NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Putri Kupu-kupu Api

Reinkarnasi Putri Kupu-kupu Api

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Fantasi Wanita / Chicklit
Popularitas:33.5k
Nilai: 5
Nama Author: Katsumi

Seorang wanita pekerja kantoran yang memiliki hidup penuh akan pekerjaan. Setiap hari dia selalu bekerja dan bekerja, waktu liburan dia hanya tidur dan tak melakukan kegiatan seperti orang lain pada umumnya.

Pola hidup yang tak pernah berubah membuat dirinya stress, hingga akhirnya ia mencapai titik dimana dia tak berpikir untuk hidup.

Namun, takdir membuatnya berpindah ke tubuh seorang bocah berusia 10 tahun. Mulai dari sana ia mengalami begitu banyak peristiwa yang membuatnya memiliki alasan untuk hidup.

Kisah kebangkitan seseorang pada kehidupan keduanya dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menggagalkan Rencana Pembunuhan

Selepas mengubah penampilan yang awalnya gadis gelandangan yang kotor menjadi gadis cantik nan imut dengan pakaian yang menawan.

"Selamat datang kembali, Nona Viana Laurenfrost," sambut seorang laki-laki yang berpenampilan seperti seorang pelayan.

"Ya, bisa antar saya ke tempat Kakanda?" saut Viana.

Pelayan itu mengangguk dan menunjukkan jalannya. Mansion itu cukup luas, mereka di pandu oleh seorang pelayan menuju ke salah satu ruangan.

Di ruangan itu, terdapat sebuah meja dan sofa terlihat seperti ruang tamu biasa pada umumnya. Disana ada dua orang pria yang duduk saling berhadapan dengan satu buah meja yang menjadi pembatas antara keduanya.

Satu pria memakai kemeja sutra berwarna cream dan doublet berwarna cokelat. Sedangkan pria satunya mengenakan pakaian yang sama dengan Viana.

"Permisi, Tuan." Pelayan itu membuka pintu secara perlahan sembari menundukkan kepalanya.

"Oh, Viana. Apa kamu sudah selesai melihat-lihat kota?" tanya pria yang merupakan kakak Viana.

"Ya, Kak Yulius," saut Viana dengan senyum manis. Lalu, ia mendorong Laylie secara perlahan. Menunjukkan sosoknya kepada Yulius dan wali kota.

Saat melihat Laylie, Yulius menunjukkan wajah terkejut. "Vi... Viana... kau tidak menculik anak orang, kan?" katanya dengan nada curiga.

Viana tersenyum simpul dengan aura mencekam yang terpancar keluar. "Apa yang Kak Yulis maksud?"

Yulius terperanjat dan langsung memasang senyum bodoh. "Ahahaha... jadi, siapa anak ini?"

"Namanya Laylie, dia anak jalanan yang kebetulan ketemu saat mengejar pencuri," jelas Viana sembari mengelus kepala Laylie dengan lembut.

Yulius menatapi Laylie dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan wajah yang tampak tak percaya. "Kau bilang dia anak jalanan? Tapi bagiku dia terlihat seperti bangsawan terhormat," ungkap Yulius.

Viana membungkuk dan memeluk Laylie dari belakang. "Dia imut, kan?" katanya dengan senyum lebar, sembari mengusapkan pipinya pada Laylie.

.

.

.

"Nona, ada seorang assasin yang bersembunyi disini," Sebastian berbisik di telinga kanan Laylie.

Mendengar bisikan itu, Laylie cukup terkejut. Ia langsung menoleh ke arah kanan dengan wajah yang tampak panik.

Orang-orang yang ada di ruangan itu melihat ke arah Laylie dengan heran.

"Ada apa, Laylie?" tanya Viana.

"Ah... bukan apa-apa," saut Laylie sembari menggelengkan kepalanya. "A.. anu... apa saya boleh izin ke toilet?" Laylie mencoba untuk keluar dari ruangan itu dengan alasan ingin ke toilet.

"Tentu, apa kau bisa antarkan Laylie ke toilet?" Viana melihat ke arah pelayan yang menghantarkan mereka sebelumnya.

Pelayan itu mengangguk. "Silahkan lewat sini, Nona," ucapnya dengan sopan sembari membuka pintu keluar ruangan.

Pelayan ini memandu Laylie menuju ke toilet yang berada di lantai satu. Di dalam toilet ada Sebastian yang sedang bersamanya.

"Apa yang kau katakan tadi?" Laylie meminta penjelasan perihal assasin yang disebut oleh Sebastian sebelumnya.

Sebastian berlutut, "ya, seperti yang saya katakan tadi. Ada seorang assasin yang sedang menyusup dalam kediaman ini," jawabnya dengan serius.

"Kenapa kau bisa tahu?" Laylie penasaran.

Sebastian memiringkan kepalanya dan menunjukkan wajah bingung. "Kan tidak ada yang bisa melihat saya selain Anda, Nona Laylie," katanya.

Mendengar jawaban itu Laylie memegang dahinya dengan tangan kanan dan sedikit menghela nafas pendek. "Hah, aku lupa soal itu..."

Selang beberapa detik wajah Laylie menjadi serius. "Jadi, siapa assasin yang kau maksud? Lalu, siapa targetnya?"

"Iya, salah satu pelayan disini dan targetnya..." jawab Sebastian, namun sebelum selesai perkataannya dipotong oleh Laylie.

"Keluarga Laurenfrost," sela Laylie.

Sebastian mengangguk pelan. "Rencana akan dimulai saat jamuan makan malam," jelasnya memberikan informasi kapan rencana assasin itu dimulai.

Laylie memangku dagunya dengan tangan kanan dan mengerutkan dahinya. "Jika pada saat itu, maka dia mungkin akan menggunakan racun," gumamnya.

"Hei, siapa assasinnya?" Laylie kembali bertanya, ia menginginkan identitas sang assasin.

Sebastian mendekat ke telinga Laylie dan berbisik, memberitahunya identitas sang assasin. Mendengar hal itu Laylie terperanjat lalu melihat ke arah belakang.

Ia mendengar suara ketukan pintu dari luar toilet. "Nona, apa masih belum selesai? Nona Viana mencari Anda,"

Laylie membuka pintu itu secara perlahan.

-Crek...

Di sana ada pelayan yang menghantarnya ke toilet sebelumnya. Pelayan itu tersenyum dan mengulurkan tangannya. Laylie tampak ragu namun, ia menerima uluran tangan itu.

Mereka berjalan kembali menuju ke ruangan sebelumnya.

"Apa sudah selesai?" tanya Viana yang melihat Laylie kembali.

Laylie mengangguk pelan dengan senyum yang tampak terpaksa. Viana yang merasa aneh dengan senyuman Laylie datang menghampirinya. Ia berjongkok setinggi Laylie dan memegang kedua pipinya.

"Ada apa?" tanya Viana dengan khawatir.

Laylie menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum simpul. "Tidak, aku hanya merasa tak nyaman saja berada di rumah sebesar ini," jawab Laylie senormal mungkin.

"Begitukah?"

Laylie mengangguk.

Tak lama kemudian datang beberapa pelayan. "Permisi, waktunya untuk makan malam, Tuan," ucap mereka.

Mendengar hal itu Laylie menoleh kebelakang dan menatap para pelayan itu dengan tajam seolah ia mengetahui apa yang mereka rencanakan. Yah, Laylie memang tahu semua rencana itu berkat Sebastian.

Para pelayan itu tampak bergidik ketika merasakan tatapan Laylie. "Ada apa, Nona?" tanya mereka dengan senyum simpul.

"Eh? Ah, tidak... bukan apa-apa..." gelagap Laylie yang menjawab pertanyaan pelayan dengn senyum paksa.

Mereka pun beralih menuju ke ruang makan. Disana terdapat sebuah meja yang panjang dengan banyak kursi yang bisa untuk dua belas orang makan bersama.

Satu keluarga wali kota ikut dalam makan malam itu, dua putra dan satu putrinya, serta istrinya. Sedangkan keluarga Laurenfrost hanya dua orang yakni Viana dan Yulius.

Laylie duduk di salah satu kursi dengan mata yang selalu melirik ke arah pelayan. Sebastian berdiri tepat di sampingnya, demi menjaga agar Laylie tidak memakan atau meminum, hidangan yang berisi racun.

Pada saat itu mereka bercanda gurau sembari makan dengan santai. Tanpa mereka sadari jika nyawa mereka sedang terancam, hingga pada akhirnya para pelayan menyeduhkan teh.

"Silahkan dinikmati! Ini adalah teh dengan kualitas terbaik!" ucap wali kota dengan antusias menunjukkan keramahannya.

Sebastian mendekatkan mulutnya ke telinga Laylie. "Nona, semua teh ini berisikan racun yang dapat membuat seseorang mati dalam kurun waktu satu jam jika tak dirawat," bisiknya.

Mendengar bisikan Sebastian, Laylie mengangkat tangannya hingga menarik perhatian semua orang di meja makan.

"Ada apa Laylie?" tanya Vina yang heran, kenapa Laylie mengangkat tangannya.

"Apa kalian yang menyiapkan teh ini?" tanya Laylie dengan tatapan tajam mengarah ke para pelayan.

Salah satu pelayan menjawab pertanyaan itu. "Ya... apa ada yang salah?" jawabnya dengan senyum simpul.

Laylie meraih gelas lalu menggesernya ke kanan, menjauh dari hadapannya. "Minumlah teh ini, kurasa kalian wajib merasakannya," ujar Laylie dengan senyum penuh makna.

"Eh? Ah... tidak, teh itu tidak layak untuk dinikmati oleh rakyat jelata seperti kami," jawab pelayan itu.

Yulius terus memerhatikan Laylie yang bertingkah seolah menolak untuk meminum teh itu dan memaksa pembuat teh untuk meminumnya. Lalu ia mulai memerhatikan teh yang sedang dipegangnya. Ia mengangkat cangkir berisi teh itu tepat dibawah hidungnya.

Ia mengendus aroma teh itu dengan seksama dan merasakan ada aroma lain yang tercampur. Lalu ia juga memerhatikan warna dari teh yang sedikit berwarna kekuningan seperti warna kunyit.

"Teh ini, mengandung racun..." ucap Yulius.

Suasana menjadi hening saat Yulius mengatakan hal itu.

1
Protocetus
kapan ini lanjut?
Nani Kurniasih
Arthur pendragon jadi inget judul novel
Travel Diaryska
lanjutannya pliss season 2 manaaa
Farel Manleng
S2 ya mana kak dan apa judul ya
FIKA 😈😈😈
Sebastian kayak nama pelayan nya ciel Phantomhive
aritsu kyokata
anak sekecil itu, sudah punya gundukan dada~
Abd Shomad
wkwkw pikun😭😂
Tiara Santoso
cerita yg sangat bagus
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor💪💪💪💪
Frando Kanan
next Thor 😃
Frando Kanan
oh? apa mungkin....bon ini kenal ya???
Sribundanya Gifran
lanjut
Frando Kanan
next Thor 😃
Sribundanya Gifran
lanjut💪💪💪💪💪
Dayu Santi
Luar biasa
Dayu Santi
Kecewa
Frando Kanan
next Thor 😃
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor💪💪💪💪
meMyra
keren..ok lanjut baca
Frando Kanan
next Thor 😃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!