NovelToon NovelToon
Pendekar Naga Bintang

Pendekar Naga Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Misteri / Action / Fantasi / Budidaya dan Peningkatan / Anak Genius
Popularitas:183k
Nilai: 4.9
Nama Author: Boqin Changing

Di barat laut Kekaisaran Zhou berdiri Sekte Bukit Bintang, sekte besar aliran putih yang dikenal karena langit malamnya yang berhiaskan ribuan bintang. Di antara ribuan muridnya, ada seorang anak yatim bernama Gao Rui, murid mendiang Tetua Ciang Mu. Meski lemah dan sering dihina, hatinya jernih dan penuh kebaikan.

Namun kebaikan itu justru menjadi awal penderitaannya. Dikhianati oleh teman sendiri dan dijebak oleh kakak seperguruannya, Gao Rui hampir kehilangan nyawa setelah dilempar ke sungai. Di ambang kematian, ia diselamatkan oleh seorang pendekar misterius yang mengubah arah hidupnya.

Sejak hari itu, perjalanan Gao Rui menuju jalan sejati seorang pendekar pun dimulai. Jalan yang akan menuntunnya menembus batas antara langit dan bintang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apel Iblis

Boqin Changing Changing menatap benda dalam kotak itu beberapa detik tanpa berkata. Cahaya ungu pekat memancar lembut dari sebuah buah seukuran genggaman tangan, kulitnya halus namun berurat seperti retakan petir yang mengalir di bawah permukaannya. Aura buas, dingin, dan kuno menyelimuti udara di sekitarnya.

Buah itu… mustahil…

Jantung Boqin Changing sempat berdegup lebih cepat. Di kehidupannya sebelumnya saat ia menuju ke puncak dunia, ia pernah mengonsumsi buah ini yang didapatkan oleh salah satu pengikutnya. Dan sekarang… benda itu ada di tangannya lagi?

Nama benda itu adalah Apel Iblis. Salah satu sumber daya paling langka di dunia. Konon buah ini hanya muncul lima ratus tahun sekali.

"Jadi kaum binatang suci punya buah ini selama ini…"

Namun meskipun dadanya bergejolak, ekspresi Boqin Changing Changing tetap datar. Ia menutup kembali kotak kayu itu dan mengangkat kepalanya pelan, kembali menampilkan sosok tenangnya yang berbahaya.

Tidak boleh terlihat terlalu antusias. Tidak boleh membuat makhluk ini curiga.

Ia bertanya dengan nada biasa.

“Kau bahkan tahu nilai benda ini?”

Kuda Bertanduk mengangguk kecil.

“Tentu saja kami tahu Tuan. Buah itu… bukan sesuatu yang seharusnya ada di dunia ini. Leluhur kami meninggalkan pesan, jangan pernah menggunakannya. Simpanlah sebagai penawar bencana, dan hanya berikan kepada seseorang atau kelompok bila kaum binatang suci berada dalam ancaman besar.”

Tatapan Boqin Changing sedikit menyipit.

“Lalu kenapa diberikan padaku?”

“Karena kami berutang,” jawab Kuda Bertanduk tanpa ragu. “Jika bukan karena kelakuan salah satu kaum kami, bocah manusia itu mungkin mati. Dan ketika itu terjadi kau pasti akan memburu kami. Menurut hukum kami… itu berarti kau layak menerima kompensasi tertinggi dari kaum binatang suci.”

Boqin Changing Changing menahan napas sejenak.

Gao Rui, yang masih belum paham apa pun, mengangkat tangan ragu-ragu.

“Uh, guru… itu cuma buah biasa kan? Sepertinya tidak istimewa....”

Brak!!!!!

Sebuah batu kecil melayang dan menimpa kepala Gao Rui.

“Aaaaakkk!!”

“Diam,” Boqin Changing Changing berkata datar, lalu kembali memandang Kuda Bertanduk. “Kau tahu apa nama benda ini?”

Kuda Bertanduk mengangguk pelan.

“Leluhur kami menyebutnya Buah Apel Ungu. Tapi kami tidak tahu nama aslinya dalam bahasa manusia.”

Boqin Changing Changing tersenyum tipis, lalu menutup kotak itu dengan perlahan.

“Nama aslinya Apel Iblis.”

Kuda Bertanduk langsung terdiam. Matanya melebar sedikit.

“…Jadi kau mengenalinya?”

“Tentu saja,” ujar Boqin Changing Changing, tenang namun sarat makna. “Aku bahkan tahu rasanya.”

Kuda Bertanduk menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ada keterkejutan di sana… sekaligus kewaspadaan baru.

“Tuan jadi kau mengenalinya.”

Boqin Changing Changing menatap balik tanpa gentar.

“Ada banyak hal yang kau tidak tahu tentang dunia ini.”

Angin pagi berembus pelan. Daun-daun di halaman bergetar tipis.

Pertemuan yang awalnya terasa seperti permintaan maaf biasa… kini berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih serius.

Boqin Changing Changing menutup kembali kotak itu, namun jemarinya masih menyentuh permukaannya seolah enggan melepaskannya. Di dalam hatinya, ia tahu ini bukan sekadar buah. Ini adalah keberuntungan besar, hadiah langit yang turun tepat ke tangannya. Namun ia tak boleh tergesa-gesa. Sedikit saja ia terlihat terlalu tertarik, kaum binatang suci bisa curiga dan mengubah sikap mereka.

Dengan tenang, ia menimang-nimang kotak itu perlahan, seperti seorang pedagang yang sedang menilai apakah barang di depannya layak dijadikan kompensasi.

“Hmm…” gumamnya datar, seolah sedang ragu. “Jadi… ini kompensasi yang kaum binatang suci berikan padaku?”

Kuda Bertanduk menundukkan kepala, tapi dari raut wajah dan ekornya yang sedikit tegang, terlihat jelas ia sedang harap-harap cemas.

“Benar, Tuan. Kami… berharap kompensasi ini cukup untuk menebus kesalahan kaum kami kemarin.”

Gao Rui menatap bergantian antara gurunya dan makhluk itu, masih tak mengerti apa istimewanya buah ungu itu, tapi ia tahu satu hal, suasananya berubah mencekam.

Boqin Changing Changing membiarkan kesunyian menggantung beberapa detik. Ia memejamkan mata, menarik napas pelan, lalu mengangguk tenang.

“Baiklah,” katanya akhirnya. “Aku menghargai niat baik kaum binatang suci. Dengan ini… aku menganggap masalah kita telah selesai.”

Helaan napas lega langsung terdengar dari Kuda Bertanduk. Bahunya yang tegang turun seketika, seolah beban sebesar gunung lenyap dari tubuhnya.

“Terima kasih, Tuan. Dengan ini… hubungan antara kau dan kaum kami tetap damai.” Ia menundukkan kepala dalam-dalam. “Jika suatu hari kaum binatang suci bisa membantu, kirimlah pesan, aku akan membantumu.”

Boqin Changing Changing hanya mengangguk tipis.

“Kau boleh pergi.”

Kuda Bertanduk memberi hormat terakhir, lalu menatap Gao Rui sebentar.Ia tidak berkata lagi. Tubuhnya diselimuti cahaya perak, sepasang sayap energi terbentuk di sisi tubuhnya, dan dalam sekejap ia terbang menembus langit, meninggalkan Boqin Changing Changing dan muridnya sendirian di lembah sunyi itu.

Sunyi sesaat. Boqin Changing Changing menatap kotak kayu di tangannya… lalu sudut bibirnya terangkat dingin. Apel Iblis. Ia tak menyangka… takdir memberikannya kesempatan untuk menembus ranah pendekar bumi tahap tengah.

...******...

Boqin Changing Changing berdiri di depan rumahnya. Matahari baru menanjak setinggi tombak, embun masih menempel di dedaunan, dan hawa pagi masih menyisakan dingin pegunungan.

Di kejauhan, terlihat Gao Rui masih berlutut di tanah. Rambutnya berantakan, napasnya tersengal, dan kantuk masih tampak jelas di matanya yang memerah.

Tatapannya kosong, seperti orang yang sudah pasrah menerima takdir.

Boqin Changing Changing mendekat perlahan sambil memegang kotak kayu berisi Apel Iblis di satu tangan. Ia memiringkan kepala sedikit, memperhatikan muridnya dari atas sampai bawah.

“...Apa yang sedang kau lakukan?”

Suara itu terdengar datar, tenang, namun memotong keheningan seperti pisau. Gao Rui mendongak, matanya melebar.

“G-Guru!” serunya terbata. “Aku… aku masih dalam hukuman! Aku belum pantas makan atau tidur sebelum kau memaafkan....”

“Berdiri,” potong Boqin Changing dingin.

Gao Rui langsung terpaku. “T-Tapi....”

“Berdiri,” ulang Boqin Changing. Nada suaranya tetap datar, namun ada tekanan yang membuat tak ada pilihan untuk membantah.

Dengan cepat, meskipun lututnya gemetar, Gao Rui bangkit. Ia berdiri tegak seperti tombak yang bengkok, berusaha tampak kuat meski wajahnya jelas menunjukkan penderitaan.

Boqin Changing menatapnya sejenak, lalu berkata pelan tanpa emosi.

“Pergi buat sarapan.”

“...Eh?”

Gao Rui berkedip beberapa kali. Ia bahkan menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada orang lain yang dimaksud gurunya.

“Sarapan,” ulang Boqin Changing. “Lalu setelah itu latihan lagi.”

Wajah Gao Rui langsung berbinar seperti kembang api dinyalakan di otaknya.

“G-Guru... maksud guru… hukuman....”

“Kalau ingin dihukum lagi bisa. Aku tidak keberatan.”

“Tidak perlu! Tidak perlu hukuman lagi!” Gao Rui langsung menggeleng cepat seperti anjing yang habis disiram air. “Sarapan, segera! Aku akan buat sarapan sekarang! Apa guru mau bubur? Atau sup daging? Atau nasi? Atau....”

“Apa saja. Cepat kerjakan.”

“Siap!!!”

Dengan kecepatan yang tidak seharusnya dimiliki manusia yang belum tidur semalaman, Gao Rui langsung berlari ke dapur dengan semangat membara. Ia bahkan hampir tersandung batu, tapi semangatnya tak goyah.

Boqin Changing hanya memandang sekilas, lalu ikut berbalik masuk ke rumah.

1
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
/Good//Good//Good//Good//Moon//Moon//Ok/
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Mahayabank
/Good//Good//Good//Ok//Ok//Moon//Moon/
Mahayabank
💪💪💪💪💪 Cemunguuut
Mahayabank
Mantap Lanjuuuut lagi.. 🔁👍
Mahayabank
Yaudah lanjuuuut lagi 🔁🔁
Anonymous
😍😍😍😍
John Travolta
mantul.thorrre
hamdan
lanjutttt
Duroh
mantap jiwah
Joko
lagi up thorrrr 👍
Wanfaa Budi
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!