Paula adalah anak seorang Count yang sudah jatuh, di ambang kebangkrutan keluarganya, dia dijodohkan untuk menikahi seorang Duke.
"Aku menikahimu agar aku dijauhkan dari para wanita yang menganggu. Tahu batasanmu!"
Setelah berkali-kali disakiti oleh ucapannya, Paula masih mau bertahan untuk menyelamatkan wajah orang tuanya hingga Mereka menghabiskan malam bersama dan Paula hamil.
"Wanita murahan sepertimu mengaku hamil anakku?"
Sampai akhir pun Paula masih saja disakiti.
Lalu bagaimana nasib Paula selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Setelah melewati malam pertama yang ambigu itu, Paula kini tinggal di kamar Duchess. Kamar itu ada disebelah kamar Duke Delta tapi qda pintu terhubung untuk keduanya. Paula yakin kalau pintu itu tidak akan berfungsi untuknya.
Paula sedikit tersentuh karena kemarin Delta tetap mau datang ke kamar yang sama dengannya. Karena dengan begitu dia tidak akan diremehkan oleh pelayan di mansion Duke. Dia tidak akan menjadi pengantin yang ditinggalkan oleh pasangannya di malam pertama.
Paula menulis buku hariannya.
Tak terasa beberapa hari berlalu dengan rutinitas yang sama. Sarapan bersama, lalu bekerja memeriksa keuangan yang keluar. Lalu makan siang seorang diri karena Duke biasanya sibuk dan menerima beberapa tamu atau biasanya Duke bekerja keluar untuk mengobrol atau mengecek sesuatu. Lalu kembali pada malam hari. Kadang mereka makan malam bersama tapi lebih sering Paula makan malam sendiri.
Hari ini adalah perjamuan Countess Valery, Paula memutuskan untuk hadir karena penting atau tidak pentingnya salon belum diketahui Paula. Dia harus bisa mengejar ketertinggalannya dalam bersosialisasi di pergaulan kelas atas. Sebelumnya sebagai Putri seorang Count, Paula hanya hadir di pergaulan yang diadakannya oleh dua temannya saja. Keluarga Paula tak terlalu kaya sehingga untuk pergi ke setiap salon selalu membutuhkan gaun yang memakan banyak biaya.
Paula berdandan dengan rambut setengah disanggul, rambut pirang terangnya selalu bersinar cerah dibawah sinar matahari sehingga selalu tampak memukau. Dia memakai dress berwarna merah maroon yang menonjolkan bahunya yang ramping. Paula yang cantik pasti akan jadi pusat perhatian. Untuk menjaga martabatnya sebagai seorang Duchess, Gery sudah memberitahunya bahwa Duke Delta telah membeli beberapa perhiasan yang akan menunjang tanpilannya, mulai dari cincin, gelang, kalung, anting, bross dan lain sebagainya. Untuk dibilang beberapa menurut Paula itu sedikit keliru karena ada puluhan yang Paula lihat.
Secara materi, dia bergelimpangan harta, secara batin dia terkurung dalam sangka emas milik Duke Delta.
Dia segera pergi dengan kereta mewah milik keluarga Duke.
Sesampainya di tempat salon, Paula sedikit terkejut karena perjamuan pesta teh milik Countess Valery hanya dihadiri oleh ibu ibu umur 40 tahunan ke atas. Paula adalah satu satunya perempuan yang paling muda yang hadir.
Tapi mereka semua tersenyum hangat menyambut Paula.
"Selamat datang Duchess Grovan..." seorang Viscountess menyambut Paula.
Paula juga tersenyum ramah, "Terimakasih..." Dia diberikan tempat duduk di bagian tengah karena dia anggota baru yang akan diperkenalkan, jadi wajar kalau Dia harus jadi pusat perhatian.
'Pantas saja Gery tidak memberikan rekomendasinya untuk ikut di salon ini,' pikir Paula.
"Terimaksih sudah mau hadir di pergaulan teh saya Duchess..." Kata Sang Countess. Dia sepertinya terlihat sangat senang karena Duchess Grovan yang masih muda mau datang di salonnya.
Paula dengan sopan tersenyum dan membalasnya dengan dengan baik. Di salon itu hari ini di isi dengan merangkai bunga dan Paula menyukai aktivitas tersebut. Meskipun Dia paling muda, tapi Paula tidak kesulitan dalam bersosialisasi dengan Ibu Ibu. Itu karena dulu Paula juga diam diam bekerja sebagai tenaga paruh waktu di pabrik pengemasan permen. Dia menyamar sebagai rakyat biasa dan meninggalkan status kebangsawanannya. Waktu itu sekitar masa sulitnya karena Kakaknya mengincestasikan seluruh harta Ayahnya dan tertipu, untuk menyambung hidup mereka butuh makan dan Paula menurunkan egonya untuk bekerja apa saja.
"Duchess muda sangat cantik dan ramah..." Kata seorang Baroness.
Paula berhasil menempatkan dirinya di pergaulan kelas atas Countess Valery. Paula berhasil mengambil hati para Ibu Ibu sosialita disana karena kepribadiannya yang hangat dan ramah. Countess berjanji akan mengundang Paula kembali. Citra Paula bagus di mata mereka dan Paula puas dengan hasil kerjanya.
Dia pulang dengan membawa bunga hasil rangkaiannya. Dia menyuruh pelayan untuk menempatkan bunga tersebut di meja makan karena bunga di meja makan susah hampir layu.
Delta lebih cepat, mereka akhirnya bisa makan malam bersama. Delta terdistorsi melihat rangkaian bunga yang ada di meja makan tidak seperti biasanya. Itu adalah bunga Hontensia Hydrangea yang cantik.
"Singkirkan bunga itu, aku tidak suka!" kata Delta memerintah.
Paula menghentikan aktivitas makannya, pelayan yang segera mengambil vas bunga itu pun mengambil dan mundur perlahan.
"Tolong letakkan saja di kamarku!" kata Paula pelan sambil tersenyum. Pelayan itu pun mengangguk dan pergi.
Delta sadar bahwa karangan bunga itu milik Paula.
"Kau yang merangkainya?"
Paula mengangguk tapi tak melihat ke arah Delta, dia ingin tersenyum tapi rasa sakit hatinya tidak biaa dia acuhkan. Rasanya semua usahanya tak pernah bisa memuaskan suaminya itu.
"Lain kali tidak usah repot untuk melakukan itu," itu buka kekhawatiran tapi itu perintah.
'Bahkan kegiatan yang disukai Paula itu pun dilarang.
Delta sangat membenci bunga itu karena karena mengingatkannya pada Ibunya. Ibunya yang hanya perduli dengan citranya meninggalkan Delta kepada pengasuhnya. Ibunya selalu pandai berdandan, merangkai bunga dan pekerjaan lainnya selain mengasuh anak. Semua dilakukan Ibunya karena takut Ayahnya yang sudah punya simpanan itu akan berpaling darinya. Tapi Ayahnya tetap menjalin kasih dengan simpanannya dan pada ujungnya Ibunya tetap ditinggalkan. Ibunya menjadi pesakitan dan akhirnya mati kesepian.
Delta tak mengatakan rahasianya membenci bunga Hortensi Hydrangea. Menurutnya Paula tak perlu tahu. Padahal kesalahpahaman itu takkan ada kalau Delta mau mengatakannya.
Belum ada sebulan pernikahannya dan Paula sudah merasa kalau batinnya tersiksa.
Masih berlanjut atau sudah tamat?? Authornya 😁😁
Udah naik 2 Kg pas sakit Turun 3 Kg,kan Ngeselin 🤦🏿
Orang Miskin hanya bisa Gigit jari kalo di Hina,jadi udah ga Aneh lagi Miskin selalu Salah di mata Hukum mana pun 😓.