Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Setelah kemenangan, seperti biasanya Lexi cosplay menjadi pemimpin, dia mengajak Nico, Arsen dan Calvin ke kelab malam. Menikmati setiap tegukan minuman beralkohol.
Dengan beberapa wanita penghibur di sisi kanan dan kiri, permintaan Lexi atas kemenangan mereka tidak bisa di tolak. Arsen mengumpat karena terlalu memanjakan pria itu.
“Ada apa dengannya?" Tanya Calvin, heran kenapa mood Lexi berubah mendung, padahal sudah ada empat wanita di kedua sisi nya.
“Mana aku tau, dia misterius." Jawab Nico asal, faktanya memang dia tidak tau, kenapa adiknya mendadak murung setelah melihat ponselnya.
“Padahal tadi dia paling semangat, atau jangan-jangan putus cinta?" Calvin kembali bertanya.
Beberapa hari gabung dengan Arsen dan bersumpah akan setia. Karena makam kedua orang tuanya dijaga ketat oleh anak buah Arsen di Roma.
“Berengsek!!"
Mereka semua menoleh kearah Nico. wanita bergaun hitam itu berteriak kesakitan. Karena rambut indahnya ditarik kencang oleh Nico.
“Tuan, maafkan aku!!" Jeritnya sembari mencoba melepaskan tangan Nico. Wanita malang berani menggerayangi tubuh bidang Arsen.
“Sial, mereka berdua benar-benar ada hubungan?" Calvin jiwa keponya meronta-ronta.
Lexi memutar bola matanya dengan malas, dia yang tengah galau kenapa malah Nico dan Arsen yang membuat keributan.
“Biar aku kasih tau kebenarannya, mereka berdua adalah satu, kamu tau apa itu artinya? Arsen akan memotong jari wanita mana pun jika berani menyentuh Nico dan sebaliknya begitu" Ucap Lexi sembari meneguk minumannya.
“Jangan berpikir aneh-aneh, mereka normal, aku sering memergoki salah satunya bermain solo, sembari menyebut nama seseorang gadis." Bisik Lexi di akhir kalimatnya.
Calvin nampak kaget. “Benarkah? itu artinya mereka normal." Dia bernafas lega. tidak perlu lagi waspada. Nyatanya Nico dan Arsen pria normal.
“Sudah aku katakan jangan menyentuhnya, kamu bisa menyentuh dia pria itu." Nico kembali menarik kencang, dan menunjuk kearah Lexi juga Calvin. Kepala wanita itu terangkat.
Arsen mengambil belatinya. Hendak melakukan sesuatu.
Lexi melebarkan matanya, mereka sedang berada di tempat hiburan malam dan berada di wilayah orang lain. Tentu saja tidak bisa sembarangan.
“Lepaskan dia Nic." Lexi mencegah agar tidak terjadi pembunuh di tempat umum.
“Biar aku saja yang mengurusnya." Timpal Calvin.
“Aku mau tangan dan matanya." Ujar Arsen melemparkan belati kearah Calvin yang langsung diterima.
“Apa aku benar-benar harus melakukannya?" Bisik Calvin.
“Terserah, yang penting jangan di tempat umum, jangan mencari perkara." kelab malam yang mereka datangi salah satu milik rekan kerja Gerald.
***
Keesokan harinya hari yang ditunggu oleh mereka. Kembali ke New York.
Benar apa yang Arsen katakan, Lexi akan memiliki rekan yang seimbang, imbang kekonyolannya, terbukti keduanya kompak seperti CEO muda. Jas mahal dengan rambut yang tertata rapih.
“Barangnya sudah siap?" Tanya Arsen.
“Sesuai dengan permintaan, kita harus hati-hati, dari laporan yang aku terima, mereka sering menggunakan jasa pembunuh bayaran." Jawab Nico sembari memberikan laporan. Sudah banyak kapal yang ditenggelamkan ketika transaksi dengan Tuan Samuel.
Arsen menganggukkan kepalanya. “Beritahu mereka untuk tetap waspada."
“Arsen, bagaimana penampilan kita berdua? aku yakin pasti akan ada banyak wanita yang mengagumi kita di bandara." Tanya Lexi berdiri sembari memamerkan penampilannya dan Calvin.
“Tentu saja kita akan menjadi pria paling tampan." Calvin menimpali dengan gaya penuh percaya diri.
Arsen dan Nico saling bertukar pandangan, apa mereka berdua tidak tau jika kepulangan ke Roma kali ini melalu jalur pelayaran. pulang sekaligus melakukan transaksi.
"Kenapa kalian berdua hanya diam? kalah saing kah?" Tanya Lexi.
Nico menaikan sebelah alisnya. “Kita akan melakukan transaksi sekaligus membunuh Tuan Sam bersama antek-anteknya."
“Apa!!" Seru Lexi dan Calvin secara bersamaan, setelah itu mereka mendadak lesu, niat ingin bergaya malah harus melakukan misi lagi.
“Sebelum kita pergi, periksa kembali barangnya." Ucap Arsen enggan menanggapi Lexi.
Setelah itu mereka pergi bersama menuju lokasi dan tempat pertemuan telah di tentukan.
Anak buah mereka pun mengikuti sembari membawa barang-barang milik Tuannya. Arsen bukan Mafia yang licik dalam transaksi, dia tetap melakukan yang terbaik.
Memberikan obat berkualitas tinggi dan senjata sesuai dengan permintaan kliennya. tetapi Arsen juga bisa lebih licik jika kliennya melakukan kecurangan dalam pembayaran.
Sampai di dermaga mereka langsung menaiki kapal besar, Arsen langsung masuk kebagian dalam dan memeriksa peti-peti berisi pesanan itu.
Semua tersusun rapi, Calvin melebarkan mulutnya sangking kagumnya melihat senjata rakitan yang akan mereka jual.
“Periksa kembali, jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan." Titahnya.
“Siap Tuan!!!" Mereka serempak menjawab lalu melakukan apa yang Tuannya minta. Arsen tidak ingin ada cela dan penyelundupan sesama anggota klan., maka dia harus memastikan semuanya.
***
Ditempat lain Red, bersama dua rekannya tengah mempersiapkan diri, mereka telah menerima pekerjaannya dari salah satu pengusaha dengan bayaran yang sangat tinggi.
Mereka bertiga sudah siap dengan senjata masing-masing, kliennya meminta setelah transaksi selesai langsung tembak musuhnya.
“Siapa yang akan kita habisi, Red?" Tanya pria muda yang memiliki rambut warna merah.
“The Silent Reapers" Jawab Red.
“Apa? Apa kamu tau siapa pemimpin dari The Silent Reapers? mustahil kita bisa membunuhnya." timpal pria rambut merah itu.
“Ck, jangan khawatir, siapapun lawannya, Red pasti bisa mengatasinya. kamu tidak lupakan siapa kita?" Jawab salah satunya, kepercayaan dirinya patut diapresiasi.
Red sendiri tidak langsung menjawab, siapa yang tidak mengenal The Silent Reapers, yang di pimpin oleh Arsen Zionathan, penerus dari Erlan Smith.
Kelompok Mafia yang sudah mulai sibuk dengan dunia bersih itu,. Erlan pernah jaya pada masanya dan sekarang penerusnya lebih dari monster pembunuh.
“Apa pria tua bangka itu ingin kita mati sia-sia?"
“Tenanglah, kita harus melakukan yang terbaik, Tuan Sam sudah membayar kita mahal. lagi pula kita hanya mendengar ceritanya saja, sejauh ini belum ada yang mengalahkan kita" timpal Red.
Iya, mereka hanya mendengar tentang Arsen, tetapi belum pernah berhadapan langsung, tidak ada yang perlu di khawatirkan.
Terlebih Red mantan seorang agen rahasia, di usia muda namanya juga terkenal sebagai pembunuh bayaran. hampir sama seperti Calvin.
Tidak lama kemudian mereka melihat beberapa mobil datang dan Red yakin itu adalah Kliennya.
“Apakah itu Tuan Sam?" tanya si rambut merah.
“Hmm, disebelahnya adalah Asistennya. Tuan Arnold." jawab Red sembari memperhatikan orang-orang yang keluar dari mobil mewah itu.
“Tuan Arnold? Namanya tidak asing" pria itu kembali mengingatnya tetapi tidak mengingat apapun.
“Mantan Asisten ketua Mafia di Roma." Red banyak sedikitnya mengetahui siapa saja para Mafia yang sudah pensiun dan yang masih aktif meskipun usia mereka tidak muda lagi.