tampak gelap, hanya ada lampu minyak di depan rumah-rumah penduduk, termasuk rumah orang tua Wu Yuan. Wu Yuan menghirup nafas dalam-dalam setelah turun dari motor dan membayar ongkos ojek.
“Huuuu......... Energi spiritual di sini jauh lebih kental daripada di Kota Fongkai, dan samar-samar sepertinya aku mengingat sesuatu, kalau hutan ini menyimpan sebuah harta yang sengaja ditinggalkan di sini.”
Wu Yuan tidak menyadari bahwa ingatan itu adalah ingatan tentang harta yang sengaja ia letakkan di beberapa hutan sebelum bereinkarnasi. Ia berencana menjelajahi hutan itu saat liburan musim panas.
Wu Yuan sampai di depan pintu rumahnya.
“Ayah… Ibu… Yang’er… Aku pulang…”
Pintu segera dibuka. Wajah ibunya yang penuh kasih sayang menatapnya.
“Long’er… Kamu sudah pulang? Masuklah dan segera mandi lalu makanlah.”
“Baik Bu.”
“Kakak… Hari ini kamu pulang telat ya?” Suara adiknya, Wu Fenyang. Ayahnya menatap Wu Yuan.
“Long’er, pergi mandi sana, kita akan menunggu mu makan bersama.”
“Eeh… Iya Ayah..”
Wu Yuan mandi di belakang rumah. Setelah mandi dan berganti pakaian, ia duduk bersama orang tuanya di meja makan. Ekspresi wajah Ayah dan Ibunya tampak tegang.
Setelah makan, Wu Yuan bertanya kepada Ayahnya.
“Ayah… Apakah ada masalah? Tolong ceritakan kepada ku, bagaimanapun juga, aku juga telah dewasa dan bisa berfikir.”
Ayahnya menatap Wu Yuan dengan tatapan dalam dan penuh penyesalan.
“Long’er, mari kita duduk di depan, biarkan Ibu dan adikmu membersihkan piring makanan.”
Di depan teras, Wu Wangai menatap bintang-bintang.
“Hufff......... Long’er, ketahuilah, sebenarnya Ayah dan Ibumu berasal dari ibukota provinsi, Ayahmu sebenarnya bernama Thian Wangai, dan Ibumu bernama Fang Meilan. Kami berdua melarikan diri ke desa yang sangat terpencil ini untuk menghindari kejaran keluarga besar kami karena mereka tidak merestui pernikahan kami. Keluarga Thian dan keluarga Fang di ibukota adalah delapan keluarga teratas di ibukota provinsi, kedua keluarga ini selalu berselisih dan bersaing. Ketika keluarga besar Thian dan keluarga besar Fang mengetahui hubungan Aku dan Ibumu, mereka melarang kami untuk bertemu kembali, kalau kami melanggarnya, maka kami akan dihukum mati.”
Thian Wangai terdiam, menarik nafas, menatap langit.
“Hufff..... Tapi kami sudah saling mencintai, diam-diam, kamipun bertemu dan melarikan diri ke kampung ini, namun beberapa hari yang lalu, ketika Ayah pergi ke luar kota, Ayah bertemu dengan salah satu sepupu Ayah dan dia mengancam untuk melaporkan keberadaan Ayah kepada keluarga besar Thian. Ayah rasa beberapa hari ke depan, sepertinya rumah keluarga kita akan ditemukan oleh keluarga besar Thian, sepertinya kita harus kembali pindah ke tempat lainnya.”
Wu Yuan terdiam, mencerna cerita Ayahnya, lalu memeriksa ingatannya mencari cara untuk menyembunyikan tempatnya.
“Ohh… Ternyata ada yang bernama teknik formasi, dan teknik formasi ini bisa membuat rumah ini menghilang dari pandangan orang-orang jahat, tapi aku perlu membuat beberapa jimat untuk mendukung formasi ku, haisss…” Wu Yuan bergumam dalam hatinya.
Mereka memutuskan untuk istirahat. Pagi harinya, Wu Yuan pergi ke pasar menggunakan gerak cepat seni bela dirinya. Di kamarnya, ia bermeditasi; dia telah berhasil menerobos ke tahap lima dengan seni Kultivasi Pemurnian Absolut. Malam ini ia mempersiapkan kekuatannya untuk membuat jimat. Di pasar, Wu Yuan membeli kulit kambing untuk membuat jimat.
“Biarpun ini hanyalah kulit kambing, namun untuk membuat jimat tingkat rendah masih lumayan baik.”