Reina masuk kedalam tubuh sang tokoh antagonis yang merupakan tunangan dari tokoh utama pria yang sangat obsess pada sang tokoh wanita. Takdir dari buku yang dibacanya harus mati dengan keadaan menyedihkan. Tapi Reina tidak ingin takdir buruk itu terjadi. Salah satunya dengan merubah takdirnya dengan memutuskan pertunangannya dengan Nico sang tokoh utama. Sayangnya perubahannya membuat pria gila berbarik tertarik padannya dan berjanji tidak akan melepaskan. Rencana hidup tenangnya harus hancur dengan pria gila yang malah obsesi padanya bukan pada kekasih kakaknya. Tidak sampai disitu saja masalah dalam hidupnya silih berganti. Berbagai karakter muncul yang tak seharusnya ada di cerita.
"Mari kita batalkan pertunangan ini."
"Tidak akan pernah, kamu sudah masuk ke dalam duniaku dan cara untuk keluar hanya dengan kematian. Sayangnya aku tidak akan membiarkan kematian merenggut kelinci kesayangan itu."
"Kenapa alurnya jadi berubah."
"Semua usahaku sudah selesai , mari kita putus."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewisl85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Akhirnya ia bisa bernafas lega, saat pria itu meninggalkan kediamannya karena terjadi masalah pada bisnisnya. Entah itu bisnis gelapnya atau perusahaan keluargannya, Reina tidak peduli. Setidaknya ia bisa menghabiskan waktunya sendiri tanpa diawasi pria gila itu. Ia kesal dengan perubahan alur cerita. Bukannya menjauh pria itu malah semakin lengket padannya. Malahan pria itu tidak mendekati sang tokoh utama wanita itu. Bahkan hubungan Rose dengan kakaknya sudah berakhir. Seharusnya tidak seperti alur ceritannya.
"Mau sampai kapan kamu melamun seperti itu?" tanya shaka yang entah sejak kapan ada dibelakang Reina.
"Sampai, aku bertemu pria tampan." ucap asal Reina yang membuat kakaknya terkejut mendengarnya. Entah sejak kapan adiknya menjadi penggila pria tampan.
"Perkataanmu bisa membuat seseorang mengamuk." ucap Shaka yang memilih duduk disamping adiknya.
"Kalau kakak tidak comel, ya pria itu tidak akan tahu." ucap Reina dengan santai. Sesekali dia memasukan keripik di pangkuannya ke dalam mulutnya. Sedangkan kedua matanya sibuk melihat kolam ikan di hadapannya.
"Kamu lupa, ia memiliki banyak kamera dan telinga di sekitarmu. Tidak sulit untuk mengetahui setiap perkataanmu." ucap pria itu yang mencoba merebut toples dipangkuan adiknya. Tapi tidak semudah itu apalagi dia mendapatkan tatapan tajam dari adiknya. Adiknya sekarang kembali menjadi sosok wanita rakus yang tidak suka makanannya direbut olehnya. Rasannya sudah lama ia merindukan sikap adiknya seperti ini.
"Aku juga tahu kakak salah satu telinga pria itu." ucap Reina yang sekarang menatap tajam kakaknya.
"hahahha, aku bukan bawahan pria itu."
"Tapi kakak sahabat pria gila itu."
"Ayolah, kakak lebih menyayangimu dibanding pria gila itu."
"Benarkah?" tanya Reina dengan mata berbinar. Shaka merasakan firasat buruk dari tatapan adiknya.
"Reina, aku tidak bisa..."
"kakak tadi bilang lebih menyayangiku debandingkan sahabatmu itu. Berarti kakak harus menuruti permintaaku." ucap Reina penuh makna yang membuat bulu kuduk shaka berdiri. Sekarang ia tahu kenapa adiknya sangat cocok dengan sahabatnya itu. Keduannya sangat pintar mempermaikannya. Seharusnya ia tidak menemani adik liciknya ini. Akhirnya ia hanya menyesali dengan kebodohan yang dilakukannya.
Reina tertawa keras, sambil mengendarai motor besar milik kakaknya. Akhirnya ia bisa kabur dari pengawasan pria gila itu. Tentu saja dengan bantuan kakaknya yang berwajah pucat setelah ia mengutarakan permintaanya. Pria itu memang bisa diandalkan untuk mengecoh semua bawahan Nico.
"Akhirnya aku bisa kabur dari para tokoh." gumam Reina yang sudah berhenti didepan sebuah villa yang berada di tengah hutan. Villa ini adalah milik kakaknya. Tidak ada yang tahu tempat ini kecuali Shaka. Reina tidak tahu alasan pria itu menyembunyikan tempat dari orang sekitarnya.
Kenapa Reina bisa tahu tempat ini? tentu saja dari salah satu alur cerita. Dimana pria itu sering mendatangi tempat ini kalau sedang membutuhkan ketenangan. Hingga akhirnya pria itu mengajak Rose ke tempat ini. Tapi tempat ini juga menjadi alasan komplik muncul diantara keduannya.
Reina memasuki villa itu, Tidak ada orang disekitar tempat ini. Bahkan pekerja kakaknya hanya datang setiap minggu untuk membersihkan villa ini. Setelah itu mereka tidak akan datang ke tempat ini. Selain itu villa ini jauh dari rumah penduduk. Tempatnya berada di tengah hutan rindang yang sangat asri. Selain itu juga hutan disekitarnya masih dihuni oleh hewan-hewan buas. Tapi kakaknya sudah membuat benteng tinggi untuk mencegah hewan buas masuk ke dalam villanya. Benteng itu cukup jauh dari villanya.
Ia juga tahu di belakang benteng itu ada sebuah markas tempat bisnis gelap Shaka. Pria itu tidak sebesih itu, meskipun pembawaannya lebih baik dibandingkan Nico yang terlihat misterius. Pria itu sama dengan sahabatnya yang bermain di dunia bawah. Mereka memiliki kekuatan yang cukup membuat orang membenci keberadaan kelompok mafianya.
"Tempat ini sangat cocok untuk kabur dari dunia novel ini. Bukakah pilihan ini sangat tepat untuk menghindari kehancuran alur cerita. Nico akan kembali dekat dengan Rose. Pria itu akan kembali alur cerita ." gumam Reina setelah menemukan kamar yang dikatakan kakaknya.
Tapi rasa penasaran saat mengingat perkataan kakaknya. Satu ruangan yang tidak boleh dirinya datangi. Ia masih ingat tatapan kakaknya berubah saat memberinya peringatan mengenai ruangan itu. Kakaknya akan membunuhnya bila dia memasuki ruangan itu. Tapi bukan Reina bila tidak membantah larangan kakaknya. Ia yakin kakaknya juga tidak akan benar-benar menghukumnya.
Sedangkan ditempat lain, seorang pria menatap tajam musuhnya. Dia menikmati setiap jeritan musuhnya yang sedang disiksa oleh temannya. Pria itu sesekali menyesap wine ditangan kanannya.
"Katakan siapa yang menyuruhmu?"
"hahaha, sampai matipun aku tidak akan mengatakannya."
"Benarkah?"ucap pria itu bersamaan dengan gelas winennya dilemparkan pada orang itu.
"Sepertinya sudah cukup bermain-main." Ucapnya bersamaan sebuah tembakan tepat pada bahu kiri musuhnya.
"Akh."
"NICO." Panggil seorang pria yang baru saja masuk ke dalam ruang penyiksa markas Black Bird.
"Yuda, kenapa kamu terlihat sangat pucat?" Tanya Paul yang sedang asik bermain dengan tubuh musuhnya.
"Tunanganmu." ucap Yuda dengan gugup. Ia sudah membayangkan hukuman yang akan didapatknya karena tidak bekerja dengan baik. Lihatlah saat ini tatapan tajam pria itu seperti mengulitinya.
"Katakan dengan jelas yuda, kamu tahu aku tidak suka kegagalan apalagi mengenai wanitaku." ancam Nico yang membuat pria itu menelan ludahnya sangat sulit. Rasannya ia ingin mengumpat kebodohannya beberapa jam lalu.
"Reina tidak ada di kediaman Laksama. Dia pergi menggunakan motor Shaka. Kami tidak menemukan keberadaanya karena.." perkataan pria itu terpotong oleh perkataan sahabatnya.
"Aku membantunya untuk mencegah bawahan yuda mengikutinya." ucap Shaka yang baru saja sampai. Dia terlihat santai tanpa ada rasa takut dengan tatapan sahabatnya. Kakinya melangkah ke salah satu meja di ruangan itu, ia dengan santai menuangkan wine ke gelas bekas sahabatnya. Wine itu berhasil menghilangkan rasa hausnya beberapa saat lalu.
"APAKAH KAMU GILA?" Tanya Nico, Pria itu menarik kerah baju shaka. Tatapan membunuh yang tak pernah muncul beberapa tahun ini. Pria itu seperti siap membunuh siapapun orang dihadapannya.
"Tenanglah, dia berada di tempat paling aman di kota ini. Aku tidak mungkin membiarkan adikku dalam bahaya. Kita harus menghancurkan wanita itu. Sebelum adikku kembali. "
"Dimana dia?"
"Tempat aku pulang untuk mengenang keberadaanya yang pernah hadir dihidupku Nico, kamu pasti tahu tempat itu." ucap Nico dengan santai melepaskan cengkraman tangan sahabatnya di kerahnya.
"Shaka kamu gila." ucap Paul dengan tatapan kaget.
"Emang dimana tempat itu ?" Tanya Yuda santai, dia tidak paham dengan perkataan sahabatnya.
"Shaka, Ingatan Reina belum kembali, kamu tidak berencana memaksanya untuk mengingat semua kenangan hari itu bukan ?" Tanya Paul yang sangat tahu kondisi sahabat adiknya. Bagaimanapun ia seorang dokter yang selama ini merawat Reina. Keadaan wanita itu berbeda dengan pasien lainnya.
"YA."
"KAMU GILA SHAKA, DIA ADIKMU." teriak Nico yang diakhiri sebuah tonjokan pada pipi kiri sahabatnya.
"Bukankah itu baik untuk hubungan kalian berdua. Ingatannya akan kembali dan kalian berdua bisa kembali seperti dulu." ucap Shaka pada sahabatnya.
"Shaka, adikmu tidak sebaik-baik itu. Kamu tidak tahu kalau adikmu mengidap bipolar. Ia beberapa kali mencoba melukai dirinya selama ingatan itu kembali. Kamu ingin membunuh adikmu secara perlahan. Hal itu juga alasan Nico memilih berjauhan dari Reina. Dia tidak ingin melihat adikmu terluka kembali." jelas Paul pada sahabatnya. Fakta itu membuat Shaka terkejut. Karena ia tidak pernah tahu mengenai ini.