Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 Niat Untuk Kembali
Namira yang berada di dalam kamar Ilham terlihat memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper kecil Ilham.
"Kenapa Namira tidak bisa ikut ke Singapura?" tanya Namira dengan wajahnya yang cemberut sejak tadi.
"Kakak hanya pergi selama satu hari saja dan banyak bertemu laki-laki di sana, kamu juga tidak mungkin dilepas dan Kakak juga tidak punya waktu untuk menemani kamu jalan-jalan. Jadi lebih baik kamu di Apartemen saja dan jangan pulang ke pesantren karena hanya satu hari saja!" tegas Ilham.
"Tapi tetap saja Namira akan bosan di sini," ucapnya.
"Kalau begitu kamu di rumah Tante Farah saja," sahut Ilham memberi ide.
"Kak Bian melarang Namira berhubungan dengan Tante Farah," sahut Namira.
"Benarkah!" tanya Ilham yang membuat Namira menganggukkan kepala.
"Dia sampai melakukan hal itu. Bian benar-benar takut," sahut Ilham dengan mendengus kasar.
"Kenapa memangnya. Apa ada sesuatu yang Namira tidak ketahui?" tanya Namira.
"Tidak!" jawab Ilham.
"Jangan bohong, dari wajah Kakak sudah terlihat bahwa ada sesuatu yang disembunyikan," ucapnya menata curiga Ilham.
"Huhhhh," sahut Ilham menghela nafas.
"Kenapa menghela nafas, katakan? Namira juga tidak tahu kenapa Kak Bian harus melarang Namira?" tanya Namira penasaran.
"Karena Tante Farah begitu sangat terobsesi dengan kamu dan sampai mencampuri pernikahan kamu, merusak hubungan kamu dengan Ferdi dan membuat kamu menikah dengan Bian," ucap Ilham yang ternyata tidak bisa menyembunyikan apapun dari adiknya.
Bian dan Ilham berteman sejak kecil sama seperti Namira. Hanya saja hubungan Ilham terus berlanjut dengan Bian karena mungkin mereka sama-sama pria. Bian bahkan tidak menyembunyikan apapun yang menceritakan kepada sahabatnya itu tentang apa yang terjadi.
"Maksud Kakak?" tanya Namira tidak mengerti.
Ilham akhirnya menceritakan secara detail bagaimana Farah yang telah memfitnah Ferdi yang melibatkan Fenny teman kerja Ferdi. Namira yang awalnya tidak tahu apa-apa dan sekarang benar-benar kaget ketika mendengar semua cerita itu secara jelas.
"Astagfirullah....." lirih Namira yang benar-benar tidak percaya.
"Itu adalah kenyataannya dan Bian sendiri yang menceritakan kepada Kakak. Mungkin saja Bian tetap pada keputusannya untuk berpisah dengan kamu. Karena dia mungkin tidak ingin Ferdi mengatakan semuanya kepada kamu atau bicarakan kepada Umi dan Abi yang akhirnya akan terjadi perselisihan. Bian juga tidak ingin membuat kamu tertekan dalam pernikahan. Karena kamu hanya menjadi sasaran dari tante Farah," ucap Ilham.
Namira masih tidak bisa berkata-kata yang masih berusaha untuk percaya atau tidak dengan semua penjelasan Kakaknya.
"Ini adalah resiko ketika memiliki adik yang sangat cantik dan sudah diincar oleh orang tua yang harus menjadikannya menantu di rumah mereka dan ternyata rela melakukan apapun," sahut Ilham masih membawa suasana tegang itu dalam suasana bercanda.
"Pecundang," ucap Namira tiba-tiba yang membuat Ilham mengerutkan dahi.
"Kamu mengatakan Kakak pecundang?" tanya Ilham.
"Bukan, tapi dia," jawab Namira.
"Dia siapa, Ferdi...." tebak Ilham. Namira menggelengkan kepala.
"Bian!"
Namira mengganggukan kepala dengan wajahnya tampak kesal.
"Kenapa hanya masalah seperti itu, selalu mengaitkan dengan pertemuan Namira dengan laki-laki lain saat masih menikah. Marah dan seenaknya menjatuhkan talak, memutuskan sendiri tanpa berdiskusi dan bahkan tidak meminta maaf," ucapnya dengan wajah cemberutnya yang membuat Ilham tersenyum yang mendekati adiknya itu dengan memegang kedua tangan dan Namira.
"Kamu ingin rujuk dengan Bian?" tanya Ilham yang sebenarnya tanpa Namira menganggukkan kepala dari tatapan mata adiknya itu ada keinginan ingin kembali bersama.
"Bukankah seharusnya Kak Bian berusaha untuk pernikahan yang dia inginkan?" tanya Namira.
"Tapi kamu sudah tahu apa yang terjadi. Kamu juga tahu jika kamu dijebak dalam pernikahan itu," ucap Ilham.
"Tapi, seperti penjelasan Kakak. Jika Kak Bian tidak melakukan semua itu, dia juga tidak tahu apa-apa dan selama ini memperlakukan Namira sangat baik. Namira tidak menganggap adanya pernikahan di antara kami, tapi Kak Bian tidak pernah marah, tidak memaksa Namira, membiarkan Namira mencari kenyamanan sendiri dengan berpikir kami hanya sepupu dan tidak ada rasa aneh sama sekali," ucapnya mengeluarkan isi hatinya kepada Kakaknya.
"Namira kenapa tidak mencoba untuk berbicara kepada Bian, bicara dari hati ke hati maka tidak akan sempat ada perpisahan diantara kalian," ucap Ilham.
"Mana berani Namira meminta hal itu. Ketika istri yang sudah memiliki suami melanggar peraturan rumah tangga yang bertemu dengan laki-laki lain, itu sudah merupakan kesalahan besar. Tapi Namira juga merasa tidak adil jika tidak diberi kesempatan. Tetapi Namira tidak berani meminta kesempatan itu," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ilham tersenyum yang membawa adiknya ke dalam pelukannya.
"Kakak pikir, Bian sudah menjadi orang yang paling hebat bisa memahami kamu dan ternyata tidak," ucap Ilham mengusap-usap kepala adiknya itu.
*****
Bian dan Ilham yang berada di dalam mobil dengan Bian yang menyetir akan mengantarkan sahabatnya itu ke Bandara.
"Jagalah Namira di rumah selama aku tidak ada," ucap Ilham.
"Jangan ngaco, kami dalam proses perceraian yang tidak mungkin tinggal satu atap," sahut Bian.
"Masih proses perceraian dan kalian masih sah menjadi pasangan suami istri," sahut Ilham.
"Tapi aku menjatuhkan talak kepadanya dan itu sama saja tidak mahram," sahut Bian.
"Kalau begitu rujuklah dengan Namira," ucap Ilham yang membuat Bian menoleh ke arah temannya itu.
"Tidak semudah itu Ilham," sahut Bian.
"Namira sudah mengetahui semuanya, aku menceritakan apa yang terjadi, keterlibatan tante Farah dengan hubungan Namira dan Ferdi," ucap Ilham yang membuat Bian kaget dan bahkan sampai menghentikan mobil secara mendadak yang hampir saja membuat mereka berdua celaka.
"Bian kau apa-apaan sih!" kesal Ilham.
"Kau yang apa-apaan. Kenapa menceritakan kepada Namira dan bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak mengatakan apapun," sahut Bian kesal.
"Adikku penasaran lagi pula hasilnya baik-baik saja. Namira tidak marah atau tidak kecewa, dia justru sangat kasihan kepadamu yang harus dilibatkan dalam hal ini," sahut Ilham dengan santai.
"Tetap saja, harusnya dia mendengar dariku dan bukan dari orang lain," sahut Ilham.
"Itu kesalahan kamu yang tidak mencoba untuk berkomunikasi dengan Namira dan akhirnya kalian berdua seperti ini. Namira mengatakan bahwa kamu pecundang. Kamu menyukainya tetapi tidak mampu mengucapkannya, kamu membiarkannya seperti orang bodoh yang justru memberi doa dengan hubungan kamu dan Angela," ucap Ilham yang membuat Bian terdiam. Padahal Ilham sedikit menambahi cerita.
"Bian kita sudah kenal sejak kecil dan aku tahu bagaimana perasaanmu kepada Namira. Alih-alih dengan Tante Farah yang terobsesi dengan Namira dan sementara kamu sendiri juga menyukai adikku. Kamu menjalin hubungan dengan wanita lain, tetapi kamu tidak melupakan adikku," ucap Ilham.
"Tapi itu tidak mungkin, jika aku dan Namira kembali bersama dan Mama pasti akan tetap menjadikan dia sasaran," sahut Ilham.
"Ini yang membuatku kepercaya bahwa Namira akan bahagia bersamamu. Kau selalu mementingkan kebahagiaannya. Mencintai tidak harus bersatu dan melihat dia bahagia adalah cinta yang besar. Aku percaya jika kamu masih berada di sisi Namira dan mendukung Namira, sebesar apapun badai pasti akan bisa dilewati," ucap Ilham yang membuat Bian terdiam.
"Kau mengerti agama, talak kau ucapkan kepada adikku juga bukan secara langsung dan kalian juga tidak perlu menikah untuk rujuk, jika sudah sama-sama setuju maka kalian berdua tahu apa yang harus kalian lakukan, kalian kembali sah menjadi pasangan suami istri. Aku percaya padamu dan adikku sekarang tujuannya juga adalah kamu," ucap Ilham.
Bian sejak tadi terdiam mendengar nasehat temannya itu.
Bersambung.....