Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMBALI BERAKSI
Merasa tidak ada yang menyahut, Irma memilih berlari menjauhi rumah Mbah Bejo. Pikirannya sudah kemana-mana membayangkan yang tidak-tidak. Sebelum sampai di dekat sepeda motornya terparkir, hidung Irma tiba-tiba mencium sesuatu yang anyir dan sangat menyengat. Lengkap sudah ketakutannya kali ini, ia bahkan sudah berlari dengan air mata yang membasahi pipinya.
Dengan segera ia menghidupkan sepeda motornya, pandangan matanya tidak berani melihat-lihat sekitar apa lagi memandang ke arah rumah Mbah Bejo. Dengan kecepatan tinggi, Irma meninggalkan rumah Mbah Bejo, lubang jalan sudah tidak lagi ia hiraukan yang ada di dalam pikirannya saat ini hanya ingin cepan sampai rumah atau setidaknya keluar dari jalan sepi itu.
Sepanjang jalan Irma menangis ketakutan, ia rasa kedepannya sudah tidak mau lagi datang ke rumah Mbah Bejo di malam hari seperti ini.
Dari kejauhan Irma melihat lampu jalan itu artinya perumahan sudah hampir dekat, kecepatannya ia kurangi karena sudah terbebas dari tempat menyeramkan tadi. Tepat di bawah lampu jalan yang lumayan terang, tiba-tiba hidungnya kembali mencium aroma darah yang pekat.
Sialaann! Batin Irma kembali memacu sepeda motornya dengan cepat. Untung saja ia tidak menoleh ke spionnya, karena jika ia melihat ke arah spion mungkin Irma akan melihat sosok yang sedang terbang melayang mengikutinya sejak dari rumah Mbah Bejo tadi.
...****************...
Pagi harinya Irma izin tidak ke rumah Nadin karena beralasan sakit, Nadin tidak mempermasalahkan hal tersebut, ia justru memberikannya libur sampai Irma benar-benar sembuh dulu. Tanpa Nadin tahu jika sebenarnya Irma berbohong, ia tidak ke rumah Nadin karena akan kembali ke rumah Mbah Bejo untuk bertemu dukun tua tersebut. Tekatnya sudah bulat untuk kembali mengulang pelet yang sempat terhenti, ia kini sudah tidak lagi peduli dengan resikonya karena sudah diliputi perasaan iri terhadap kehidupan majikannya.
Pukul 11 siang, Irma kembali menyusuri jalanan menuju ke rumah Mbah Bejo, jika siang hari begini ia tidak terlalu takut saat melewati hutan pinus karena suasananya tidak semenyeramkan saat di malam hari.
Sepedanya membelah jalanan penuh lubang dan juga rusak di mana-mana, dengan lihai Irma meliuk-liuk melewati jalanan tersebut, ia sudah tidak sabar untuk cepat sampai di rumahnya Mbah Bejo.
Sesampainya di rumah Mbah Bejo, dilihatnya sang pemilik rumah sedang berjalan dari arah barat dengan cangkul di pundaknya dan singkong di tangan kirinya. Kebetulan sekali pikir Irma, Ia yang lebih dulu sampai di halaman, menunggu Mbah Bejo yang berjalan ke arah rumah.
”Mbah, saya ada perlu dengan sampeyan.” Ujar Irma saat Mbah Bejo baru sampai.
Dukun itu tidak langsung menjawab tapi lebih memilih meletakkan cangkulnya di depan halaman dekat dengan undakan tangga menuju teras.
“Ayo masuk.” Ujar Mbah Bejo yang berjalan lebih dulu memasuki rumah.
Irma mengikutinya, sudah beberapa kali ia mendatangi rumah tersebut tapi rasa takutnya masih sama seperti saat pertama datang. Apa lagi saat Irma sudah masuk ke ruang tamu dan duduk di sebuah bangku kayu ia jadi teringat dengan kejadian tadi malam, apa sebenarnya yang ia dengar dari suara benturan di dalam rumah ini.
Mbah Bejo berjalan ke dalam untuk membersihkan badannya yang sedikit terdapat tanah bekas mencabut singkong tadi. Tanpa berlama-lama, Mbah Bejo sudah datang dengan kaus singlet putih yang sudah berubah warna menjadi agak kecoklatan dengan celana gombrong warna hitam.
Dukun itu duduk di depan Irma yang sedari tadi gusar karena merasa tidak nyaman dengan suasana sekitarnya.
“Ada apa?” Tanya Mbah Bejo memandang serius ke arah pelanggannya itu.
“Saya mau pelet yang kemarin bekerja lagi Mbah.” Spontan Irma yang ingin cepat menyelesaikan urusannya.
“Apa targetmu sudah sembuh dari sakitnya?” Tanya Mbah Bejo lagi karena ia ingin mengingatkan kembali jika pelet satu ini beresiko untuk kesehatan seseorang.
“Sudah Mbah,” angguk mantap Irma. “Saya tidak bisa lagi menungu lama Mbah karena Istrinya saat ini tengah mengandung dan saya lihat kasih sayang suaminya semakin besar saat mengetahui akan mendapat keturunan.” Imbuhnya.
“Hm, baiklah kalau begitu. Kamu cukup melakukan ritual seperti biasanya. Nantinya akan saya lepaskan kembali sosok yang akan membantumu.” Jelas Mbah Bejo.
Saat ini Irma justru ingin menghancurkan Nadin saja dibandingkan harus mengirimkan pelet pada orang yang ia sayangi karena ia tahu sendiri apa resiko yang akan di tanggung orang yang ia tergetkan. Tapi jika ia menargetkan Nadin maka ia akan tetap menjalankan pelet untuk Reno karena tidak mungkin Reno akan dengan mudah berpaling kepadanya meski sudah kehilangan istrinya. Akhirnya Irma memantapkan hatinya untuk menjalani apa yang sudah menjadi tujuan awalnya, yaitu membuat Reno tergila-gila kepadanya.
“Akan aku berikan kamu minyak pengasihan untuk memperlancar rencanamu,” setelah mengucapkan hal tersebut, Mbah Bejo berlalu ke arah ruangan tempat biasanya ia melayani para pelanggan yang membutuhkannya.
Tidak lama ia sudah kembali dengan sebuah botol kecil dari kaca, Mbah Bejo meletakkan 2 botol berukuran 10 ml dengan cairan kuning dan yang satunya berwana bening.
“Ini minyak pengasihan,” tunjuk Mbah Bejo pada botol berwarna kuning. “Dan yang ini adalah minyak bunga mawar. Untuk cara pemakaiannya kamu harus mencampurkan dua minyak ini pada kopi hitam yang sudah tercampur dengan darah kotor milikmu. Minyak mawar ini yang akan menghalau penyakit supaya targetmu tidak sakit-sakitan setelah meminum pelet yang kamu berikan.” Lanjutnya menjelaskan.
Irma yang mendengar hal itu berubah menjadi lega karena dukun itu tahu apa yang sedang ia khawatirkan, tapi rasa senangnya lenyap saat sang dukun menyebutkan harga yang harus ia bayar untuk dua botol minyak tadi.
Dasar dukun sialan, ternyata ia hanya ingin dapat untung saja. Maki Irma dalam hati, tapi meski begitu ia tetap membayar dua botol minyak tersebut.
...****************...
Hari-hari Nadin sejak kabar kehamilannya ia terus diliputi perasaan bahagia karena perlakuan suaminya yang benar-benar merasa paling bahagia di posisi ini. Reno sudah sangat tidak sabar menjadi seorang ayah di umurnya yang hampir menginjak 28 tahun ini, ia sudah sangat iri ketika teman-teman sebayanya banyak yang membagikan kabar bahagia mereka, sekarang giliran ia yang pamer kebahagiannya juga. Anak-anak yang bekerja di tokonya juga ikut merasa bahagia, mereka juka mengucapkan ucapan selamat kepada Nadin saat sedang ikut suaminya ke konter milik suaminya.
“Wah, wahh, calon ayah ini sejak tadi kulihat-lihat nempel terus sama bini.” Sindir Rendi yang sejak tadi terus memperhatikan bosnya yang sedang bermanja dengan istrinya itu.
Jangan lupa tinggalkan like and comment, Terima kasih.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅