NovelToon NovelToon
Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Solo Leveling
Popularitas:312
Nilai: 5
Nama Author: Adam Erlangga

Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.

Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.

Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.

Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 30

Rudy, Marco, dan Rin tertegun saat memasuki kamar mereka di kapal. Ruangannya begitu mewah, jauh di luar dugaan mereka.

"Woaah, ini sangat menakjubkan," kata Marco dengan mata berbinar.

"Kamar ini benar-benar mewah, bahkan bingkai lukisan itu terbuat dari emas," tambah Rudy, masih kagum.

Marco berkeliling dan menemukan sesuatu lagi. "Kamar mandinya juga ada tiga. Benar-benar luas sekali."

Sementara itu, Rin sudah terlihat lelah. "Biarkan aku tidur sebentar, kak," ucapnya.

"Ah, kau tidurlah di sana," sahut Marco sambil melempar tubuh Rin ringan ke arah kasur.

Buk! Tubuh Rin jatuh di atas ranjang empuk itu.

"Kasurnya empuk sekali kak," kata Rin dengan senyum puas.

"Benar kan? Hahaha. Tidurlah dengan nyenyak, Rin. Kalau kau lapar, kau bisa memesan sesukamu. Kau sudah punya uang banyak sekarang," ujar Marco.

"Ah, baiklah kak. Aku ingin tidur dulu," jawab Rin, lalu ia pun langsung terlelap.

Rudy yang sejak tadi berdiri di balkon, memanggil Marco. "Lihatlah ke sini, Marco."

Marco melangkah menghampirinya. Dari atas, pemandangan terlihat luar biasa. "Sepertinya pemandangan di sana sangat indah," ucap Marco.

Rudy menunjuk ke bawah. "Ternyata kapal ini sudah terbang. Aku bahkan tidak sadar kita sudah berada di atas udara."

Marco ikut menatap kota di bawah. "Jika dilihat dari sini, kota selatan ternyata sangat luas sekali. Bahkan bentengnya melingkar sangat besar."

"Aku juga tidak menyangka, kota itu benar-benar sebesar ini. Bahkan kita tidak sempat berkeliling ke semua tempat," balas Rudy.

"Itu akan sangat melelahkan, Rudy," jawab Marco sambil tersenyum, menikmati pemandangan dari ketinggian.

"Apa ibu kota kerajaan akan terlihat jauh lebih besar lagi dari kota ini?" tanya Rudy.

"Aku juga ingin melihatnya," jawab Marco.

"Ehm, kalau begitu, aku rebahan dulu," kata Rudy sambil kembali masuk ke kamar.

"Lakukan sesukamu," ujar Marco sambil terus menatap ke bawah.

Dalam hatinya, Marco merenung. "Aku tidak menyangka bisa berada di sini. Hidupku berubah seratus persen sejak aku bertemu dengannya. Dunia ini memang keras… terima kasih banyak, Rudy." Sebuah senyum tipis mengembang di wajahnya.

 

Sore hari, di kafetaria, Emma dan Lilia duduk berdua sambil makan.

"Apa Rudy dan lainnya tidak ke sini, Emma?" tanya Lilia.

"Aku tidak tahu, mungkin mereka masih didalam kamar dengan kesibukannya sendiri," jawab Emma santai.

"Mereka hanya sibuk tidur," sahut Lilia.

Tiba-tiba, tiga murid laki-laki Akademi menghampiri meja mereka.

"Halo, nona-nona. Bolehkah kami bergabung?" tanya salah satunya, Kevin, seorang keturunan bangsawan kelas atas.

Emma mengangkat alis. "Masih banyak kursi kosong, kenapa kau memilih ke sini?"

Dari samping, Julius, juga bangsawan kelas atas—menyela. "Dia benar-benar cantik kalau dilihat dari dekat, Kevin."

Kevin tersenyum sambil membungkuk. "Tentu saja, aku ingin berkenalan denganmu, nona. Siapa namamu?"

"Jangan ganggu kami," jawab Emma tegas.

Namun Kevin malah duduk di sebelahnya. "Ehm, kau cukup menarik juga," katanya.

Kenny, bangsawan lain yang ikut serta, menatap Lilia. "Nona ini juga cantik, siapa namamu?"

"Hahaha, kau mengambil start lebih awal dariku," ujar Julius sambil tertawa.

Lilia menatap dingin. "Ada urusan apa kalian dengan kami.?"

"Tentu saja untuk berkenalan dengan kalian," jawab Kenny sambil duduk di sebelah Lilia.

Emma mendesah. "Maaf, kami sedikit terganggu."

Kevin mencoba melanjutkan. "Aku tidak akan lama-lama di sini. Apa kalian juga akan pergi ke Akademi?"

"Tentu saja. Kami murid baru," jawab Emma.

Kevin memperkenalkan diri. "Namaku Kevin Rosehood, dari bangsawan kelas satu Rosehood. Ini Julius, dan ini Kenny. Kami juga murid baru di Akademi Rousen. Salam kenal, nona-nona."

Emma menjawab datar. "Ah, dari keluarga bangsawan ya."

Kevin terkejut. "Apa maksudmu? tempat ini hanya di berikan pada keluarga kelas atas. Jadi, dari keluarga mana kalian.?"

"Kami tidak tau harus berkata apa, karena identitas kami juga masih belum jelas secara administrasi," jawab Emma.

"Hahaha, tidak mungkin kan, apa kalian mencoba untuk menyembunyikannya dari kami. Hei Nona, jangan bercanda di tempat VVIP ini." sahut Kenny meremehkan.

"Pakaian dan wajah kalian seperti dari istana. Aku mengira kalian adalah putri raja," kata Julius.

"Itu benar kan. Mana mungkin orang tanpa identitas bisa masuk ke kapal ini," tambah Kenny.

Emma mengangkat bahu. "Huh, baiklah kalau kalian tidak percaya."

Kevin menyipitkan mata. "Kalau memang benar kalian tidak punya identitas, kenapa bisa diterima di Akademi? Apa kalian punya uang? Atau kekuatan?"

"Mungkin itu hanya kebetulan," balas Emma.

Kevin mendesah, lalu menuduh. "Berani sekali kalian masuk ke kapal ini, bahkan makan di ruang VVIP. Apa kalian penyusup?"

"Ternyata penyusup. Sayang sekali wajah cantikmu itu," tambah Julius dengan nada mengejek.

Kenny tersenyum miring. "Hehe, lebih baik aku beli saja kalian jadi budakku, bagaimana?" Ia mengulurkan tangannya ke arah tubuh Lilia.

Plak!

"Hentikan itu!" kata Lilia, menepis dengan keras.

"Kami juga murid Akademi Rausen. Bersikaplah lebih sopan pada perempuan!" seru Lilia dengan kesal.

Kenny justru tertawa sinis. "Hahaha. Justru kalian yang harus sopan kepada kami. Kami punya identitas lebih jelas sebagai bangsawan kelas atas. Kecuali kalian bisa menunjukkan buktinya. Status lebih rendah, atau lebih tinggi."

"Hm, tanpa identitas ya, mungkin kalian bekerja sebagai penghibur kan.? Lebih baik ikut dengan kami. Aku sangat ingin menjilati wajah cantikmu itu, berapa harga untuk satu malam.?" ucap Julius dengan nada jijik.

Emma menatap dingin. "Baiklah, jika kalian ingin membeli kami, harganya satu miliar koin emas. Apa kau sanggup?"

"HAAA?!" mereka bertiga teriak terkejut.

"Kau benar-benar tidak tahu diri! Apa kau pikir bangsawan kelas atas punya uang sebanyak itu?!" kata Kevin dengan kesal.

"Kalau kalian tidak punya uang, jangan menawar kami," jawab Emma dengan serius.

"Kurang ajar sekali!" Kenny bangkit sambil mengeluarkan aura sihir.

Lilia berdiri menghadang. "Apa kau ingin melawan?"

"Aku ingin menyiksamu," jawab Kenny penuh amarah.

"Hoo, jadi begitu caramu memperlakukan perempuan?" balas Lilia dingin, aura sihirnya ikut keluar.

Namun Emma cepat menghentikannya. "Hentikan itu Lilia. Kita pergi. Jangan sampai Rudy melihat kejadian ini."

Kevin juga menahan temannya. "Kau juga berhenti, Kenn. Banyak bangsawan melihat kemari."

Kenny mendengus kesal. "Huh… huh…"

Emma menarik Lilia untuk pergi.

"Kau selamat untuk saat ini. Lain kali, jika kita bertemu lagi, aku tidak akan segan-segan," ancam Kenny.

"Kau yang selamat," balas Lilia sambil pergi bersama Emma.

"Apaaa?!" Kenny berteriak penuh emosi.

"Sampai bertemu lagi, cantik," kata Kevin pada Emma sambil tersenyum tipis.

Julius mendekati Kevin. "Apa yang harus kita lakukan sekarang, Kevin.?"

"Biarkan saja. Kita lihat nanti di Akademi," jawab Kevin.

"Aku sudah ingin menyiksanya," gumam Kenny.

"Kau terlalu terbawa emosi. Lebih baik perempuan itu untukku," kata Julius.

"Hmm, ambil saja penghibur itu," sahut Kenny kesal.

....

Emma dan Lilia berjalan menjauh, wajah mereka masih muram.

"Mereka benar-benar mengganggu waktu makan kita," keluh Lilia.

"Lebih baik kita menghindari orang-orang semacam mereka," sahut Emma.

Tiba-tiba terdengar teriakan. "Hoee, Emma!"

Emma menoleh. "Ah, Rudy?"

"Kemarilah! Kita makan di luar, pemandangannya sangat indah," teriak Rudy sambil melambai.

Emma tersenyum. "Hem, kita ke sana, Lilia. Lebih aman kalau berada di samping Rudy."

"Ah, baiklah," jawab Lilia, ikut melangkah bersama Emma.

....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!