Hidup Arabella hancur ketika pamannya tega menjualnya pada Edward Frederick, seorang mafia berkedok Ceo yang terkenal kejam, dingin, dan arogan, hanya demi melunasi hutang akibat kebangkrutan perusahaan.
Dengan kaki kanan yang cacat karena kecelakaan di masa lalu, Arabella tak punya banyak pilihan selain pasrah menerima perlakuan sang suami yang lebih mirip penjara ketimbang pelindung.
Perlahan, keduanya terseret dalam permainan hati, di mana benci dan cinta tipis perbedaannya.
Mampukah Arabella bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Ataukah justru dia yang akan meluluhkan hati seorang Edward Frederick yang sekeras batu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
“Aku bilang aku ingin masuk! Apa kalian tuli?!” bentak Julia, menatap dua pengawal yang berdiri kokoh di depan gerbang.
Salah satu pengawal menunduk sopan, tapi tetap tak bergerak dari posisinya. “Maaf, Nona Julia. Kami tidak bisa mengizinkan siapa pun masuk tanpa izin langsung dari Tuan Edward.”
Julia memutar bola matanya dengan kesal. Ia menepis tangan pengawal itu dengan kasar.
“Kalian pikir aku siapa, hah? Aku kekasih Edward! Aku lebih berhak masuk ke rumah ini dibanding kalian semua!”
Beberapa pelayan yang sedang menyiram taman berhenti bekerja, menatap ke arah sumber keributan.
Namun tak satu pun berani mendekat. Julia memang terkenal galak, apalagi bila berurusan dengan Edward.
“Aku tahu dia ada di sini!” teriak Julia lagi. “Dia sengaja menyembunyikan dirinya dariku, ya? Atau...” bibirnya melengkung sinis, “dia bersama wanita lain di dalam sana?”
Pengawal menahan diri untuk tidak menatapnya terlalu lama.
“Kami mohon, Nona. Jangan membuat keributan. Kami hanya menjalankan perintah.”
Julia mengibaskan rambutnya dengan angkuh. “Dasar budak tak tahu diri! Kalian semua bekerja untukku juga. Edward milikku. Tak ada yang bisa menggantikannya!”
Ia hendak kembali berteriak, namun langkah kecil yang terdengar dari arah dalam membuat semua orang spontan menoleh.
Dari balik pintu besar mansion, muncul sosok seorang anak laki-laki berusia sekitar enam tahun. Dengan wajah tenang dan langkah percaya diri, bocah itu berjalan mendekat tanpa rasa takut.
Matanya tajam seperti elang, menatap Julia dengan sorot dingin yang tak biasa dimiliki anak seusianya.
Julia menatapnya, tertegun sesaat sebelum akhirnya mendengus sinis. “Hei bocah, kenapa kau ada di sini?”
Alex berhenti di depan gerbang, tangan mungilnya terlipat di dada.
“Tante terlalu berisik untuk seseorang yang tidak diundang,” katanya datar.
Julia mengernyit. “Apa katamu, bocah?”
“Tante tuli, ya?” balas Alex santai. “Atau memang otak Tante tidak cukup berfungsi untuk memahami kalimat sederhana?”
Para pengawal nyaris menahan tawa, tapi mereka menunduk cepat-cepat.
Julia mendengus marah, wajahnya memerah karena tersulut.
“Kurang ajar! Siapa kau berani bicara seperti itu padaku?”
“Aku hanya menyampaikan fakta, Tan,” jawab Alex kalem. “Kalau Tante memang kekasih paling spesial pamanku, kenapa mereka tak mengizinkan Tante masuk ke mansion ini?”
Julia membeku sesaat, lalu tertawa sinis. “Karena dia ingin menjaga privasi, dasar bocah! Hal seperti itu tak bisa kau mengerti.”
Alex menaikkan alis, seolah mendengar lelucon yang sangat bodoh.
“Atau mungkin karena dia malu padamu?”
Julia menegang. “Apa maksudmu?”
“Aku sudah membaca semua data tentangmu. Tante pikir aku tidak tahu? Wanita yang mengaku kekasih Edward Frederick, tapi ternyata hanya simpanan salah satu investor gelap milik papaku. Cukup menarik, bukan?”
Julia terpaku di tempat. “A–apa yang kau katakan?”
Alex mencondongkan tubuh sedikit ke depan, senyumnya tajam.
“Tante memanipulasi hubungan paman Edward dengan memanfaatkan rasa bersalahnya. Tapi sayang, semuanya sudah kubaca. Tante hanya ingin uangnya, bukan hatinya.”
Julia terdiam, jantungnya berdetak kencang. “Kau… bocah sial…”
“Dan tahu tidak?” Alex melanjutkan dengan nada lebih dingin. “Bobby bahkan menyebut tante bayangan hitam. Karena kehadiran tante selalu membawa masalah. Aku juga tahu tante yang menyuruh orang-orang membocorkan lokasi pertemuan bisnis pamanku tahun lalu hingga hampir membuatnya tewas dan bangkrut”
Wajah Julia langsung berubah pucat. “Itu bohong!”
Alex menatapnya tajam, seperti pisau yang menembus kulit.
“Aku tidak pernah salah dalam data. Dan kalau tante pikir pamanku akan menutupinya lagi, semoga kali ini tidak. Aku sudah mengirim salinan buktinya ke ayahku, Diego Frederick. Tante tahu artinya, bukan?”
Julia melangkah mundur, tubuhnya gemetar. “Kau… kau tidak tahu siapa yang kau lawan!”
“Oh, aku tahu,” sahut Alex pelan. “Aku sedang bicara dengan wanita yang hidupnya akan mungkin akan segera menderita setelah ini.”
Julia hendak membalas, tapi dari arah jalan masuk terdengar suara mobil hitam yang melaju cepat. Lampu depannya menyilaukan.
Julia menoleh. “Edward?!”
Alex tetap terdiam sembari menatap pria dengan tubuh tinggi yang berjalan ke arah mereka.
si detektif kecil kayak Conan 😄😄😄..
badannya aja yg pitik ga sama isi kepala nya,,
dari pada uncle mu yg 1/2 ons
aihhh mau ngapain merek apa Edward mau ngetes lolipop nya Sam Jul Jul