Siapa yang tidak menginginkan harta berlimpah. Segala keinginan dapat diraih dengan mudah. Tak heran banyak orang berfoya-foya dengan harta.
Berbeda dengan keluarga Cherika. Mereka menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan keluarga.
Tapi tidak disangka, karena harta lah Cherika kehilangan harta keluarganya. Orang tuanya menghilang sejak mendapatkan kecelakaan. Hanya Cherika yang selamat.
Cherika kemudian tinggal bersama saudara ibunya. Dan tanpa sengaja, Cherika mendengar penyebab tentang kecelakaan orang tuanya.
Kabar apakah itu?
Ikuti jalan ceritanya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Kebakaran
Sejak hari itu, Cherika sering mengalami kesurupan. Bobby tidak pernah lagi mengunjungi Cherika karena ketakutan. Vian meminta bantuan Laudya untuk menghubungi Nyai.
Awalnya Zidan hanya mempercayakan kesehatan Cherika pada Dokter Erlandi, tapi kondisi Cherika di luar ilmu kedokteran. Mau tidak mau Zidan meminta bantuan Laudya. Satria dan Dokter Erlandi juga tidak mempercayai Laudya tapi demi kesembuhan Cherika mereka terpaksa meminta bantuan Laudya.
Laudya sering ke rumah Cherika membawakan air mineral yang sudah dibacakan mantra oleh Nyai. Setelah Cherika meminum air itu, Cherika kembali normal. Tapi setelah air di botol mineral itu habis, Cherika kembali mengalami kesurupan.
Cherika yang sebelumnya bekerja di salah satu perusahaan swasta di kota Zamrud karena sering mengalami kesurupan di kantornya, akhirnya Cherika diistirahatkan. Perusahaan takut Cherika akan merugikan dan meresahkan perusahaan.
Cherika beristirahat di rumah. Cherika kadang merasa kesepian di rumah. Zidan, Satria dan Dokter Erlandi yang sekarang tinggal bersamanya hanya bisa menemani di saat mereka pulang kerja.
Vian jika tidak ada kesibukan baru bisa menemani Cherika. Vian dan Cherika baru dua bulan menjadi sepasang kekasih. Vian juga tidak sesering dulu lagi ke rumah Cherika karena Bobby masih takut ketemu Cherika.
Dan hari itu di siang sabtu, Vian berkunjung ke rumah Cherika. Vian banyak membawakan cemilan, buah-buahan untuk Cherika. Cherika juga masak beberapa hidangan untuk Vian makan siang. Mereka makan siang bersama.
Saat itu, Laudya juga datang ke rumah Cherika seperti biasa membawakan air mineral dari Nyai untuk Cherika. Laudya melihat Cherika dan Vian yang sedang makan siang. Laudya cemburu melihat kemesraan mereka.
Laudya juga mendengar rencana Vian untuk melamar Cherika. Seketika, darah Laudya mendidih. Laudya tidak perduli dengan statusnya sebagai istri dari Dhika Adli. Laudya ingin memiliki Vian, Laudya tidak rela Vian bersanding dengan Cherika.
Cherika melihat Laudya dan mengajaknya makan siang bersama. Laudya memberikan air mineral dari Nyai untuk Cherika.
"Cheri, kemungkinan ini air terakhir yang akan diberikan Nyai. Kata Nyai, lu akan kembali normal," kata Laudya.
"Terima kasih banyak Laudya. Maaf telah merepotkan kamu. Makan yang banyak," Vian memberikan lauk dan sayuran untuk Laudya.
Hati Laudya berbunga-bunga. Ada perasaan yang tidak bisa Laudya ungkapkan saat Vian memberikan sedikit perhatian. Laudya semakin ingin memiliki Vian.
Laudya menghabiskan makan siangnya. Laudya pamit meninggalkan rumah Cherika. Tapi sebenarnya, Laudya bersembunyi menunggu Vian pulang dan Cherika sendirian di rumah.
Setelah dua jam menunggu, Vian akhirnya meninggalkan rumah Cherika. Laudya perlahan masuk ke halaman rumah dan pergi ke belakang rumah Cherika. Laudya mengintip Cherika yang baru saja meminum air mineral di ruang tamu. Cherika menguap dan masuk ke dalam kamarnya.
Laudya masuk ke dalam kamar Cherika. Laudya memastikan Cherika benar-benar terlelap. Laudya mengambil ponsel Cherika dan mengunci Cherika di dalam kamarnya.
Laudya menaruh panci untuk merebus mie instan berisi air di atas kompor gas. Tidak lupa ponsel Cherika juga dimasukkan ke dalam panci. Laudya menyalakan kompor gas dan pergi meninggalkan rumah Cherika dari pintu belakang.
"Akhirnya, lu bisa beristirahat dengan tenang di rumah orang tua lu," kata Laudya.
Laudya dengan cepat pergi meninggalkan rumah orang tua Cherika. Tidak pernah Laudya merasakan sebahagia ini. Laudya berteriak kegirangan. Laudya tidak sabar mendengar kabar dari Cherika.
Air di dalam panci mulai menyurut. Api mulai menjalar ke seluruh badan panci. Dan terdengar suara ledakan keras di dapur. Api dengan cepat menjalar ke seluruh ruangan dapur.
Cherika masih tidak menyadari apa yang terjadi. Cherika tertidur pulas di bawah pengaruh obat tidur yang sebelumnya dimasukkan Laudya dalam botol air mineral.
Api semakin berkobar, memakan sebagian rumah Cherika. Para warga yang menyadari itu, berhamburan ke luar rumah dan saling membantu memadamkan api. Mereka juga menghubungi pemadam kebakaran.
Dokter Erlandi yang berada di rumah sakit, merasa tidak tenang, dia berkali-kali menghubungi Cherika tapi ponsel Cherika tidak aktif. Dokter Erlandi menghubungi Vian yang saat itu masih berkendara di jalan. Dokter Erlandi meminta tolong agar Vian memeriksa Cherika di rumah.
Dokter Erlandi juga menghubungi Zidan dan Satria. Betapa terkejutnya Dokter Erlandi setelah mendapat kabar dari Satria, bahwa rumah yang mereka tempati saat ini sedang terbakar. Dokter Erlandi segera menuju ke rumah Cherika.
Sementara itu, Vian memutar balik mobilnya kembali ke rumah Cherika. Vian melihat kepulan asap hitam dari kejauhan. Jalanan menuju rumah Cherika mulai padat. Mobil pemadam kebakaran mulai berdatangan.
Vian memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Vian berlari masuk menerobos kerumunan. Vian meminta agar orang-orang memberinya jalan. Vian histeris saat melihat kobaran api melahap hampir seluruh rumah Cherika.
Vian memaksa untuk masuk ke dalam rumah. Vian ingin menyelamatkan Cherika. Tapi petugas pemadam kebakaran menahan Vian. Mereka meminta Vian tenang. Mereka akan berusaha menyelamatkan orang yang di maksud Vian.
Zidan, Satria dan Dokter Erlandi tiba di rumah Cherika. Mereka juga sama seperti Vian ingin masuk ke dalam kobaran api mencari Cherika. Dan mereka juga ditahan petugas pemadam kebakaran.
"Kami mengerti, Anda semua khawatir, tapi tolong, biarkan kami menjalankan tugas kami," kata petugas pemadam kebakaran.
Mereka berempat hanya bisa pasrah. Api terus saja berkobar. Terdengar suara letupan di dalam rumah. Bagian belakang rumah Cherika hancur, roboh menjadi arang. Yang tersisa hanya bagian tengah rumah.
Pemadam kebakaran terus bertarung melawan api yang semakin membesar. Mereka berteriak memanggil Cherika. Tidak terdengar sahutan dari dalam. Vian meminta petugas pemadam kebakaran untuk masuk ke dalam kamar yang ada di depan.
"Tolong Pak, Cherika mungkin ada di kamar depan!" Teriak Vian.
Petugas pemadam kebakaran terus berjuang memadamkan api dan mencari Cherika. Beberapa dari mereka mencoba membobol jendela kamar Cherika. Salah satu dari mereka melihat ada seseorang yang tergeletak di lantai kamar.
Dengan sangat hati-hati, para petugas pemadam kebakaran masuk menerobos api lewat jendela kamar Cherika. Mereka sekuat tenaga berusaha mengangkat balok yang menindih tubuh Cherika.
BRAAAAK!
Terdengar suara runtuhan. Orang-orang di luar sana tidak kalah histerisnya. Zidan, Dokter Erlandi, Satria dan Vian terduduk saat melihat bangunan rumah Cherika perlahan ambruk. Petugas pemadam kebakaran dan Cherika masih belum kembali.
"Cheri! Cheriiiiiiiii!" Teriak Vian.
"Pa, Ka, Cheri masih di sana! Aku harus menyelamatkan Cheri!" Satria berlari sekencang-kencangnya ke samping rumah Cherika.
"Tahan! Jangan ada yang ke sana!" Teriak pemimpin pemadam kebakaran.
Satria tidak nampak lagi. Vian juga ingin menyusul Satria tapi lagi-lagi ditahan oleh petugas pemadam kebakaran. Zidan, Dokter Erlandi, Vian hanya bisa pasrah saat melihat api terus berkobar dan membakar habis rumah Cherika.
"Oh tidak. Cheri! Cheriiiiiiiii!" Vian teriak histeris.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...