Ardi adalah asisten CEO. Ketika SMA Ardi pernah membayar seorang gadis untuk menjadi pacar bayaran.
Gadis itu ialah Ayasha dan Ayasha sangat menikmati perannya saat itu.
Namun setelah tujuh tahun berlalu Ardi kembali dipertemukan dengan Ayasha. Ternyata mantan pacar bayarannya ialah putri CEO di perusahaan tempat Ia bekerja.
Dunia seperti terbalik. Untuk membatalkan pertunangan dengan sang kekasih Ayasha memberi Ardi sejumlah uang.
"Apa kamu sedang membayarku?" Ardi.
"Ya, jadilah suamiku, Ardi!" Ayasha.
Simak ceritanya hanya di novel Menikahi Mantan Pacar Bayaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 14 Ke Proyek
Pertanyaan Sinta membuat Ardi kesulitan untuk menjawab.
"Ibu, ini sudah malam... Ibu sebaiknya istirahat," ucap Ardi mengalihkan pembicaraan.
Sinta menggeleng.
"Ibu belum ngantuk," sahut Sinta.
"Ya sudah kalau ibu belum ngantuk. Ibu sudah minum obat belum?" tanya Ardi.
"Sudah," jawab Sinta.
Sinta terus menatap Ardi, paham bila sang putra tengah mengalihkan pembicaraan.
Lalu Sinta melihat pada Inara.
"In, kamu istirahat saja. Besok kuliah, 'kan?" titah Sinta pada Inara.
Inara yang mengerti isyarat sang ibu mengangguk.
"Iya, Bu," ucap Inara.
Setelah Inara meninggalkan kamar, Sinta kembali menatap Ardi yang masih berada dikamarnya.
"Ibu lihat gadis bernama Ayasha itu baik," ucap Sinta kembali membahas Ayasha.
"Iya, Bu, memang baik," ucap Ardi.
"Katanya dia teman SMA kamu, ya?" tanya Sinta.
"Iya, Bu," jawab Ardi.
"Kenapa kamu nggak pernah kenalkan dia sama Ibu sebelumnya?" tanya Sinta lagi seperti tengah mengintrogasi putranya.
"Karena kami hanya berteman, Bu," jawab Ardi.
"Yakin hanya berteman?"
Sinta menatap Ardi namun Ardi memalingkan wajahnya.
"Ibu rasa kalian bukan hanya teman," ucap Sinta namun Ardi hanya diam.
"Iya, 'kan, Nak, kalian bukan sekedar teman?"
Sinta menyentuh lengan Ardi.
Ardi yang masih diam lalu menghembuskan nafas.
"Iya, Bu," jawab Ardi jujur.
Sinta tersenyum.
"Kenapa kamu nggak jujur saja dari awal kalau kalian bukan sekedar berteman?" tanya Sinta.
"Bu, hubungan aku dan Ayasha itu nggak seperti yang ibu bayangkan. Kami memang pernah pacaran tapi itu saat SMA, dan Ayasha menerima aku karena dulu aku bayar dia," jelas Ardi pelan-pelan agar mudah dimengerti sang ibu yang tengah sakit.
"Benarkah?" tanya Sinta.
"Iya, Bu. Kami pernah pacaran tapi kami nggak saling suka," jelas Ardi lagi.
"Tapi Ibu rasa Ayasha suka sama kamu, Ar. Dari cara dia menyebut nama kamu saja sudah terlihat kalau dia suka sama kamu," ucap Sinta.
Sinta masih berharap Ardi dan Ayasha menjalin hubungan agar Ardi fokus untuk menikahi Ayasha dan bahagia.
Sinta merasa kasihan pada Ardi sebab Ardi selama ini sudah menjadi tulang punggung dan terus bekerja keras untuk pengobatannya.
"Nggak mungkin, Bu. Ayasha sebentar lagi akan bertunangan," ucap Ardi.
"Tunangan dengan siapa? Kenapa bukan kamu duluan yang melamar dia?" tanya Sinta.
Ardi tersenyum getir.
"Meski aku yang lebih dulu melamarnya aku nggak yakin Ayasha dan keluarganya menerimaku, Bu," ucap Ardi.
"Kenapa kamu seyakin itu kalau kamu belum mencobanya, Nak?"
"Karena aku dan Ayasha bagai langit dan bumi. Ayasha itu putri pak Brian CEO diperusahaan tempat aku bekerja, sementara aku hanyalah asisten. Ayasha dan keluarganya pasti mencari seseorang yang sebanding dengan mereka, bukan seperti aku."
Mendengar penjelasan Ardi, Sinta jadi terdiam dan tidak melanjutkan pembicaraan.
Ia jadi merasa bersalah. Keinginannya melihat Ardi menikah dengan Ayasha dan bahagia sepertinya tidak bisa terwujud setelah mengetahui jati diri Ayasha sesungguhnya.
Sinta mengusap pundak Ardi lalu meminta sang putra meninggalkan kamarnya.
Saat Ardi hendak keluar dan membuka pintu ternyata Inara tengah berdiri disana menguping pembicaraan.
Ardi menatap datar pada Inara.
"Bukankah ibu meminta kamu untuk kekamar?" tanya Ardi.
"I-iya, Kak, aku mau kekamar."
Inara lalu berlari menuju kamar miliknya.
...***...
Beberapa hari kemudian.
Ardi baru saja memasuki lift bersama Brian dan Ayasha untuk mengunjungi proyek pembangunan apartement.
Saat menunggu lift terbuka resepsionis menghubunginya.
"Ya," ucap Ardi membuat Brian dan Ayasha menoleh padanya.
"Di lobi ada yang ingin bertemu pak Brian, apakah bisa?" tanya resepsionis itu.
"Siapa?" tanya Ardi.
"Pak Fandi dan Pak Barra," jawab resepsionis.
Lalu Ardi melihat pada Brian dan Ayasha yang menatapnya.
Ardi menutup speaker ponsel lalu berbicara.
"Di lobi ada pak Fandi dan pak Barra ingin bertemu Bapak," ucap Ardi memberi tahu Brian.
Brian dan Ayasha yang mendengar itu tentu saja terkejut sebab tidak ada kabar dari Barra namun mereka justru sudah berada di kantor.
Ayasha memberi isyarat pada Brian dengan gelengan kepala.
"Suruh mereka datang lagi besok. Kita harus segera ke proyek," titah Brian.
Ardi mengangguk lalu kembali berbicara dengan resepsionis.
"Pak Brian tidak bisa ditemui. Suruh mereka datang besok," titah Ardi.
"Baik, Pak."
Ardi lalu mematikan sambungan telpon namun tidak lama kemudian resepsionis itu kembali menghubunginya.
"Bagaimana ini, Pak, saya sudah mengatakan seperti yang Anda minta tapi mereka tetap ingin bertemu Pak Brian sekarang," ucap resepsionis itu.
Ardi kembali menutup speaker ponsel dan berbicara pada Brian.
"Mereka tetap ingin bertemu Anda, Pak. Apakah mengunjungi proyek kita tunda dulu atau saya saja yang mengunjunginya?" tanya Ardi.
Brian berfikir sejenak lalu mengangguk.
"Ya, kamu saja dan Ayasha yang mengunjungi proyek. Sekarang saya akan menemui Fandi dan Barra," titah Brian.
"Baik, Pak," ucap Ardi langsung menyampaikan perintah Brian itu pada resepsionis.
Lift terbuka Ardi dan Ayasha keluar sementara Brian kembali keruang kerjanya.
Ardi tidak tahu siapa tamu Brian itu namun nama Barra cukup familiar baginya.
Tiba di proyek.
"Nona, kita pakai APD dulu," ajak Ardi.
"Dimana?" tanya Ayasha yang pertama kali mengunjungi proyek.
Ayasha cukup lega sebab sang ayah menyuruhnya ikut dengan Ardi dibanding menemui Barra.
"Disana." Ardi menunjuk pada gudang berisi alat pelindung diri.
Ardi berjalan lebih dulu menuju gudang APD sementara Ayasha mengikutinya dari belakang.
Ayasha harus melewati tumpukan, kayu, besi, batu dan pasir. Belum lagi genangan air dimana-mana dan tanah yang becek.
Ayasha menghentikan langkahnya.
"Ardi kamu saja yang ambilkan aku APD, ya," ucap Ayasha membuat Ardi pun berhenti.
Ayasha sudah tidak bisa berjalan lagi sebab heels yang dikenakannya amblas menginjak tanah.
"Lalu, Nona akan disini saja?" tanya Ardi melihat kaki Ayasha yang sudah kotor.
"Iya," jawab Ayasha sebab Ia sudah tidak bisa melangkah lagi.
Ardi yang tidak tega akhirnya berjongkok.
"Sini saya bantu," ucap Ardi lalu mengangkat kaki Ayasha bersama heelsnya namun cukup sulit.
"Susah, Ar, heelnya lengket ditanah," ucap Ayasha sambil berusaha mengangkat kakinya.
"Coba lagi," titah Ardi kembali mengangkat kaki Ayasha.
Ayasha berpegangan pada bahu Ardi dan kembali menarik kakinya kuat-kuat namun heels yang dikenakannya justru putus.
"Yaaahh! Heelsnya putus," ucap Ayasha sambil mengangkat sebelah kakinya.
"Kalau begitu lepas saja heelsnya, nanti minta tukang bangunan untuk ngambilnya," ucap Ardi memberi saran.
"Kalau dilepas nanti aku jalannya bagaimana?" tanya Ayasha.
Ardi yang masih berjongkok kini membelakangi Ayasha dan menepuk bahunya.
"Saya gendong Nona sampai gudang. Nanti disana Nona bisa cuci kaki dan memakai safety boots," ucap Ardi namun Ayasha ragu.
"Kamu yakin, Ar?" tanya Ayasha.
"Ya," jawab Ardi sambil mengangguk.
Melihat Ardi yakin, Ayasha melepas heels yang dikenakannya lalu kedua tangan terulur dibahu Ardi dan Ardi menggendongnya.
Ayasha mengulum senyum sebab merasa senang digendong oleh Ardi.
burung tekuku makan kedelai
ucap selamat kepada mempelai
siap tempur sampai lemas terkulai
kabooooorrr 🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Tantangan buat ardi hrs mencari investor agar perusahaan tidak goyah....
..