NovelToon NovelToon
KU HARAMKAN AIR SUSUKU

KU HARAMKAN AIR SUSUKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Balas Dendam / CEO / One Night Stand / Anak Kembar / Dokter
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Rindi, seorang perempuan berusia 40 tahun, harus menelan pahitnya kehidupan setelah menjual seluruh hartanya di kampung demi membiayai pendidikan dua anaknya, Rudy (21 tahun) dan Melda (18 tahun), yang menempuh pendidikan di kota.

Sejak kepergian mereka, Rindi dan suaminya, Tony, berjuang keras demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya agar mereka bisa menggapai cita-cita. Setiap bulan, Rindi dan Tony mengirimkan uang tanpa mempedulikan kondisi mereka sendiri. Harta telah habis—hanya tersisa sebuah rumah sederhana tempat mereka berteduh.

Hari demi hari berlalu. Tony mulai jatuh sakit, namun sayangnya, Rudy dan Melda sama sekali tidak peduli dengan kondisi ayah mereka. Hingga akhirnya, Tony menghembuskan napas terakhirnya dalam kesedihan yang dalam.

Di tengah duka dan kesepian, Rindi yang kini tak punya siapa-siapa di kampung memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin bertemu kedua anaknya, melepas rindu, dan menanyakan kabar mereka. Namun sayang… apa yang dia temukan di sana.........

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

07. KEBOHONGAN ARMAN DAN RUDY.

Rindi menangis tersedu, tubuhnya gemetar hebat. Teriakan tak akan berguna — pria itu sudah mengancamnya. Sekali saja ia bersuara, maka harapannya untuk tetap tinggal di rumah itu akan sirna.

Ketakutan membuat seluruh tubuhnya lemas. Ia berusaha menjauh, tapi tenaganya tak lagi ada. Rindi merapat ke sudut kamar, memeluk dirinya sendiri sambil menangis tanpa suara.

“Jangan, Tuan Arman…,” lirihnya penuh ketakutan.

Namun pria paruh baya itu tak menggubris. Sorot matanya penuh nafsu yang membuat Rindi semakin menciut. Malam itu berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Rindi hanya bisa menunduk, menangis dalam diam, memohon perlindungan kepada Tuhan di antara ketakutannya yang mencekik. Ia tahu, tak seorang pun akan datang menolong.

Arman melepaskan semua pakaian, deru nafasnya sudah tak beraturan sesekali dia menelan saliva menatap tubuh Rindi.

Sedikit demi sedikit pria paruh baya itu mendekat dan mulai memegang tubuh Rindi. Saat ingin menarik baju Rindi, tiba-tiba terdengar suara Rudy dari jauh bertanya pada seorang pelan.

“Apakah kamu melihat Tuan Arman?”

“Saya tadi lihat beliau membawa kantong sampah ke arah belakang, Tuan,”

Langkah kaki Rudy mulai terdengar semakin dekat. Arman panik, ia segera mengenakan baju dengan tergesa-gesa. Melihat ada kesempatan, Rindi langsung berlari ke pintu dan membukanya dengan cepat.

Begitu pintu terbuka, Rudy yang kebetulan sudah berada di depan kamar terkejut melihat Rindi dengan wajah ketakutan.

“Tuan Rudy… tolong saya!” seru Rindi sambil bersembunyi di belakang Rudy, napasnya tersengal dan air matanya bercucuran.

Rudy menatapnya bingung, sementara dari balik pintu, Arman muncul dengan wajah tegang seolah dia baru sajak di jebak.

"Rudy, kamu jangan salah paham. Ayah bisa jelasin."

Ucap Arman pelan, suaranya dibuat serendah mungkin, seolah menahan malu yang dalam.

Arman menatap Rindi dengan pandangan berisi kekecewaan, lalu menghembuskan napas panjang seolah menanggung beban besar. Dengan ekspresi sedih yang terlatih, Arman mulai menenun kebohongan dengan sangat halus.

Arman berkata kalau Rindi lah yang memulai menggoda dan merayunya. Arman menambahkan kisah palsu tentang ancaman akan melapor pada Marta jika, Arman tak mengikuti keinginannya.

Arman kembali menunduk seolah dialah korban dari situasi yang tak pernah ia inginkan.

“Rudy, selama ini kamu tahu aku setia pada istriku dan selalu menghormatinya. Kalau aku benar melakukan hal memalukan seperti itu, bukan hanya keluarga kita yang hancur, tapi juga usaha yang selama ini aku bangun,” ucap Arman terbata, suaranya bergetar seolah menahan tangis.

Mata Rindi melotot, ia tak percaya kalau pria itu sangat pintar bersandi wara, menyerangnya seolah ia yang salah dalam hal ini.

"Dia bohong, dialah yang memaksaku bahkan ingin memperkosaku." tunjuk Rindi dengan air mata berderai.

Rudy diam. Rahangnya mengeras, matanya perlahan beralih menatap Rindi. Dalam tatapan itu ada kekecewaan, kemarahan, dan rasa malu yang sulit dijelaskan.

Arman menunduk, seolah menyesali segalanya. Tapi di balik wajah ada senyum kecil yang nyaris tak terlihat — senyum licik dari seorang pria yang tahu betul bagaimana memainkan peran. Ia yakin, di hadapan Rudy, kata-katanya lebih dipercaya daripada air mata seorang perempuan yang dianggap tak punya arti.

Dan benar saja, keheningan panjang itu akhirnya pecah oleh helaan napas berat dari Rudy. Suaranya terdengar dalam, menahan amarah dan kekecewaan yang sulit diungkapkan.

“Ayah, silakan pergi. Ibu sudah mencari Ayah sedari tadi. Urusan ini biar Rudy yang selesaikan,” ucapnya datar namun tegas.

Arman mengangkat wajahnya perlahan. Sekilas tampak kelegaan di matanya, bahkan sorotnya berbinar, seolah beban besar baru saja terangkat dari pundaknya.

“Terima kasih, Rudy. Ayah benar-benar tak menyangka hal seperti ini bisa menimpa Ayah,” katanya dengan nada dibuat lirih.

“Tolong, jangan sampai ibumu tahu tentang ini. Ayah takut dia akan syok dan jatuh sakit.”

Sebelum pergi, Arman menepuk pundak Rudy dengan penuh sandiwara, lalu menoleh sekilas pada Rindi. Ia senyum samar penuh kemenangan.

Arman melangkah tenang seolah tidak terjadi sesuatu.

Rindi menunduk, menahan isak yang nyaris pecah. Harapannya untuk membela diri terasa sia-sia — Rudy jelas lebih percaya pada ucapan mertuanya ketimbang dirinya, ibu kandung yang telah melahirkannya dengan penuh pengorbanan.

“Jadi ini tujuanmu datang ke sini?” suara Rudy meninggi, sarat amarah dan jijik.

“Merayu pria kaya demi uang? Dasar wanita murahan!”

Kata-kata itu bagai petir yang menyambar dada Rindi. Perempuan yang dikenal lemah lembut itu perlahan mengangkat wajahnya. Kedua matanya memerah, menatap anak yang dulu ia gendong dengan penuh kasih.

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Rudy.

“Jaga mulutmu, Rudy. Selama hidup, Ibu tidak pernah mengajarkanmu bicara kurang ajar seperti ini. Ibu memang miskin, tapi belum pernah menjual harga diri demi uang.”

Rudy memegangi pipinya yang memerah, lalu meludah ke lantai.

“Cih… orang kampung sepertimu memang pandai berpura-pura suci. Di luar sana, banyak yang menjajalkan diri dan menjilat demi jadi kaya.”

Rindi tersenyum tipis, matanya menatap tajam.

“Benar, Rudy. Tapi sepertinya kamu lupa—kamu tumbuh dari pelukan orang kampung yang kamu hina itu.”

Suara tamparan itu menggema, menembus dinding rumah besar itu. Tak lama kemudian, langkah cepat terdengar dari arah ruang tengah. Marta dan Rika muncul hampir bersamaan, wajah mereka dipenuhi keterkejutan.

“Ada apa ini?” seru Marta tajam, matanya langsung tertuju pada pipi Rudy yang memerah.

Rika berlari menghampiri suaminya.

“Mas! Siapa yang berani—”

Tatapannya langsung beralih pada Rindi.

“Dia, ya? Pembantu tidak tahu diri!”

Rindi terdiam. Nafasnya masih berat menahan sesak di dada. Ia tak punya kekuatan menjelaskan—karena tahu, apa pun ucapannya hanya akan menambah kebencian mereka.

“Dia yang menamparku,” ujar Rudy datar, suaranya penuh kepura-puraan.

“Ia marah karena aku menegurnya.”

Marta menatap Rindi dengan mata membulat, suaranya meninggi.

“Berani sekali kau, perempuan! Kami sudah memberimu tempat tinggal, makanan, pekerjaan, tapi kau malah mencoba merusak keluarga ini?”

Rindi menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan getar di tenggorokan.

“Kalau begitu… biarkan aku pergi,” ucapnya pelan namun tegas.

Marta dan Rika sontak melotot, tidak percaya dengan keberanian Rindi mengajukan pengunduran diri.

Sementara Rudy hanya tersenyum, dengan kepergian Rindi identitasnya akan terus tersembunyi.

Marta dan Rika saling berpandangan, seolah menemukan satu pemikiran yang sama. Tatapan mereka berubah tajam, menyimpan niat yang tak baik.

“Enak saja! Kami sudah menolak banyak perawat demi menerima kamu di sini,” kata Marta ketus.

“Sebelum kami mendapatkan pengganti, kamu tidak boleh pergi.”

Tanpa memberi kesempatan pada Rindi untuk bicara, keduanya berbalIk pergi, diikuti Rudy dari belakang.

Begitu langkah mereka menghilang di ujung lorong, Rindi kembali ke kamar kecilnya, duduk di tepi kasur dan menatap lantai kosong di depannya.

“Bagaimanapun juga… aku harus meninggalkan rumah yang bak neraka ini. Aku harus mencari Melda… semoga saja dia mau menerimaku dengan baik.”

Rindi berbaring lalu menarik selimut menutupi tubuhnya. Tak lama kemudian, napasnya mulai teratur dan masuk kedalam mimpi.

1
Purnama Pasedu
Rara mana?
Widia: tidur
total 1 replies
Ayesha Almira
semoga rindi selamat...
lin s
ckck sirudi GK tau bls budi, kpn kena krma, ibu sendiri mau dimusnahin, apa gk ada rasa ksih sayang,/Right Bah!/
Erchapram
Kak Othor, 40 tahun sudah punya anak yang menjadi pengusaha sukses dan punya bayi. Apa si Rindi menikah muda umur 15 thn, atau bagaimana? Menurutku 47 thn - 50 thn lebih ideal usia untuk Rindi.
Ma Em
Dasar anak durhaka kamu Rudy demi harta kamu malah jadi anak yg tdk akan dapat keberkahan dlm hidupmu karena kamu tdk mau mengakui ibu kandungmu sendiri pasti azab akan datang untuk menghukum mu .
Ayesha Almira
kejamnya Kamu Rudy...mata hati mu sudah tertutup
Ma Em
Semoga Rindi dan anak dlm kandungan ya baik baik saja dan selamat .
Ayesha Almira
ceritanya menarik bagus
Ayesha Almira
smga janinnya baik2 ja...
Ma Em
Tegang Thor deg degan baca bab ini , semoga Rindi bisa tertolong dan bisa sehat kembali agar bisa menyaksikan kehancuran Rudy dan Melda si anak durhaka .
Ma Em
Thor hukuman apa nanti yg akan diterima anak durhaka seperti Rudy dan Melda , jgn langsung mati Thor buat Rudy dan Melda karma yg sangat pedih .
Purnama Pasedu
tuan Luis ya
Ayesha Almira
saking udh g bisa mahn sesk di dada rindi mengeluarkan kata2 sakral.smga rindi sembuh..
Jordan Nbx
Rasakan Rudy dan melda, sudah dapat kutuk.
Ayesha Almira
smga rindi g bersujud...d bersarkan dengan kasih sayang...tp pa blsnnya...yg kuat rindi,ambaikan mereka suatu saat penyesalan dtng
Ayesha Almira
ibu kandungpun ingn mempermalukan sebegitunya Melda ma Rudy...dsaat penyesalan dtng smga hati rindi tertutup buat anak durhaka sprt Melda jg rindi
Ayesha Almira
slh tangkap Aldo...smga Luis BS melindungi rindi
Ayesha Almira
slh tangkap Aldo...smga Luis BS melindungi rindi
Purnama Pasedu
waduh,,,rindi gimana ya
Ayesha Almira
duh smga rindi selamet,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!