"uuhhh... Ini... Ini, dimana? Bukankah aku telah meninggal karna gugur dalam medan perang, lalu dimana ini? " Ujar seorang wanita bergumam sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
39.
Tak terasa, kini sudah satu minggu berlalu dari waktu Siska bertemu dengan Albian, bahkan kini Albian semakin gencar mendekati Siska, Albian selalu saja punya alasan untuk selalu bertemu dengan Siska, seperti saat ini.. dia sengaja menjemput Siska ke sekolah.
"Sore Siska manis, " ujar Albian berteriak sambil melambaikan tangan nya pada Siska. namun Siska hanya menatap nya biasa saja, berbeda dengan beberapa murid wanita di sekolah itu, mereka saling ber bisik-bisik membahas Albian.
"Ganteng nya calon imam ku, " ujar siswa A yang hobi menghalu.
"Andai yang dia jemput gue, udah pasti gue langsung cabut, " ujar siswa B.
"Kalo dia jadi cowok gue, udah gue sekap tuh di dalam kamar dia gak boleh keluar, " ujar siswa C yang pencemburu.
"Beruntung banget Siska, dia dapat cowok yang super waw, " ujar siswa D, dan masih banyak lagi bisikkan-bisikkan lain nya.
Sebenarnya Siska juga terpana oleh ketampanan Albian, namun Siska pandai menyembunyikan perasaan nya, jadi Siska nampak biasa saja.
"Ngapain sih itu orang malah tebar pesona kaya gitu, mau nya apa coba, seneng banget jadi pusat perhatian, " gerutu Siska dalam hati, karna sebenarnya setelah beberapa kali bertemu, Siska sudah mempunyai rasa pada Albian, namun Siska masih menepis nya, Siska berpikir itu hanya sebatas suka saja, bukan cinta.
"Sis, kalo di panggil tuh jawab, " ujar Riska menegur Siska.
"Biarin aja lah Ka, ngapain juga nyapa orang yang tebar pesona, " ujar Siska.
"Ciee.. Siska cemburu, " ujar Reki heboh.
"Apaan sih lo Rik, " ujar Siska.
"Gak Sis enggak, gue cuma becanda kok, " ujar Reki nyengir, karna dia takut Siska marah.
"Tabok aja Sis tuman, " ujar Risky memprovokasi.
"Ye.. lo gak setia kawan ye, " ujar Reki.
"Sis aku yang anterin ya, " ujar Albian setelah Siska berada di depan nya.
"Gue bawa motor, " ujar Siska.
"Motor nanti ada yang bawa, " ujar Albian.
"Tapi gue mau naik motor, " ujar Siska.
"Ya udah, hayuk naik motor tapi aku yang bawa, " ujar Albian.
"Elo, " ujar Siska kehabisan kata-kata.
"Udah lah Sis, sana balik bareng dia aja, "ujar Risky dan yang lain nya mengangguk setuju.
"Kalian ya, " ujar Siska dengan cemberut.
"Sial, menggemaskan sekali, " ujar Albian yang dari tadi memperhatikan wajah Siska.
"Ya udah gue balik duluan, " ujar Siska berpamitan pada teman-teman nya.
"Babay Sis, " ujar teman-teman Siska serempak.
"Tar gue ke markas, " ujar Siska.
"Oke, "jawab Risky dan yang lain nya.
Siska dan teman-temannya nampak gembira, sangat jauh berbeda dengan teman-teman Nadia yang mulai renggang, dan kini Reni bersama Olivia menatap tak suka ke arah Siska, dia merasa persahabatan mereka hancur karna Siska, karna Andini selalu saja membela Siska.
Andini menjauh dari mereka setelah pertemuan di klab minggu kemarin, dan sekarang Andini mulai menjaga jarak dari Reni, belum lagi Nadia masih di skor, tanpa tau kejelasan kapan Nadia akan masuk lagi.
"Cewek udik lo liat aja, semua yang lo miliki bakalan jadi milik gue," ujar Reni.
"Ren, " panggil Olivia pada Reni yang terus menatap ke arah Siska.
"Hem, " jawab Reni.
"Kita samperin Nadia yuk ke rumah nya, " ujar Olivia pada Reni.
"Apa dia bakal ngijinin, " tanya Reni.
"Gak tau, tapi setidaknya nya kita coba aja dulu, " jawab Olivia.
"Hem ya udah kita cabut sekarang, " ujar Reni karna kalau di pikir-pikir semenjak kejadian di klab itu mereka belum bertemu kembali.
……………
"Tuan Susilo, sekarang Nyonya Merida sudah bisa di bawa pulang, tapi saya tetap meminta anda untuk selalu memantau nya, jangan biarkan nyonya Merida mengingat lagi masalah yang dapat memicu gangguan mental nya bangkit kembali, " ujar dokter Natalie pada pak Susilo.
"Baik dokter, saya akan selalu mengusahakan hal itu, " ujar pak Susilo.
Sementara Merida di temani oleh Vino, selama satu minggu ini Vino ijin tak masuk sekolah, karna dia mau fokus menemani sang ibu.
Sementara Nadia.. selama satu minggu ini dia tak datang sama sekali, jangankan datang, menelpon pada Vino saja tidak, yang ada Nadia malah asyik sendiri, sibuk keluar rumah untuk bertemu dengan pak Soni, dan juga beberapa pria lain.
"Vino, apa semuanya sudah di kemas, ?" tanya pak Susilo setelah berada di ruang rawat istri nya.
"Sudah Ayah, sekarang kita langsung pulang aja, " jawab Vino.
"Sayang, yuk kita pulang, " ujar pak Susilo pada Merida dengan lembut.
"Beneran pulang sayang, dan putri kita, dia ada di rumah kan, " ujar Merida.
"Ya sayang, dia ada di rumah.. dia menunggu kepulangan mu, " ujar pak Susilo.
"Oke, hayu kita pulang, karna aku sudah sangat rindu pada putri ku, " ujar Merida, dan akhirnya nya mereka pulang dari rumah sakit.
Selama di perjalanan Merida selalu menanyakan perihal putri nya, dan dia juga meminta pak Susilo membeli beberapa makanan, ingatan Merida hilang separuh, dia hanya mengingat kejadian sebelum ada nya pesan vidio yang dia lihat, jadi dia lupa tentang anak nya yang telah di tukar.
Dan pak Susilo pun tak membicarakan vidio itu, karna dia begitu sangat menyayangi Merida, jadi pak Susilo begitu menjaga Merida, pak Susilo pun melarang Vino,agar tak membahas masalah vidio itu.
"Akhirnya kita sampai, " ujar pak Susilo.
"Ya akhirnya kita tiba di rumah, " ujar Merida.
"Ibu hati-hati, jangan terlalu bersemangat, ujar Vino yang khawatir melihat ke antusiasan sang ibu.
"Ibu tak sabar untuk bertemu dengan adik mu, " ujar Merida yang setengah berlari menuju ke dalam mansion.
"Bi Ipah.. bi Ipah.. " panggil Merida kepada bi Ipah.
"Wah Nyonya sudah kembali, kenapa gak mati aja sih, " tanya bi Ipah, dan kata lain nya di lanjutkan dalam hati.
"Iya Bi aku udah sembuh, oohh iya Bi.. Nadia nya mana, ?" tanya Merida.
"Ada di kamar nya Nyonya, " jawab Bi Ipah karna kebetulan hari ini Nadia tak kelayapan.
"Baiklah, biar aku ke kamarnya saja, " ujar Merida sambil berlalu meninggalkan sang suami dan sang anak, yang kini sedang menatap tak suka ke arah Bi Ipah.
"Tuan biar saya yang bawakan tas nya, " ujar Bi Ijah dengan nada lembutnya.
"Tidak perlu, " ujar pak Susilo sambil berlalu pergi tak memperdulikan Bi Ipah.
Sedangkan Vino, dia menatap sinis ke arah Bi Ipah, andai sang ayah tak melarang.. sudah di pastikan Vino akan menyeret Bi Ipah dan juga Nadia agar keluar dari mansion mereka.
…………………
"Sudah sampai manis, " ujar Albian.
"Saya tau, " ujar Siska.
"Masih aja saya anda, hahh..rasanya kaku sekali, " ujar Albian sambil membuka helm nya.
"Ada masalah, ?" tanya Siska.
"Tidak, " jawab Albian buru-buru.
"Ya sudah, saya pamit masuk, terimakasih karna sudah menjemput saya, dan ya, anda bisa menggunakan motor saya untuk anda pulang, " ujar Siska.
"Wah.. seriusan Sis aku boleh pake motor nya, " tanya Albian.
"Hem, " jawab Siska singkat.
"Apa gak nawarin dulu buat masuk, " ujar Albian.
"Ngelunjak ya, " ujar Siska.
"Hehee.. aku haus Sis, " ujar Albian yang selalu pintar mencari alasan.
"Masuk, " ujar Siska.
"Nah gitu dong, makasih manis, " ujar Albian, dan tanpa Albian sadari Siska tersenyum manis, namun itu hanya sekilas, jadi Albian tak menyadari nya.
"Mbok.. mbok.. Siska pulang, " teriak Siska, dan hal itu membuat Albian melongo karna kaget, Albian baru kali ini melihat Siska di mode rewel.
"Non jangan teriak-teriak, eehhh.. Non dia siapa, " ujar mbok Jumanah.
"Kang ojek Mbok, " ujar Siska menjawab sekenanya.
"Wah kok ganteng ya kang ojek nya, " ujar mbok Jumanah.
"Ganteng dari mana Mbok, ?" tanya Siska, lagi Albian terpana dengan kecerewetan Siska, karna selama ini dia hanya mengenal Siska yang dingin.
"Non jangan gitu...
BERSAMBUNG.