Seharusnya, dengan seorang Kakak Kaisar sebagai pendukung dan empat suami yang melayani, Chunhua menjadi pemenang dalam hidup. Namun, kenyataannya berbanding terbalik.
Tubuh barunya ini telah dirusak oleh racun sejak bertahun-tahun lalu dan telah ditakdirkan mati di bawah pedang salah satu suaminya, An Changyi.
Mati lagi?
Tidak, terima kasih!
Dia sudah pernah mati dua kali dan tidak ingin mati lagi!
Tapi, oh!
Kenapa An Changyi ini memiliki penampilan yang sama dengan orang yang membunuhnya di kehidupan lalu?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miaomiao26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Liu Boyan
Ketukan ringan di pintu menarik empat pasang mata.
Suara itu samar, tapi cukup untuk memecah ketenangan ruang pribadi yang beraroma teh dan kayu manis.
Jing Zimo melirik Chunhua, lalu tiba-tiba menggigil. Ia tidak tahu apakah itu karena angin musim gugur yang menyusup lewat jendela yang dibuka atau karena tatapan Chunhua yang menyuruhnya enyah.
"Aku bahkan belum minum seteguk teh!" keluhnya, mencoba terdengar santai.
"Su Yin," panggil Chunhua pelan, "seduh satu gentong teh dan kirim ke halaman Qingxuan."
"Baik, Yang Mulia."
Jing Zimo meringis, membayangkan dirinya dipaksa menenggak segentong teh di bawah pengawasan Putri Agung.
Sangat menakutkan.
"Tiba-tiba aku tidak haus. Nona Su tidak perlu repot-repot," katanya cepat. Ia mendekati jendela dan tanpa pikir panjang melompat keluar. Dalam sekejap, sosoknya sudah lenyap, hanya meninggalkan goyangan lembut pada tirai sutra.
Chunhua melirik Su Yin, lalu menatap keluar. Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat Titik hitam yang bergerak cepat di antara atap-atap, melompat seperti bayangan.
Udara di luar berembus dingin, membawa aroma debu dan daun kering yang berguguran.
"Yang Mulia," sapa seorang pria setengah baya dari ambang pintu.
"Tuan Liu," jawab Chunhua datar tanpa menoleh, "silakan duduk."
Liu Boyan memberi hormat singkat sebelum duduk di tempat yang disediakan. Su Yin kembali menuang teh tanpa suara.
Yang terdengar hanya bunyi lembut air panas yang menyentuh dinding cangkir, mengisi ruangan yang kembali hening.
Liu Boyan melihat Chunhua yang hanya terdiam dan terus menatap ke luar jendela. Seberkas cahaya matahari menimpa wajah sang Putri, menyoroti garis lembut yang justru tampak begitu tegas saat diam.
Mau tak mau ia sedikit penasaran. "Bolehkah saya tahu hal menarik apa yang dilihat Yang Mulia?"
"Putri ini hanya melihat jalanan," jawab Chunhua tanpa menoleh.
Udara berembus lembut membawa aroma teh dan kayu dari lantai bawah. Suara pedagang yang memanggil di kejauhan, derit roda kereta dan langkah orang-orang bergema samar ke dalam ruangan.
Liu Boyan melongok sedikit ke luar jendela. "Apakah ada sesuatu yang menarik?"
Chunhua menggeleng dua kali. "Tuan Liu, bagaimana menurutmu jalanan ini?"
Dia berpikir sejenak, alisnya sedikit berkerut. "Ramai, teratur, dan... makmur."
Chunhua menoleh pelan, menatapnya. "Lalu bagaimana dengan Daliang?"
Liu Boyan membalas tatapan itu. "Stabil," jawabnya singkat, tetapi seperti menyimpan sesuatu di balik kata sederhana itu.
Chunhua mengangguk. Ia mengangkat cangkirnya, menghirup teh harum yang masih mengepul. “Saya setuju dengan pendapat Tuan Liu,” ujarnya sebelum menyesap perlahan.
Bunyi lembut cangkir yang kembali diletakkan terdengar seperti penutup dari kalimat panjang.
Mata Liu Boyan membelalak, wajahnya yang mulai dimakan waktu tampak terkejut. "Maksud Yang Mulia adalah...?"
Chunhua menatap teh yang bergoyang di dalam cangkir, lalu mengangkat kepalanya. "Persis seperti yang Tuan Liu pikirkan," ujarnya tenang, menatap jauh melewati jendela, ke arah langit yang mulai berubah warna.
"Apa yang paling diinginkan Ayah Kaisar adalah kejayaan Daliang." Suaranya lembut namun dingin. "Dan Putri ini tidak akan merusaknya hanya karena ambisi dan dendam."
Mata pria paruh baya itu bergetar, bibirnya gemetar menahan emosi.
"Putri ini tahu," lanjut Chunhua perlahan, "bahwa Ayah Kaisar menyerahkanku pada Tuan Liu. Dan kesetiaan Tuan Liu, Putri ini sudah melihatnya."
"Yang Mulia..."
"Karena Daliang saat ini stabil dan damai, jadi tidak perlu merusaknya." Chunhua melihat Liu Boyan, bibirnya menyunggingkan senyum misterius. "Dan Tuan Liu bisa melayani Kaisar dengan tenang."
Dan Raut Liu Boyan berubah ngeri.
Semangat selalu!👏🙌