NovelToon NovelToon
Titik Balik Kehidupan Elena

Titik Balik Kehidupan Elena

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / One Night Stand / Keluarga
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.

Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.

Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.

Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 - Tentang Maya Eliana

"Apakah aku pernah memberitahumu jika ibuku dulunya adalah chef untuk keluarga Atmadewa?"

"Tidak," balas Andreas yang berjalan di belakang Elena.

"Nama ibuku adalah Maya Eliana. Sebelum menikah dengan ayahku, dia adalah seorang chef terkenal. Banyak hotel yang menawarinya gaji tinggi, tetapi dia menyukai Adipati Atmadewa, jadi dia bersedia tinggal bersama keluarga Atmadewa."

"Saat itu, keluarga Atmadewa hanya memiliki satu kedai kecil di pinggir jalan. Semua hidangan khas mereka sebenarnya adalah resep rahasia keluarga ibuku. Jadi, bisa dibilang tanpa ibuku, tidak akan ada keluarga Atmadewa," jelas Elena.

"Bisa dibilang ibumu adalah orang yang mendukung bisnis keluarga Atmadewa, lalu mengapa ia akhirnya mengajakmu kembali ke kota asalnya? Kamu juga menyebutkan bahwa kamu tinggal di sini saat masih kecil," tanya Andreas.

Elena menunduk, "Aku lahir di luar pernikahan, jadi aku dibesarkan di sini. Dulu aku sama sekali tidak tau seperti apa keluarga Atmadewa itu."

"Ibuku besar di desa dan keluarganya tergolong kaya, tetapi saat hamil diriku dia takut Adipati tidak mau mengakui kehamilannya, jadi dia membawaku kembali ke kampung halamannya."

"Tanpa adanya ibuku, keluarga Atmadewa hampir saja bangkrut. Hingga akhirnya Adipati mencoba untuk membujuk ibuku agar kembali, tetapi dia tetap tidak mau menikahi ibuku."

"Kakekku akhirnya mengetahuinya dan datang sendiri untuk membawaku dan Ibuku, dia juga memaksa Adipati agar bertanggung jawab. Baru setelah aku aku diakui sebagai bagian dari keluarga Atmadewa," jelas Elena.

"Lalu apa yang terjadi setelahnya? Adipati Atmadewa membiarkan Sophia tetap dekat dengannya dan menelantarkanmu hanya karena dia tidak mencintai ibumu?"

"Yang terjadi setelahnya? Adipati berpesta setiap hari hingga ibuku akhirnya meninggal. Setelah dia bebas dari ibuku, dia sangat bahagia. Apalagi saat Sophia datang ke rumah. Aku terkadang masih bertanya-tanya kenapa ayahku sangat menyukai Sophia tetapi justru membenciku," jawab wanita itu.

Pembicaraan itu berakhir begitu Elena berhenti di depan sebuah batu nisan dengan nama ibunya. Dia meletakkan buket bunga lili putih yang dia bawa di dekat nisan. "Ma, aku datang berkunjung," ucapnya.

"Sekarang usiaku sudah 31 tahun, maaf baru datang mengunjungimu setelah sekian lama," sambungnya.

Andreas meletakkan buket bunga yang dia bawa dan hendak menjauh, dia tau jika Elena butuh waktu sendiri. Tapi wanita itu mencekal lengannya lebih dulu.

"Ma, aku tidak datang sendiri. Aku datang bersama kekasihku, apa kamu menyukainya? Jika iya maka dia akan ku jadikan sebagai suami," ucap Elena yang ditujukan pada ibunya.

Andreas yang mendengarnya tersenyum, dia ikut berjongkok di samping Elena. "Bibi, namaku Andreas. Elena bercerita banyak tentangmu, dan sekarang kita akhirnya bertemu, aku berharap Bibi menyukaiku," ujar Andreas, dia menggenggam tangan Elena dengan penuh kasih sayang.

"Meskipun aku tidak setampan aktor film, tapi aku juga tidak jelek. Jika Bibi perhatikan baik-baik, kami cukup serasi kok. Jika Bibi tidak percaya padaku, biarkan aku mendekat agar Bibi bisa melihatnya dengan lebih jelas," sambungnya dengan nada bercanda.

Elena dengan cepat memukul bahu kekasihnya. "Ada apa denganmu? Aku sudah berkata agar serius, siapa yang menyapa orang tua kekasihnya seperti ini?" omelnya.

Andreas tertawa, "Sayang, kamu seharusnya membanggakanku di depan ibumu, ini adalah pertemuan pertama kita."

Elena menggeleng, "Kamu sudah terlanjur meninggalkan kesan buruk dan mempermalukanku," balasnya.

Keduanya lantas tertawa bersama, bukan semata-mata Andreas ingin mempermalukan dirinya sendiri, dia hanya ingin Elena tertawa bahagia dengan ucapan konyolnya. Dia tidak ingin sang pujaan hati merasa sedih saat mengingat masa lalu.

Di tengah tawa mereka, sebuah langkah kaki mendekat. Elena yang sadar segera menoleh untuk melihat siapa yang datang. Ternyata seorang pria paruh baya yang membawa buket bunga, pria itu terlihat terkejut saat melihat Elena.

"Kamu mengenalnya?" tanya Andreas.

Elena menggeleng, "Sepertinya dia ingin mengunjungi makan kerabatnya," jawabnya.

Pria paruh baya itu mendekat, "Elena? Apakah itu kamu?"

Mendengar namanya di sebut, Elena mengerutkan alisnya, "Anda....?"

"Paman Panca! Elena, apa kamu mengingatku?" balas pria bernama Panca itu.

"Paman Panca?" ulang Elena, dia mencoba mengingat-ingat nama itu.

Tak membutuhkan waktu lama, Elena melebarkan kedua matanya. "Anda Paman Panca?! Apa yang Paman lakukan di sini?" tanyanya.

...****************...

"Paman Panca adalah kepala chef, dia bekerja bersama ibuku selama bertahun-tahun, dia juga melihatku tumbuh besar," ucap Elena. Dia dan Andreas duduk di ruang tamu rumah Paman Panca, karena pria paruh baya itu mengajak mereka datang ke rumahnya.

"Ketika ibuku hamil, dia kembali bersama ibuku ke kampung halamannya. Dan ketika aku kembali ke keluarga Atmadewa aku tidak pernah melihatnya lagi," lanjutnya.

Tak lama kemudian Paman Panca datang, "Ayo makan, masakannya sudah matang," ujarnya dengan senyum teduh.

Keduanya segera mengikuti pria itu menuju ruang makan. Mata Elena berbinar begitu melihat beberapa masakan rumahan yang tersaji di atas meja.

"Wahhh, skill memasak Paman Panca masih menjadi yang terbaik bahkan setelah bertahun-tahun. Tidak salah Kakek dulu memujimu dengan menyebutmu sebagai golden chef," puji Elena.

"Mana ada, kemampuan memasakku tidak bisa dibandingkan dengan kemampuan Nyonya Maya, dia benar-benar orang yang sangat berbakat. Aku hanyalah muridnya, bahkan sampai saat ini,"

"Jika Nyonya Maya masih hidup, mungkin keluarga Atmadewa tidak akan memiliki wajah untuk tetap berdiri. Sayang sekali," jawab Paman Panca dengan raut sedih.

"Dengan kemampuan yang Paman miliki, apakah Paman tidak memiliki niat untuk membuka restoran di sini?" tanya Elena.

Pria paruh baya itu menggelengkan kepalanya, "Ketika aku meninggalkan rumah Atmadewa bersama ibumu, aku tidak berencana untuk bekerja sebagai chef lagi," jawabnya.

"Selama ini aku mengandalkan Nyonya Maya, aku tidak ingin menggunakan resep keluargamu untuk menghasilkan uang, itu sangat tidak bermoral," sambungnya.

Elena paham, dan dia bertanya lagi. "Lalu sekarang apa kegiatan Paman? Paman tidak memilki anak dan membutuhkan seseorang untuk bergantung hidup."

"Aku memiliki sedikit pengetahuan bertani, jadi aku membantu mengelola pertanian milik teman lamaku."

Kedua orang itu melanjutkan mengobrol sembari menyantap makan malam, sedangkan kehadiran Andreas di sana seolah hanyalah sebuah pajangan.

"Elena, ke mana kamu pergi selama 9 tahun ini? Kenapa kamu tidak pernah datang mengunjungi makam ibumu? Aku tau kamu adalah anak yang berbakti, dan bukan tipe orang yang hilang daratan begitu hidup dengan harta berlimpah, jadi mengapa kamu tidak pernah pulang?"

"Apa kamu tau bagaimana rasanya menyimpan buku diary ibumu dan juga resep rahasia keluargamu selama bertahun-tahun? Aku semakin menua, dan aku bisa mati kapan saja. Aku menjaga barang peninggalan ibumu dengan baik , jika aku tidak memberikannya padamu, maka resep rahasia itu akan hilang selamanya, dan aku akan kehilangan muka saat bertemu dengan ibumu di akhirat."

Mendengar hal itu, Elena melebarkan kedua matanya, "Paman, aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. Aku berada di sisi ibuku saat dia meninggal, dan dia tidak mengatakan memiliki sesuatu untukku."

"Saat itu ibumu mengatakan kamu masih terlalu muda untuk mempelajarinya, tapi sebelum meninggal ibumu memberikan barang itu padaku agar ku simpan. Ibumu takut Atmadewa akan menggunakan resep itu, jadi dia menyuruhku memberikannya padamu setelah kamu lulus kuliah dan hidup mendiri," jelas Paman Panca.

Elena terdiam, tapi Andreas yang ikut mendengarkan semuanya membuka mulutnya. "Anda melihatnya tumbuh dewasa, Anda juga tau saat dia lulus kuliah, lalu mengapa Anda menundanya sampai sekarang?" tanyanya.

Bersambung

Terima kasih sudah membaca 🤗

1
neur
lanjuuuut KK 👍😎
Cha Sumuk
kirain setelah klr dr penjara lebih badas dn jd wanita tangguh eh ga taunya lemah lembek mf ga lnjut bc lh bikin greget aja
Sindy Puspita: Sebelumnya terima kasih sudah mampir🤗 kalau ada waktu lagi, bisa baca bab 10 ke atas ya kak, nnti bisa lihat balas dendam Elena di mulai
total 1 replies
Sindy Puspita
Yang mau ikutan ngelabrak si Sophia besok kumpul di pertigaan rumahnya Elena ya🤭
tutiana
cepetan Ndree,,, awas hilang jejak lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!