Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan? Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: Setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan Ganda
Setelah mereka selesai sarapan pagi. Kini Laras hendak mengantar Dina, dan pergi berangkat ke kantor. Laras mendekat ke Andi mencium tangan-nya. Begitu juga Dina.
"Kamu ... Tidak mau bareng aku saja?" -Andi
Menerima pertanyaan itu, membuat Laras tersenyum memandang Andi. Ia benar-benar pintar menyembunyikan rahasia melalui ekspresi-nya yang terlihat santai tanpa ada yang di tutupi.
"Ah, tidak. Aku akan repot jika harus men-jemput Dina lagi .." -Laras
"Tidak apa-apa. Biar aku saja kalau hari ini kamu sibuk dan tidak bisa menjemput Dina." -Andi
Laras lagi-lagi memberikan senyum manis-nya. Yang membuat, Andi tidak bisa melepaskan pandangan-nya.
"Heem ... Tidak apa Mas~ Terimakasih sebelum-nya karena sudah bermaksud baik kepada-ku. Aku bisa menjemput Dina." -Laras
"Baiklah ... Kalau begitu, aku pergi berangkat dulu, yaa ... Kamu hati-hati di jalan." -Andi
"Iyaa, kamu juga hati-hati ..." -Laras
"Dadah Dina sayaang~" -Andi
"Dah, Ayaah~" -Dina
Kehangatan keluarga kecil itu, berakhir ketika Andi pergi lebih dulu meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di depan teras rumah-nya. Setelah melihat Andi berangkat, Laras juga ingin segera pergi berangkat mengantarkan Dina kesekolah.
"Ayuk, sayaang ... Kita juga berangkat!" -Laras
Dina merespon itu dengan anggukan kecil. Serta senyum manis anak-anak polos yang menggemaskan.
Kini, Laras mulai menjalani kehidupan ganda. Antara kehidupan rumah tangga-nya, juga sebagai hubungan terlarang-nya antara ia dan Riko.
Hampir setiap jam makan siang Laras, kini mereka bertemu. Berjanji untuk selalu menghabiskan moment istirahat-nya walau hanya beberapa jam. Itu terlihat seperti jam makan siang sekarang, ketika tangan Laras yang tidak pernah Riko lepaskan. Saat hidangan yang mereka pesan sudah berada di hadapan mereka.
"Gimana cara-nya aku bisa makan, jika seperti ini?" -Laras
Riko yang melamun, tertawa kecil. Ketika tangan yang menggenggam Laras, ia lepaskan. Mereka sekarang benar-benar terlihat seperti pasangan pengantin baru. Dan setiap kali mereka ingin bertemu, itu di lakukan jauh dari area kantor Laras. Agar tidak menimbulkan kecurigaan publik. Khusus-nya orang-orang yang berkerja di perusahaan Aoin.
"Ehkm ..." -Laras
"Ah! Ma-maaf ... Aku melamun sesaat." -Riko
Senyuman manis di wajah Laras terukir. Ketika Riko melepaskan pegangan-nya. Dan kini, mereka sedang menikmati jam istirahat-nya. Yaitu makan siang bersama di dalam sebuah resto.
"Selamat makan~!" -Laras
Beberapa jam kemudian.
Ketika mereka telah selesai makan siang bersama. Riko sengaja tidak membawa mobilnya setiap mereka hendak makan siang bersama. Agar Laras bisa mengantar ke kantornya. Walau jarak kantor mereka cukup jauh, namun Laras tidak mempermasalahkan hal itu.
Setiap mengantar Riko ke depan kantor nya, Laras merasa senang. Kini mereka baru saja tiba di depan gedung perusahaan tempat kerja Riko. Dan kebetulan, disana turun hujan.
"Yaah ... Hujan." -Laras
Laras merasakan sesuatu menyentuh paha-nya yang masih mengenakan pakaian kantornya. Laras melihat tangan Riko disana.
"Hem" -Laras
Pandangan mereka bertemu. Ketika Riko mulai mengusap-usap itu. Dengan suara yang pelan dan menggoda, Riko bertanya.
"Bolehkan? Tidak akan ada yang melihat ketika hujan seperti ini." -Riko
Dengan perlahan. Kini wajah mereka saling mendekat. Memejamkan kedua mata mereka masing-masing dan ...
Cup!
Adegan romantis itu terjadi ketika hujan turun. Di depan gedung perusahaan yang tinggi. Ketika Laras yang tidak merasa keberatan dengan dua dunia-nya yang sedang ia jalani.
Hmm~
Suara Laras mulai keluar ketika tangan kiri Riko memegang salah satu bukit kembarnya. Mengusap, dan sesekali meremas itu.
Enghh~
Sementara tangan yang satu-nya, terus membelai mesra paha Laras yang masih terbungkus. Berjalan merambat seolah ingin menelusup lebih dalam.
Ketika hal itu akan terjadi. Laras menghentikan adegan itu. Melihat pernapasan mereka yang semakin sulit di atur. Dan juga, baju kantor Laras yang sudah sedikit terlihat berantakan sekarang.
"Aku harus pergi sekarang ... Aku bisa terlambat." -Laras
"Hmm ... Baiklah." -Riko.
"Kalau begitu ... Hati-hati, yaa ... Aku pergi dulu. Dah!" -Riko
"Daah~" -Laras
Riko membuka pintu mobil Laras. Berlari kecil menuju perusahaannya dengan tangan yang memegang kepalanya agar tidak terlalu terkena air hujan.
Laras 'pun membenarkan pakaian-nya kembali. Tersenyum memandang kepergian Riko yang hanya terlihat punggungnya, lalu menarik nafasnya sebelum mengemudikan mobilnya.
Pyuuh~
Beberapa minggu kedepan ia jalani aktivitas-nya yang bertambah seperti itu. Membuat energinya bekerja dengan lebih banyak dari biasanya. Di tambah, hubungan ia juga perlahan sudah mulai membaik dengan sang suami.
Kini Laras yang dulu sudah tiada. Laras yang sangat menyayangi keluarga kecilnya itu perlahan mulai berubah sejak pertemuannya dengan Riko. Ia kini mulai terbiasa menjalani kesehari-hariannya. Sebagai seorang Istri, Ibu, juga selingkuhan Riko.
Namun terkadang, Laras juga sempat merasa lelah. Sebuah ekspresi yang hampa dan kosong selalu terlihat, setelah malam hari tiba menjelang tidurnya. Setiap ia menyendiri di taman dengan secangkir teh hangat yang ia pegang. Sesekali, Laras juga manusia. Ia punya rasa lelah yang tidak pernah ia ceritakan kepada siapa-siapa. Termasuk dirinya sendiri.
Bersambung ...