NovelToon NovelToon
JEJAK LANGKAH DI UJUNG USIA

JEJAK LANGKAH DI UJUNG USIA

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Romantis / Fantasi / Kaya Raya / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: M syamsur Rizal (Rizal)

menceritakan seorang guru yang ingin hidup sederhana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M syamsur Rizal (Rizal), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

"Aku..." Jimy menggantungkan kalimatnya, keraguan mencengkeram hatinya.

Di lubuk hatinya yang terdalam, Jimy bergejolak ingin memberontak. Namun, bayangan bayi dalam kandungan istrinya menahannya. Masa depan anaknya adalah jangkar yang mengikat keberaniannya. Karena itulah, Jimy tak mampu melawan dominasi istri dan mertuanya.

"Dia berani? Aku ini menikah ke keluarga Wongso, itu sudah keberuntungan besar bagi mereka! Kalau tidak, suatu hari nanti aku bisa saja senang membuat keluarga mereka tidak punya keturunan. Mereka bahkan tidak tahu mau menangis ke mana nanti..." Sella menyemburkan kata-kata itu dengan nada merendahkan, seolah hanya dialah yang mampu memberikan Jimy keturunan.

"Jadi, sebaiknya kau pergi dari sini sekarang!" Sella mendorong Hana dengan kasar.

Hana terhuyung mundur beberapa langkah. "Hai!" teriak Hana, terkejut dan marah.

Andre, yang menyaksikan perlakuan itu, menatap putraya dengan mata berkilat. Emosinya meluap melihat istrinya Jimy bertindak kurang ajar.

"Jimy..." panggil Andre dengan suara bergetar.

"Ayah..." sahut Jimy lirih, merasa bersalah dan tak berdaya.

"Atur istrimu! Kalau kau tidak bisa, biar aku yang atur!" Ucap Andre dengan nada tinggi.

"Sella, jangan bicara sembarangan," Jimy mencoba menenangkan istrinya, suaranya bergetar.

"Kau berani menegurku? Jimy, kau sudah berani melawan, ya?" Sella mendorong Jimy dengan kasar, matanya menyala marah.

"Bukan begitu, aku hanya..." Jimy mencoba menjelaskan, namun suaranya tercekat.

Andre terdiam sejenak, merenungkan situasinya. Rasa bersalah menghantui hatinya. "Empat orang berhasil aku didik menjadi orang sukses, tapi sayangnya aku jarang menemani anakku sendiri. Karena itu, dia jadi selemah ini," gumam Andre, menatap Jimy dengan campuran kasih sayang dan kekecewaan.

"Hana," panggil Andre, matanya berkilat.

"Paman Andre, kenapa?" tanya Hana, bingung.

"Pukul balik!" perintah Andre, menyuruh Hana membalas perlakuan Sella.

Tanpa ragu, Hana menyambut kesempatan itu. Ia mendekati Sella dengan langkah cepat dan menamparnya dengan keras.

PLAK!

"Aaaakh... wanita rendahan!" Sella memegangi pipinya yang memerah akibat tamparan Hana.

"Kau berani memukulku?" Sella melotot, amarahnya memuncak.

Belum sempat Sella melanjutkan kata-katanya, Hana kembali mengayunkan tangannya. Kali ini, sebelum tamparan itu mendarat, Sella mencoba menghindar, namun Hana lebih cepat.

PLAAAAK!

Tamparan keras kedua mendarat di pipi Sella yang lain. Sella terhuyung dan jatuh tersungkur ke lantai akibat tamparan bertubi-tubi dari Hana. Sebuah vas bunga di dekatnya ikut terjatuh dan pecah berantakan.

Ibu Sella menjerit histeris melihat putrinya dipermalukan dan diperlakukan kasar. "Putriku! Putriku!" teriaknya sambil berlari menghampiri Sella yang tergeletak di lantai.

"Ibu..." rintih Sella, air mata mulai membasahi pipinya. Ia merasa malu dan marah.

"Sudah kubalas," ucap Hana santai, seolah tidak terjadi apa-apa. Ia membersihkan tangannya dengan tisu.

"Berani kau pukul putriku! Aku akan melawanmu!" teriak ibu Sella dengan nada histeris. Ia mencoba menampar Hana untuk membalaskan dendam putrinya.

Namun, dengan sigap Hana menangkap tangan ibu Sella dan mendorongnya hingga terjatuh terduduk di lantai. Ibu Sella meringis kesakitan.

Anak dan ibu akhirnya merasakan akibat dari perbuatan mereka. Mereka saling bertatapan dengan tatapan penuh dendam.

"Wah, Paman Andre, teknik menangkap yang kau ajarkan benar-benar berguna!" ucap Hana sambil menatap Andre dengan senyum lebar. Ia mengedipkan mata pada Andre.

Sella meraung marah. "Jimy!" teriak Sella histeris. "Bagaimana bisa kau hanya berdiri di sana, melihat orang lain menindas kami sekeluarga?!" teriak Sella, menunjuk Jimy dengan jari gemetar.

Andre menatap anaknya dengan tatapan kecewa. "Jimy, kau sudah berubah. Kau tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah lagi?" ucap Andre dengan nada sedih.

Jimy terdiam, mendengar ucapan ayahnya hatinya mencelos. Ia menatap Sella dan ibunya dengan rasa bersalah. "Sella, memang kau yang salah. Kalian tidak seharusnya memukul dan memarahi orang. Dibales seperti ini sudah dianggap impas," ucap Jimy, mencoba membela diri.

"Kau... kau malah membela orang lain! Aku mau cerai denganmu!" ucap Sella sambil mendorong Jimy dengan kasar. Ia mengambil sebuah pisau buah dari meja dan mengacungkannya pada Jimy.

"Benar! Putriku mau cerai denganmu!" timpal ibu Sella dengan nada tinggi. Ia mengambil sebuah botol kaca dan bersiap melemparnya.

"Kalian... kalian tidak perlu membuat masalah sampai seperti ini, kan?" ucap Jimy, putus asa. Ia mencoba menenangkan Sella dan ibunya.

"Kau sendiri yang cari gara-gara! Dulu, waktu putriku masih sekolah, dia punya hubungan baik dengan tuan muda dari keluarga Faray. Kaulah yang memaksa ikut campur, sok perhatian memberi hadiah. Putriku tidak tahan dengan sikap lemah lembutmu, baru dia setuju bersamamu. Tapi, ternyata dia cuma bisa menderita!" ucap ibu Sella dengan emosi yang meluap-luap.

"Sekarang, jangan kau kira putriku sudah hamil anakmu, jadi dia harus bersamamu!" sambung ibu Sella dengan nada sinis.

Andre yang mendengar perkataan itu tidak bisa tinggal diam. Bagaimanapun, Jimy tetaplah anaknya. Ia maju mendekati Sella dan ibunya.

"Menderita? Rumah ini seharga empat miliar, mobil ratusan juta aku berikan untuk kalian, semuanya aku bayar lunas! Coba tanya pada orang lain, siapa yang bisa dibandingkan dengan kalian?" ucap Andre dengan nada tinggi, berusaha menahan emosinya.

"Aduh, rumah seharga empat miliar, mobil ratusan juta kau masih berani bilang? Putriku kalau bukan karena anakmu, dia sejak awal sudah tinggal di rumah triliunan, bawa mobil miliaran!" ucap ibu Sella dengan nada sombong.

Sella menatap Jimy dengan tatapan sinis dan mendekatinya dengan langkah angkuh. Ia mengacungkan pisau buah ke wajah Jimy. "Jimy, aku beri kau satu kesempatan terakhir. Tampar wanita rendahan itu sekarang! Kalau tidak, aku akan..." ancam Sella, matanya menyala marah.

Namun, di luar dugaan, Jimy akhirnya mengikuti kata hatinya. Ia meraih tangan Sella yang memegang pisau dan membuangnya ke lantai.

"Ya sudah, kalau memang maunya cerai..." ucap Jimy dengan suara bergetar, namun penuh tekad.

"Apa? Coba kau katakan sekali lagi!" ucap ibu Sella, tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Aku sudah muak dengan kau dan ibumu! Kalian usir ayahku, memperlakukanku seperti pembantu, selalu merasa jijik padaku. Apa pun yang kulakukan tidak pernah cukup, apa pun yang kuhasilkan tidak pernah banyak!" ucap Jimy, melepaskan semua emosi yang selama ini ia pendam.

"Baik! Kalau itu maumu, asal kau keluar dari rumah ini tanpa membawa apa pun, aku akan ceraikan kau!" ucap Sella dengan tatapan tajam.

"Atas dasar apa? Rumah ini punya ayahku, kenapa aku harus cerai tanpa apa pun?" ucap Jimy dengan emosi yang meluap. Dadanya naik turun menahan amarah dan ketidakadilan.

"Apa kau mau putriku hamil dengan perut besar terlantar di jalanan? Apa kau seorang pria?" ucap Ibu Sella histeris, air mata buatan mengalir di pipinya. Ia berusaha memainkan emosi Jimy.

Jimy terdiam, hatinya tercubit mendengar kata-kata itu. Ia menoleh dan melihat ayahnya. Seorang anak dan ayah saling menatap dalam diam, namun penuh perasaan. Di dalam hati mereka, ada pengertian yang tak terucapkan.

"Ayah, aku..." ucap Jimy tertahan, antara bingung dan bersalah. Ia merasa terhimpit di antara tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan rasa hormatnya kepada sang ayah.

"Aku menghargai keputusanmu," ucap Andre dengan nada tenang, namun matanya memancarkan kesedihan. Ia tahu betapa beratnya pilihan yang harus diambil Jimy.

Jimy segera berlutut di depan ayahnya. "Maaf, aku anak yang tidak berbakti. Bahkan harta benda hasil jerih payah Anda, aku tidak bisa mempertahankannya," ucap Jimy memohon maaf kepada ayahnya. Air mata mulai membasahi pipinya.

"Mari..." ucap Andre sambil membangunkan Jimy dari berlututnya. Ia memeluk putranya dengan erat.

"Ayah yang bersalah padamu. Kepedulian Ayah padamu selama bertahun-tahun terlalu sedikit. Kau tenang saja, aku akan membuat mereka tahu..." ucap Andre dengan nada rendah, namun penuh tekad. Ia mengusap air mata di pipi Jimy.

Andre menatap tajam kepada Sella dan ibunya dengan tatapan yang sangat mengerikan. Matanya memancarkan amarah dan kekecewaan yang mendalam.

"Keputusan yang mereka buat hari ini, sangatlah bodoh," ucap Andre dengan nada dingin. Ia tersenyum sinis.

Andre, Hana, dan juga Jimy melangkah pergi meninggalkan rumah itu. Sella dan ibunya tersenyum penuh kemenangan, menyimpan sesuatu yang tidak diketahui oleh siapa pun. Mereka merasa telah berhasil memenangkan pertarungan ini.

1
reza indrayana
bikin bapeerRr... ( aku sludah pernah nonton filmnya Thor )💙💛💙😘😘😘
angelwings
Mantap betul! Terimakasih, author!
Vikale5
Terhibur sekali!
M syamsur Rizal (Rizal): terimakasih suport nya kakak🙏🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!