Alluna seorang gadis yang ceria, bertubuh kecil imut, memasuki sekolah SMU-nya, tanpa di sadarinya dia menjadi sorotan seluruh sekolah akibat dirinya telah di tolong dengan posisi di peluk oleh KETOS yang sangat populer bahkan di idamkan oleh seluruh wanita di sekolah itu.
KETOS yang dingin dan sulit tersentuh itu, tidak pernah berdekatan dengan seorang wanita, bahkan sampai ada yang menggosipkan jika pria ganteng itu adalah seorang Gay.
Bagaimana tidak ... KETOS yang bernama Alaska itu masih mencintai sahabat kecilnya, dan dalam pikirannya selalu terisi oleh sahabatnya itu yang bernama Alluna.
Namun sayang ... Alluna hilang ingatan di kala Alluna telah pergi dari kota yang sama dengan sahabatnya Alaska.
siapa sangka saat kembalinya Alluna ke kota itu, dua orang tuanya yang telah bertemu kembali yang lama telah bersahabat itu. Membuat keputusan tanpa sepengetahuan anaknya yaitu menjodohkan Alluna dan Alaska secara diam-diam.
Bagaimana kisah cintanya? yu saksikan ceitanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Mereka terdiam, pegal jelas di rasa oleh mereka bertiga. Tak lama dari itu kembali seseorang berbicara melalui alat pengeras di bawah sana.
"Kami akan memutar perlahan bianglala, mohon jangan bergerak agar kurungan itu tetap aman dan kalian tetap selamat."
Bianglala itu kembali berputar dengan begitu perlahan, membuat Alluna mengeratkan pelukannya di leher Alaska dengan isakan tangis masih mengalir, sedangkan Alaska mencoba menenangkan Alluna dengan mengelus lembut punggung Alluna berharap membuat Alluna tenang, dengan bibir Alaska berkomat-kamit berdoa agar mereka bertiga di sana selamat.
Beberapa menit kemudian...
Kurungan yang mereka taiki telah berada di bawah, secara perlahan mereka keluar, di awali dengan Alluna, lalu Alaska dan terakhir Rendra, dan Rendra di papah Alaska karena Rendra tidak mampu berdiri tegak kakinya yang sakit akibat benturan.
Rendra tidak menolaknya, karena sungguh dia membutuhkan bantuan itu.
Mereka di beri air juga snack dan tak lupa pihak wahana meminta maaf atas kecelakaan yang terjadi.
Tak lama dari itu mereka pun melangkah menuju parkiran, namun Rendra terdiam.
"Bagaimana kau pulang? sedangkan kakimu terluka?" tanya Alluna.
"Biar aku saja," ujar Alluna mencoba memberanikan diri mengendarai motor.
"Ga Lun ..., kamu belum mahir bisa celaka," tolak Rendra.
Alaska diam memperhatikan interaksi mereka, lalu mendekati mereka, "bagaimana jika aku meminta tolong temanku, agar motormu bisa sekalian di bawa dan di antar? dan untuk Alluna biar aku yang antar," saran Rendra.
"Memangnya tidak merepotkan temanmu Al?"
"Tidak Ren, kalau ga begitu memangnya kamu mau bawa motor kamu bagaimana?" tanya Alaska kembali.
Rendra terdiam, dan menganggukkan wajahnya tanda setuju, dan akhirnya Alaska menghubungi temannya itu.
"Ga apa-apa kamu ga pulang sama aku Lun?" tanya Rendra khawatir, dan berasa tidak sopan jika tidak pamit kepada orang tua Alluna.
"Ga apa-apa Ren, untuk ortuku gampang akan aku ceritakan jika kamu terbentur jadi aku di antar teman lain, gampang ko bisa di atur," Alluna berbicara seakan dia paham ke khawatiran Rendra ke arah tersebut.
Alaska memperhatikan ... Sedekat inikah kalian Lun?. pikir Alaska mencoba melihat ke arah lain berharap bisa menenangkan hatinya.
Tak lama temannya datang dengan ojol, dan dia menghampiri Alaska. "Lo ganggu gue ada apaan sih?" tanya Rauf.
"Gue minta tolong antar Rendra kakinya sakit, aku harus antar Alluna, nanti kau sharelok biar aku jemput di rumah Rendra," jelas Alaska.
"Ok ...," Rauf teman yang sangat peduli dengan lingkungannya, oleh sebab itulah kenapa Alaska meminta bantuannya kepada Rauf, dan jelas Rauf tidak akan menolak itu.
Mereka pun akhirnya meninggalkan tempat itu, sesampainya di tempat Alluna.
Alaska hendak turun untuk pamit kepada orang tua Alluna namun Alluna menahannya.
"Jangan Ka ... aku khawatir jika mereka akan marah aku di antar lelaki lain selain dari Rendra,"
"Ok baik, ya sudah aku pergi ya, selamat beristirahat," Alaska tersenyum dengan menggunakan kembali helmnya, untuk menuju rumah Rendra menjemput Rauf.
Sedangkan di dalam rumah Alluna, orang tuanya tidak menanyakan dengan siapa Alluna pulang, bahkan mereka ikut tersenyum kala melihat dari jendela dengan siapa Alluna pulang.
Ayah dan Ibunya Alluna melakukan tos saat Alluna telah melewati mereka.
Keesokan hari di pagi hari ...
Alluna pergi menggunakan ojol, entahlah dia selalu merasa senang, setiap Alaska menolongnya seperti dia merasakan bahagia yang sulit di gambarkan, bahkan perasaan ini melebihi apa yang di berikan Rendra sahabatnya yang selalu ada untuk dirinya.
Sesampainya di sekolah Alluna berjalan menuju kelasnya dan dengan biasa semua menatap ke arah Alluna, Alluna bersikap cuek saja tidak memperdulikan mereka.
Lalu di belakangnya ada Rendra yang tengah berjalan menuju kelasnya, yang awalnya berniat menjaga Alluna dari belakang agar dia aman tidak lagi bertemu dengan Friska.
Tapi dia melewati Alaska yang tengah berdiri dan menatap Alluna, lalu Rendra menghentikan langkahnya dan menghampiri Alaska.
"Maaf ka ... bisa kita bicara?" Rendra dengan sopan berbicara, karena di sana banyak anak OSIS yang lainnya.
Alaska melirik Rendra dan menganggukkan wajahnya lalu mengikuti ke mana Rendra melangkah.
Ketika tiba di sebuah tempat yang agak sepi ... "Ada apa Ren?" tanya Alaska penasaran.
"Mau Kamu apa Al? seenaknya meluk Alluna?," cecar Rendra.
"Memeluk?" Alaska berpikir tentang kata memeluk yang di maksud Rendra.
"Jangan pura-pura bodoh kamu Al?, saya peringatkan kamu Al ..., jangan macam-macam sama Alluna, apalagi berani menyentuh lagi Alluna atau bahkan lebih dari itu," ancam Rendra.
Namun Alaska hanya tersenyum santai ..., "Ini soal kemarin? lo pikir aku memanfaatkan semuanya?, terlalu picik pikiranmu Ren," singkat Alaska, dan berjalan dengan santai meninggalkan tempat itu.
"Mau ke mana?" tanya Rendra dengan menarik lengan Alaska.
"Mau apa lagi Ren?" tanya Alaska dengan melirik Rendra.
"Bisa ga jauhi Alluna?"
"Jauhi?" Alaska mengerutkan keningnya tidak dapat memahami setiap ucapan yang keluar dari mulut Rendra.
"Iya ... jauhi ... jangan pura-pura lagi ga paham deh lo, dengar setiap Lo tolong Alluna, tiap kali pacar Lo itu macam-macam sama Alluna, Alluna ga pernah ganggu orang tapi sekarang gara-gara Lo, Alluna di ganggu orang macam Friska," cecar Rendra.
Alaska tersenyum, "Apa Lo lihat gue sengaja? ini semua kebetulan, lantas ke mana Lo selama Alluna butuh bantuan?" timpal Alaska santai dengan raut muka serius.
Rendra terdiam, dia memang tidak pernah ada saat Alluna membutuhkan bantuan, dan selalu saja saat itu Alaska yang hadir.
"Ga bisa jawabkan Lo," sindir Alaska dan berlalu dari tempat itu.
Ketika berjalan ... Sorry Ren ... gue ga bisa jauhi Alluna, lo ga tahu siapa gue untuk Alluna. Batin Alaska berlalu dari hadapan Rendra yang sedang mematung di tempat.
Kita semua ga akan bisa terus jaga Alluna. Lo ga tahu semua karena Lo, semakin Lo dekat dengan Alluna, semakin dia di ganggu Friska. gumam Rendra sambil menatap Alaska berlalu.
Setelah itu Rendra menghela nafasnya kasar, dia berjalan menuju kelasnya, dan melewati ruang OSIS di mana Alaska dan kawan-kawannya berada.
"Ngapain tuh anak manggil Lo?" tanya Rauf.
"Biasa ... salah paham," ujar Alaska yang enggan membahas.
"Jangan bilang soal cewek yang semalam?" bisik Rauf.
Alaska tersenyum simpul, dan berlalu dari hadapan Rauf untuk mengambil tasnya. Dan berjalan meninggalkan Rauf.
Gila si Alaska, gue di kacangin. gerutu Rauf dan menyambar tasnya dan mengejar Alaska.
Namun tiba-tiba...
Friska datang dengan menyambar lengan kiri Alaska dengan mode manjanya.
"Alaska ..., udah makan belum? aku bawain sesuatu buat kamu spesial loh," ucap Friska.
Alaska mengerutkan keningnya, dan mencoba melepaskan pagutan lengan Friska.
"Ga usah malu sayang, semua orang sudah tahu soal kita Ko," ujar Friska kembali.
Alaska bersusah payah melepaskan lengan Friska yang terus memegangnya, dengan mencoba tidak menyakitinya.
"Lepas Friska, jangan sampai aku kasar kepadamu," ancam Alaska yang sudah kesal melihat sikap Friska.
Friska dengan bibir maju beberapa centimeter pun melepaskannya, dan Alaska meninggalkan Friska dengan langkah cepatnya.
Rauf pun tertawa ...
"Jadi cewek itu jangan ganjen, ga enakkan di gituin," ledek Rauf sambil melewati Friska yang sedang menahan amarah dan malu karena di tatap banyak orang.
Bersambung ...