NovelToon NovelToon
SATU MALAM YANG MENINGGALKAN TRAUMA

SATU MALAM YANG MENINGGALKAN TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:286
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Helen Hari merupakan seorang wanita yang masih berusia 19 tahun pada saat itu. Ia membantu keluarganya dengan bekerja hingga akhirnya dirinya dijual oleh pamannya sendiri. Helen sudah tidak memiliki orang tua karena keduanya telah meninggal dunia. Ia tinggal bersama paman dan bibinya, namun bibinya pun kemudian meninggal.

Ketika hendak dijual kepada seorang pria tua, Helen berhasil melawan dan melarikan diri. Namun tanpa sengaja, ia masuk ke sebuah ruangan yang salah — ruangan milik pria bernama Xavier Erlan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

Saat Helen hendak pergi, Bobby menahannya dan memeluknya dari belakang, hingga semua teman kuliah melihat mereka.

Helen merasa malu dan tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya ia mendorong Bobby dan menginjak kakinya, hingga Bobby menjauh.

Helen berhasil kabur dan memilih menjauh dari Bobby. Ia tidak mau dekat-dekat dengan pria yang menurutnya semakin aneh.

 

Helen akhirnya sampai di kantor Xavier.

Ia merasa perlu menjelaskan semuanya, karena baginya Xavier adalah pria yang tepat saat ini.

Xavier yang sedang meeting online merasa terganggu saat seseorang mengetuk pintu. Ia belum sempat mematikan mikrofon, hingga tiba-tiba terdengar suara wanita masuk ke ruangannya.

“Xavier.”

Xavier hanya diam. Ia sedang meeting dan harus menyelesaikannya.

Untungnya meeting tersebut menggunakan bahasa lain, tetapi tetap saja Xavier merasa tidak enak pada kliennya.

Klien itu mengira Xavier selalu ditemani wanitanya, baik saat bekerja maupun tidak.

Xavier hanya tersenyum dan tidak mempermasalahkannya, selama hal itu tidak menyinggung perasaannya.

Helen memilih duduk diam di sofa. Melihat itu, Xavier merasa kasihan dan akhirnya mengirim pesan pada sekretarisnya.

“Ada Helen di ruangan saya. Tolong bawakan dua porsi makanan, minuman, dan camilan.”

Sekretaris yang berwajah pasrah hanya mengangguk dan menuruti perintah bosnya. Dalam hati ia berharap wanita itu tidak membuat mood bosnya berubah-ubah setiap hari.

Setelah makanan datang, Helen merasa bingung. Namun pas sekali karena dirinya memang lapar. Seharian ia belum makan karena fokus ujian dan bertemu Xavier.

Namun melihat Xavier sibuk bekerja, Helen merasa tidak enak. Seolah-olah dirinya mengganggu.

Setelah meeting selesai, Helen tertidur di sofa.

Xavier duduk di sampingnya, menatap wajah itu sambil melepas kacamatanya.

“Kenapa sih kamu masih mau nungguin, padahal kamu tahu aku lagi sibuk?”

Saat Xavier hendak pergi dari hadapan Helen, tiba-tiba Helen menarik tangannya hingga membuat Xavier bingung.

“Xavier, maafin aku.”

Helen mengeluarkan air mata sambil tertidur. Xavier bingung mengapa Helen menangis, padahal ia tidak tahu apa yang sedang dimimpikan wanita itu. Apakah dalam mimpinya Xavier melakukan hal jahat hingga membuat Helen menangis? Xavier berharap alasan Helen menangis bukan karena dirinya, melainkan karena orang lain atau dirinya sendiri.

Xavier hanya memeluk Helen erat agar Helen tidak menangis lagi. Namun entah kenapa, melihat Helen menangis justru membuat Xavier ikut menangis, walaupun sebenarnya bukan karena dirinya.

Tidak lama kemudian, Helen terbangun. Ia tidak menyangka kalau dirinya sudah sampai di rumah. Helen bingung bagaimana ia bisa berada di rumah, padahal tadi masih berada di kantor Xavier. Apakah semua ini Xavier yang melakukan hingga dirinya bisa sampai ke rumah?

Helen berharap kalau dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun kepada Xavier. Walaupun sebenarnya mungkin Xavier tidak mau bertemu dengannya dengan alasan ada meeting online bersama kliennya. Namun tidak apa-apa, Helen berencana mencoba lagi besok untuk bertemu dengan Xavier.

Helen berharap besok Xavier ada di kantor agar dirinya bisa bertemu langsung. Keesokan harinya, Helen sengaja melewatkan kelas demi bertemu Xavier, namun waktu dan keadaan berkata lain. Xavier ternyata pergi ke luar negeri selama satu bulan penuh, bahkan bisa lebih, untuk mengurus perusahaan barunya.

Xavier hanya diam dan merasa heran karena dirinya tiba-tiba sering bersin. Ia merasa bingung dengan tanda-tanda aneh itu. Sekretarisnya kemudian memberi informasi bahwa Helen sempat datang ke kantor hari ini, tetapi sekretaris sudah menjelaskan bahwa Xavier sedang dalam perjalanan.

Xavier hanya diam saat mendengar nama Helen disebut. Bagi Xavier, ia malas mendengar nama wanita yang menurutnya hanya memanfaatkan dirinya tanpa memikirkan ketulusan hatinya.

Sementara itu, Helen yang mendengar Xavier pergi ke luar negeri hanya terdiam. Ia berpikir, apa sebenarnya yang ia harapkan dari pria seperti itu. Ia sudah tahu sifat Xavier, tetapi masih saja berusaha memahami pria tersebut.

Xavier berharap Helen tidak memaksakan diri lagi atau mencoba bertemu dengannya, karena memang Xavier tidak ingin bertemu kembali.

Setelah kurang lebih dua tahun berlalu, Xavier akhirnya kembali ke kota asalnya. Ia melihat bahwa sekretarisnya kini sudah memiliki seorang asisten. Xavier merasa senang karena sekretarisnya tidak akan terlalu sibuk lagi.

Saat seseorang masuk ke ruangan, Xavier sama sekali tidak menyadari bahwa yang masuk bukan sekretarisnya, melainkan asisten sekretarisnya.

“Xavier, mau sampai kapan kamu terus menjauh dari aku?”

Mendengar suara itu, Xavier merasa seolah mengenalnya, namun rasanya tidak mungkin jika wanita itu adalah Helen. Saat ia melihat lebih jelas, ternyata benar wanita itu adalah Helen, membuat Xavier terkejut.

“Ngapain kamu ke sini?”

“Aku kerja di sini. Sebenarnya sudah tiga minggu, pas kamu lagi di luar negeri.”

“Ngapain kerja di sini, terus jadi apa?”

“Assistant sekretaris kamu. Namanya juga peran, jelas.”

Xavier langsung menelepon sekretarisnya dan menyuruhnya datang ke kantor sekarang juga. Setelah sekretaris datang, suasana ruangan langsung berubah. Sekretaris itu terlihat bingung.

Sekretaris menatap Xavier dan Helen secara bergantian. Helen diam saja, sementara sekretaris langsung mendekat ke hadapan Xavier. Xavier menatap sekretarisnya dengan emosi.

“Kenapa kamu memperkerjakan dia?”

“Karena selama masa training, dia yang paling cepat belajar, Pak. Memangnya ada apa?”

Xavier menghela napas dan akhirnya membiarkan Helen tetap bekerja di sana.

“Kamu boleh keluar,” ucap Xavier kepada Helen.

Helen hanya diam dan tidak bergerak sama sekali. Xavier bingung karena Helen tidak merespons ucapannya.

“Maksud saya, kamu bukan sekretaris saya.”

“Oh, kan saya punya nama, bukan cuma ‘kamu’.”

Sekretaris yang melihat itu hanya diam, malas jika urusan cinta dibawa ke tempat kerja.

“Helen, boleh keluar dari ruangan saya. Terima kasih,” ucap Xavier dengan nada lebih lembut. Ia tahu jika berbicara kasar, Helen justru akan marah.

Xavier kembali menatap sekretarisnya.

“Kenapa kamu memperkerjakan dia?”

“Karena tidak ada yang sebaik dia, Pak. Semua peserta training lama belajarnya, kecuali Helen.”

Xavier kembali terdiam. Kepalanya penuh pertanyaan, namun ia memilih membungkam semuanya.

“Kamu sudah jelaskan tugas dan keuntungannya?”

“Sudah, Pak. Dan dia setuju.”

Xavier tidak bisa berkata banyak karena ia tahu keras kepala Helen.

“Ya sudah. Lain kali jangan pakai dia sebagai alasan. Saya tidak suka mendengarnya.”

“Baik, Pak.”

Malam pun tiba. Xavier bersiap pulang, namun melihat Helen masih duduk di mejanya. Ia menghampiri Helen.

“Kenapa kamu belum pulang?”

“Emangnya Bapak bicara sama siapa?”

“Sama kamu lah.”

Helen hanya diam dan melihat sekeliling. Entah kenapa, ia malas berbicara jika Xavier hanya memanggilnya dengan ‘kamu’.

“Xavier, kamu berubah.”

“Berubah gimana? Ya sudah, kalau kamu tidak mau pulang, aku pulang dulu.”

Xavier pergi meninggalkan Helen. Tidak lama kemudian, ponsel Helen berdering. Pesan dari Xavier membuatnya terkejut.

“Pulang. Jangan di kantor terus. Aku tunggu di lobby.”

Helen segera menuju lobby dan masuk ke mobil Xavier.

“Kenapa kamu ajak aku bareng?”

“Karena aku tidak tega lihat kamu sendirian.”

Helen tidak senang dengan sikap Xavier yang terus menolaknya, padahal Xavier juga terlihat membutuhkan dirinya.

Xavier fokus pada jalan, sementara Helen memperhatikannya. Xavier sadar Helen menatapnya.

“Hmm, kenapa?”

Helen hanya diam dan menatap ponselnya.

“Kok gitu sih? Aku tanya kamu nggak jawab.”

“Emangnya kamu bicara sama siapa?”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!