NovelToon NovelToon
Rumah Yang Tak Lagi Utuh

Rumah Yang Tak Lagi Utuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Cintapertama
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aure Vale

Bagaimana rasanya ketika suami yang Aurel selalu banggakan karena cintanya yang begitu besar kepadanya tiba-tiba pulang membawa seoarang wanita yang sedang hamil dan mengatakan akan melangsungkan pernikahan dengannya? Apakah setelah ia dimadu rumah yang ia jaga akan tetap utuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian Tiga Belas

Semuanya terkejut begitu dokter mengatakan jika Aurel sedang hamil dua bulan, tidak ada yang mengetahui kehamilan tersebut bahkan Erven sendiri sebagai suaminya.

"Kamu hamil?" tanya Erven lembut seraya mengusap puncak kepala Aurel.

Aurel tersenyum dan menganggukan kepalanya antusias, "Iya mas, sudah dua bulan,"

"Kenapa tidak memberitahu mas, hmm?"

"Aku bukannya tidak mau memberitahu mas, tapi waktu itu aku yang tidak punya kesempatan untuk memberitahunya, setiap kali aku mau bilang, masnya yang tidak bisa," balas Aurel.

Erven yang mendengar itu menunduk sedih, rasa bersalah itu kembali menyeruak ke dalam hatinya, ia mengingkari dirinya sendiri untuk tidak akan mengabaikan Aurel setelah ia menikah lagi, tapi kini istrinya sampai terbaring lemah di atas brangkar rumah sakit karena kecerobohan dirinya sendiri sebagai suami.

"Mas minta maaf sudah mengabaikan kamu, waktu itu mas tidak sadar sudah benar-benar membuatmu terluka, kamu mau kan maafin mas?" erven menggenggam erat tangan kanan Aurel yang terbebas dari jarum infus.

"Iya, tidak masalah mas, aku sudah memaafkannya sebelum mas minta maaf,"

"Makasih, aku janji gak akan lagi mengabaikanmu, aku janji akan berbuat adil sama kamu, kamu bisa pegang janji aku," Erven berkata dengan yakinnya, ia bahkan menjanjikan hal-hal yang membuat Aurel kembali mempercayainya.

"Mas janji ya," Aurel memberikan jari kelingkingnya kepada Erven, Erven sendiri menyambutnya dengan senang hati.

"Kamu tidur ya, udah malem banget ini, udah dini hari malah!"

Aurel menggeleng, "aku gak ngantuk mas,"

"Tidur ya, mas tungguin di sini" bujuknya.

Aurel akhirnya mengangguk, ia mulai memejamkan kedua matanya dengan tangan yang masih erat menggenggam tangan suaminya.

Belum sampai satu jam Aurel tertidur, deringan telepon dari ponsel Erven masuk, Erven hendak mengabaikannya, tapi melihat siapa nama yang menelponnya, pelan-pelan, Erven melepaskan tangannya dari genggaman tangan Aurel, setelah berhasil dan Aurel tidak terbangun, ia melangkah keluar dari ruangan.

"Halo! Jihan kenapa?" tanya Erven, baru ingat jika ia baru saja meninggalkan Jihan dengan papahnya di rumah, apa yang dilakukan papanya, tidak mungkin menyakitinya, kan? Tiba-tiba saja perasaan khawatir mulai masuk ke dalam hatinya, ia memaki dirinya sendiri yang tidak membawa Jihan saat ia pergi ke rumah sakit.

"Kamu ada di mana sekarang? Masih di rumah, kan?" tanya Erven gelisah karena tidak kunjung mendengar suara Jihan dari seberang telpon.

"Perut aku sakit, mas," lirih Jihan dari sebrang telpon, suaranya sangat kecil sampai Erven sendiri harus memakai load speaker agar bisa mendengar suara Jihan.

"Sekarang kamu tenang dulu, nanti mas ke sana, oke!" perintah Erven panik.

"Mas, sakit banget," di sebrang telpon Jihan terisak kecil, membuat Erven semakin kalang kabut, dan tanpa memikirkan apapun lagi, Erven berlari keluar dari lobby rumah sakit dan memasuki mobilnya.

Rasa paniknya membuat ia lupa jika dirinya harus menjaga Aurel yang berada di rumah sakit sendiri, karena kedua orang tuanya, adik perempuannya serta nenek dan kakeknya sudah meninggalkan rumah sakit sekitar setengah jam yang lalu, Erven sendiri yang mengatakan akan menjaga Aurel sampai besok pagi.

Tapi lihatlah sekarang! Belum sampai ada satu jam Erven banyak menjanjikan sesuatu kepada Aurel, ia sudah melanggarnya.

Erven mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, melalui telponnya yang masih tersambung dengan Jihan, ia dapat mengetahui jika Jihan sedang merintih kesakitan.

"Mas sakit banget, aku gak kuat," lirih Jihan, suaranya hampir hilang, membuat Erven semakin yang sedang menyetir semakin panik, ia tidak lagi patuh pada aturan lalu lintas, lampu merah menyala pun ia tidak peduli, tetap menerobosnya, meskipun sudah dini hari, jalanan tidak sepi, masih banyak mobil dan motor yang berlalu lalang.

Erven memarkirkan mobilnya sembarangan, ia sendiri langsung keluar dari mobil dan berlari membuka pintu utama.

Pemandangan pertama yang ia lihat setelah pintu terbuka membuat Erven terkejut, kepalanya mendadak pusing melihat Jihan yang duduk di lantai dengan darah di sekelilingnya, bahkan celana putih yang sedang di pakai Jihan, sudah menjadi warna merah.

Mata Ervan berkaca-kaca, tubuhnya terdiam kaku di depan pintu masuk, ingin berlari menghampiri Jihan seraya mendekapnya dan menenangkannya, tapi ia sendiri tidak bisa menggerakkan tubuhnya, seperti ada tapi yang mengikat tubuhnya dan membatasi gerakannya.

"Mas, tolong, perut aku sakit banget," lirih Jihan menatap Erven putus asa, tangannya tidak berhenti menekan-nekan bagian perutnya yang sakit.

Erven yang langsung tersadar dengan Jihan yang sedang dalam keadaan darurat, berlari kecil menghampiri Jihan dan memeluknya erat.

"Kita ke rumah sakit ya," bisik Erven.

Jihan hanya mengangguk pelan, ia sudah tidak punya tenaga lagi untuk membuka mulutnya.

"Tahan sebentar ya!" Erven langsung menggendong tubuh Jihan dengan tubuhnya yang gemetar, kenangan buruknya tentang seseorang yang bersimbah darah kembali berputar-putar di kepalanya, rasanya Erven akan jatuh saat itu jika ia tidak langsung berpegangan pada mobil.

Jihan sendiri sudah tidak sadarkan diri sejak Erven mengangkat tubuhnya, dan itu semakin membuat Erven berada di dalam situasi yang sangat berat, dengan kedua tangan yang bergetar, Erven menggenggam erat stir mobilnya, setelah ia memastikan Jihan sudah berada dalam posisi yang nyaman di dalam mobil, Erven langsung melajukan mobilnya.

Pikirannya menjadi sangat kalut, ingatan-ingatan buruk itu kembali berputar-putar di kepalanya, Erven berusaha untuk fokus agar tidak membahayakan Jihan yang sedang ia bawa di mobilnya.

"Aarrggh, " teriak Erven menepikan mobilnya di pinggir jalan. Tidak bisa, Erven tidak bisa fokus lagi mengendarai mobilnya, dengan kedua tangan yang semakin gemetar, Erven berusaha membuka ponselnya dan mencari kontak seseorang.

"Tolong datang ke tempat yang aku kirim," ucap Erven begitu telponnya diangkat.

"Kau ada di mana?"

Erven tidak menjawab, ia langsung mematikan teleponnya sepihak dan mengirinkan lokasi saat ini kepada orang itu.

Erven menoleh ke kursi belakang, ia menatap sendu Jihan yang pingsan, "tunggu sebentar lagi, maafkan aku karena aku tidak bisa langsung membawamu ke rumah sakit," lirih Erven.

Erven menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, kedua matanya terpejam, berusaha menghilangkan bayangan-bayangan menakutkan di masa lalunya, tapi semakin ia berusaha untuk menghilangkan bayangan itu, semakin jelas pula bayangan kejadian itu.

Darah yang menggenang di sekitar seorang gadis berambut coklat panjang, juga bajunya yang berwarna putih yang sudah banyak noda merah.

Erven langung membuka matanya, berusaha menghirup udara di sekitarnya, ia membuka jendela kaca mobilnya agar sirkulasi udara di dalam mobil lancar, nafasnya juga sudah mulai pendek, tidak, Erven tidak akan membiarkan dirinya tersiksa seperti ini, karena bagaimanapun keadaannya sekarang, Jihan lebih membutuhkan pertolongan lebih dari dirinya.

"Ven," Erven menoleh dan tersenyum kecil mendapati seseorang yang ditunggunya datang.

1
Sanda Rindani
aurel oon bertahan
Dian Fitriana
update
Nur Hayati
alasan buaya buntung
Lala lala
capeknya...ud bab 30 msh menye2.
bye bye aja lah
Soraya
klo masih nerima maaf nya aku keluar thor
Yeni Astriani
yang dikatakan Yasmin benar untuk apa pertahankan erven lebih baik cerai dan pergi jauh bersama kedua anakmu, cinta boleh tapi jangan jadi wanita bodoh aurel
Soraya
Aurel jgn bodoh krna cinta
Soraya
ternyata oh ternyata
Soraya
klo q jd Aurel mending pisah gak usah juga ksh tau klo hamil
Soraya
Erven munafik katanya gak cinta
Soraya
katanya cuma nolong gak cinta tp perhatiannya ke jihan kok berlebihan
Soraya
Aurel aja yg bodoh
Soraya
knp Aurel gak cari tau ke benerannya apa benar klo Jihan dilecehkan
Soraya
gak masuk di akal nolong cuma alibinya aja dasar buaya
Soraya
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!