NovelToon NovelToon
The Villain Wears A Crown

The Villain Wears A Crown

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: karinabukankari

Balas dendam? Sudah pasti. Cinta? Tak seharusnya. Tapi apa yang akan kau lakukan… jika musuhmu memakaikanmu mahkota?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon karinabukankari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29: The First Root

Langit Ravennor terus memucat. Bintang-bintang menghilang satu per satu seolah dunia mulai kehilangan langitnya. Di antara bayangan pegunungan tua, Seraphine dan Caelum berdiri di depan celah batu sempit yang tersembunyi di balik rimbun lumut hitam.

"Ini tempatnya?" tanya Caelum, menatap ukiran di dinding gua—sebuah simbol mata terbalik yang berdenyut samar dengan cahaya kehijauan.

Seraphine mengangguk. “Ini bukan sekadar gua. Ini jalan ke ‘Akar Pertama’.”

Mereka melangkah masuk.

Begitu melewati gerbang batu, suhu berubah drastis. Udara di dalam gua terasa… hidup. Setiap helaan napas seperti menyatu dengan napas tanah. Cahaya biru pucat muncul dari sela-sela dinding, seperti jamur purba yang menuntun jalan.

Di kedalaman itu, mereka menemukan tangga spiral yang tidak terbuat dari batu—melainkan akar raksasa, melingkar seperti tulang naga yang membatu.

Caelum menyentuh dindingnya. “Ini bukan hanya tanaman…”

Seraphine menyela pelan, “Ini adalah tulang dari ‘yang pertama disegel’.”

Dan mereka turun. Semakin dalam, suara mulai terdengar—bisikan dalam bahasa yang tidak pernah diajarkan, tapi dimengerti oleh darah.

Di Ravennor, Ash duduk sendirian di ruang bawah tanah observatorium. Kristal hitam yang ia jaga kini pecah total, dan dari dalamnya tumbuh batang akar tipis seperti tangan-tangan mungil yang mencoba meraba dunia.

Ia memejamkan mata, mencoba melawan pengaruh sihir itu.

Tapi suara itu kembali.

“Kau sudah terlalu dalam. Jangan pura-pura bersih.”

Ash menggertakkan gigi. Ia ingin percaya bahwa ia masih punya pilihan.

Tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar. Seorang prajurit Dewan masuk, terengah-engah.

“Mereka… sudah di dalam kota. Pengikut Akar. Mereka mengubah warga jadi… bagian dari mereka.”

Ash berdiri.

“Panggil semua anggota Dewan. Segera.”

Sementara itu, Lady Mirella berdiri di balkon atas istana tua. Matanya menatap ribuan akar yang menjalar dari jalanan kota. Mereka bukan menyerang. Mereka menyebar. Menyatu.

Seorang pengikut datang, tubuhnya ditumbuhi daun hitam kecil.

“Rencana berjalan sesuai kehendak. Tanah menerima. Kota akan tumbuh menjadi akar baru.”

Lady Mirella tersenyum. “Mereka pikir kekuasaan berasal dari kursi. Tapi aku tahu… ia berasal dari dalam bumi.”

Di kedalaman gua, Seraphine dan Caelum akhirnya tiba di sebuah aula bawah tanah.

Tempat itu bukan sekadar ruang. Ia hidup.

Dindingnya adalah akar. Lantainya tanah yang berdenyut seperti jantung. Dan di tengahnya, berdiri sebuah altar—berisi telur kristal besar yang memancarkan cahaya biru kehijauan. Di sekelilingnya, patung-patung humanoid setengah tanaman, setengah manusia.

Seraphine mendekat.

"Apa ini…?" bisik Caelum.

“Benih dari makhluk pertama yang disegel. Yang menjadi dasar dari semua akar di dunia ini.”

Ia menempelkan telapak tangan ke kristal. Seketika, cahaya memenuhi ruangan.

Dan ia melihat—

—masa lalu yang telah dikubur: Ravennor bukan kota pertama. Dunia sebelum Ravennor adalah kerajaan akar. Sebuah peradaban purba yang berakar dari makhluk yang tidak mati… hanya disegel.

Dan Orin kini membuka kembali kerajaan itu.

Di sisi lain dunia, Orin berdiri di tengah struktur akar baru yang menjulang seperti istana.

Ia menatap ke arah altar terakhir yang baru saja dibuka. Makhluk besar muncul, tubuhnya dibentuk dari jaringan akar, wajahnya seperti topeng kayu yang menangis.

Makhluk itu menatap Orin, dan berkata:

“Kau bukan raja. Tapi kau adalah tanah tempat kami tumbuh kembali.”

Orin tersenyum pahit. “Aku tidak butuh mahkota. Aku butuh bentuk baru dunia.”

Makhluk itu merentangkan tangan. “Maka tanamlah dirimu. Biarkan akar menggunakanmu sebagai fondasi.”

Dan tanpa ragu… Orin melangkah ke dalam tubuh makhluk itu.

Akar menyelimuti tubuhnya. Tapi ia tidak berteriak. Ia menyatu.

Di permukaan, langit mulai retak. Bukan karena sihir. Tapi karena dunia lama mencoba naik kembali.

Ash berdiri di balkon Dewan. Di kejauhan, dari tanah dan langit, cahaya hijau kehitaman muncul. Seperti pohon yang tumbuh terbalik dari bawah tanah.

“Ini bukan perang,” gumam Ash.

“Ini… kelahiran kembali.”

Di dalam altar akar pertama, Seraphine jatuh terduduk.

Ia tahu kini—tak bisa lagi netral. Tak bisa hanya jadi simbol. Dunia sedang memutuskan bentuk barunya.

Dan ia harus memilih:

Menjadi penjaga dari dunia lama… atau menumbuhkan dunia baru, dengan risiko kehilangan segalanya.

Caelum menatapnya. “Apa kau siap?”

Seraphine bangkit, menggenggam cahaya dari altar.

“Tidak.”

Ia menatap ke depan, ke arah akar yang terus tumbuh.

“Tapi dunia juga tidak siap menghadapi aku.”

Hujan turun dari langit yang bukan lagi biru.

Cairan yang mengguyur Ravennor malam itu tidak berwarna bening, melainkan hijau muda dengan aroma logam yang aneh. Tanah menyerapnya dengan rakus. Dan dari setiap celah batu, akar tumbuh tanpa henti.

Ash berlari melintasi jalan-jalan ibu kota yang telah berubah. Bangunan-bangunan ditelan sulur hijau kehitaman, dan warga yang tak sempat melarikan diri menjadi bagian dari jaring akar itu—tak mati, tapi juga bukan hidup.

"Jangan sentuh tanah!" teriaknya pada sekelompok prajurit milisi yang berusaha mengevakuasi anak-anak dari distrik timur.

Salah satu dari mereka menyentuh tanah—dan dalam hitungan detik, kakinya ditarik, tubuhnya digulung menjadi kepompong akar.

Jeritan tak sempat keluar.

Ash mengepalkan tangan, sihir pelindung meledak dari tubuhnya, membakar akar-akar di sekeliling. Tapi ia tahu: ini bukan pertahanan, hanya penundaan.

“Orin... apa yang kau lakukan?” bisiknya.

Di langit Ravennor, kilat hijau membelah udara.

Di tengahnya, sebuah pohon raksasa tumbuh dari reruntuhan menara kerajaan lama. Akarnya menjulur ke setiap sudut kota. Daunnya memancarkan cahaya ungu pucat, dan di puncaknya—makhluk yang dulu adalah Orin berdiri tegak.

Tubuhnya kini diselimuti lapisan akar dan batu, wajahnya menyerupai topeng kayu kuno dengan mata menyala violet. Tapi suaranya… masih Orin.

“Dunia lama gagal. Kalian memuja Dewan, demokrasi, revolusi. Tapi tanpa akar… semua runtuh.”

Ia mengangkat tangan—dan dari tanah, pasukan baru muncul.

The Verdant Hollow.

Makhluk setengah manusia, setengah tanaman. Beberapa menyerupai wajah bangsawan yang telah mati. Beberapa… mantan prajurit yang kini menjadi penjaga akar.

Di perbatasan barat kota, Seraphine dan Caelum berdiri di atas bukit. Di bawah mereka, Ravennor sudah tak bisa dikenali.

“Kalau kita masuk… takkan ada jalan keluar lagi,” gumam Caelum.

Seraphine menatap ke arah pohon pusat. Ia bisa merasakan panggilannya. Pohon itu hidup. Dan mengenalnya.

Ia menggenggam batu dari altar Akar Pertama—benda kecil bercahaya biru yang kini menjadi inti sihirnya.

“Aku tidak datang untuk kembali,” katanya pelan. “Aku datang untuk menumbangkan akar yang salah.”

Malam itu, mereka memasuki kota.

Dan kota menolak mereka.

Tanah memecah di bawah kaki, gedung berubah menjadi lorong akar, dan suara-suara dari masa lalu terdengar dari setiap bayangan.

> “Kau yang meninggalkan kami.”

“Kau membiarkan mahkota membusuk, tapi tidak menguburnya.”

“Apa kau pikir dunia bisa tumbuh tanpa darah?”

Seraphine menutup telinga, tapi suara itu bukan dari luar. Ia dari dalam dirinya sendiri.

“Aku tidak sempurna,” teriaknya. “Tapi aku juga bukan penonton!”

Ia mengangkat tangannya. Sihir biru meledak, menebas akar, membuka jalan menuju pusat kota.

Di istana yang kini menjadi sarang akar, Orin menunggu.

Makhluk-makhluk dari Verdant Hollow berdiri di belakangnya. Dan altar baru—terbuat dari tulang, batu, dan akar hidup—berdenyut pelan.

“Dia akan datang,” kata Orin, matanya mengarah ke arah di mana Seraphine melangkah.

Lady Mirella muncul dari bayang-bayang, tubuhnya sudah dipenuhi bunga hitam yang tumbuh dari dadanya.

“Aku sudah menumbuhkan kota ini. Tapi hanya kau yang bisa menumbangkan pohon.”

Orin menoleh pelan. “Bukan menumbangkan… menggantikan.”

Pertarungan dimulai di jantung kota Ravennor.

Ash dan pasukan terakhir melawan Verdant Hollow. Sihir bertabrakan dengan akar hidup. Tanah retak. Langit terbakar.

Caelum bertarung di sisi Seraphine, tubuhnya penuh luka, tapi langkahnya tak gentar.

“Akar ini… tumbuh dari pengkhianatan,” ujar Seraphine.

“Aku tahu,” jawab Caelum. “Tapi kita akan bakar kebohongan ini sampai jadi abu.”

Dan saat mereka tiba di altar pusat, Seraphine berhadapan langsung dengan Orin.

“Orin…” katanya lirih.

“Seraphine,” jawab Orin. “Darah kita berasal dari akar yang sama. Kau bisa menyatu. Kita bisa tumbuhkan dunia baru.”

Seraphine menatapnya.

“Tapi kalau tanahnya busuk, dunia baru hanya akan melahirkan tirani.”

Orin mengangkat tangannya. Akar merespons.

Tapi Seraphine mengangkat batu birunya. Cahaya biru menyelimuti tubuhnya. Semua akar yang mendekat—membeku.

“Aku bukan akar,” katanya. “Aku adalah cahaya yang tumbuh di atas tanah gelap.”

Pertarungan pun pecah.

Seraphine vs Orin.

Sihir vs akar.

Hati vs takdir.

Dan di detik terakhir, ketika pohon pusat mulai roboh, dan suara dari Umbra Mortem berteriak untuk hidup kembali—Seraphine memilih untuk menyegel.

Bukan membunuh. Tapi menghentikan pertumbuhan yang salah.

Dengan sihir birunya, ia menciptakan akar baru, bukan untuk menyerang, tapi untuk memeluk Orin—dan mengurungnya dalam kepompong cahaya.

Ravennor berhenti tumbuh.

Dan dunia… hening.

To be continued...

1
karinabukankari
🎙️“Capek? Lelah? Butuh hiburan?”

Cobalah:

RA-VEN-NOR™

➤ Teruji bikin senyum-senyum sendiri
➤ Kaya akan plot twist & sihir kuno
➤ Mengandung Caelum, Ash, dan Orin dosis tinggi

PERINGATAN:
Tidak dianjurkan dibaca sambil di kelas, rapat, atau pas lagi galau.
Efek samping: jadi bucin karakter fiksi.

Konsumsi: TIAP JAM 11 SIANG.
Jangan overdosis.
karinabukankari
“Kamu gak baca Novel jam 11?”

Gemetar...
Tangan berkeringat...
Langit retak...
WiFi ilang...
Kulkas kosong...
Ash unfollow kamu di mimpi...

➤ Tiap hari. Jam 11.

Ini bukan sekadar Novel.
Ini adalah TAKDIR. 😭
karinabukankari
“Halo, aku kari rasa ayam...
Aku sudah capek ngingetin kamu terus.”

➤ Novel update jam 11.
➤ Kamu lupa lagi?

Baiklah.
Aku akan pensiun.
Aku akan buka usaha sablon kaus bertuliskan:

❝ Aku Telat Baca Novel ❞

#AyamMenyerah
karinabukankari
Ash (versi ngelantur):
“Kalau kamu baca jam 11, aku bakal bikinin kamu es krim rasa sihir.”

Caelum (panik):
“Update?! Sekarang?! Aku belum siap tampil—eh maksudku… BACA SEKARANG!”

Orin (pegangan pohon):
“Aku bisa melihat masa depan... dan kamu ketinggalan update. Ngeri ya?”

📅 Jam 11. Tiap hari.

Like kalau kamu tim baca sambil ketawa.
Komen kalau kamu tim “gue nyempil di kantor buat baca novel diem-diem”
karinabukankari
“Lucu…
Kamu bilang kamu fans Ravennor,
Tapi jam 11 kamu malah scroll TikTok.”

Jangan bikin aku bertanya-tanya,
Apakah kamu masih di pihakku…
Atau sudah berubah haluan.

➤ Novel update tiap hari.
➤ Jam 11.

Jangan salah pilih sisi.
– Orin
karinabukankari
“Aku tidak banyak bicara…
Tapi aku perhatikan siapa yang selalu datang jam 11… dan siapa yang tidak.”

Dunia ini penuh rahasia.
Kamu gak mau jadi satu-satunya yang ketinggalan, kan?

Jadi, kutunggu jam 11.
Di balik layar.
Di balik cerita.

– Orin.
karinabukankari
“Oh. Kamu lupa baca hari ini?”

Menarik.

Aku kira kamu pembaca yang cerdas.
Tapi ternyata...

➤ Baca tiap hari. Jam 11.
➤ Kalau enggak, ya udah. Tapi jangan salahin aku kalau kamu ketinggalan plot twist dan nangis di pojokan.

Aku sudah memperingatkanmu.

– Ash.
karinabukankari
📮 Dari: Caelum
Untuk: Kamu, pembaca kesayanganku

"Hei…
Kamu masih di sana, kan?
Kalau kamu baca ini jam 11, berarti kamu masih inget aku…"

🕚 update tiap hari jam 11 siang!
Jangan telat… aku tunggu kamu di tiap halaman.

💙 – C.
karinabukankari
🐾 Meong Alert!

Kucing kerajaan udah ngamuk karena kamu LUPA update!

🕚 JAM 11 ITU JAM UPDATE !

Bukan jam tidur siang
Bukan jam ngelamunin mantan
Bukan jam ngintip IG crush

Tapi... JAMNYA NGIKUTIN DRAMA DI RAVENNOR!

😾 Yang kelewat, bakal dicakar Seraphine pakai kata-kata tajam.

#Jam11JamSuci #JanganLupaUpdate
karinabukankari
🐓 Jam 11 bukan jam ayam berkokok.
Itu jamnya:
✅ plot twist
✅ karakter ganteng
✅ baper kolektif
✅ kemungkinan besar ada adegan nyebelin tapi manis

Jangan lupa update TIAP HARI JAM 11 SIANG

📢 Yang gak baca… bakal disumpahin jadi tokoh figuran yang mati duluan.
karinabukankari
🕚 JAM 11 SIANG ITU JAM SUCI 😤

Itu bukan jam makan, bukan jam rebahan...
Itu jam baca komik kesayangan KAMU!

Kalau kamu ngelewatin update:
💔 Caelum nangis.
😤 Seraphine ngambek.
😎 Ash: “Terserah.”

Jadi yuk… BACA. SEKARANG.

🔁 Share ke temanmu yang suka telat update!
#ReminderLucu #UpdateJam11
karinabukankari
⚠️ PENGUMUMAN PENTING DARI KERAJAAN RAVENNOR ⚠️

📆 Update : SETIAP HARI JAM 11 SIANG!

Siapa yang lupa...?
➤ Ditarik ke dunia paralel.
➤ Dikejar Orin sambil bawa kontrak nikah.
➤ Dijadikan tumbal sihir kuno oleh Ash.
➤ Dipelototin Seraphine 3x sehari.

Jadi... JANGAN LUPA BACA YAAA!

❤️ Like | 💬 Komen | 🔔 Follow
#TimGakMauKetinggalan
karinabukankari
📢 HALOOO PARA PEMBACA TERSAYANG!!
Komik kita akan UPDATE SETIAP HARI!
Jadi jangan lupa:
💥 Siapkan hati.
💥 Siapkan cemilan.
💥 Siapkan mental buat gregetan.

⏰ Jam tayang: jam 11.00 WIB

🧡 Yang lupa update, nanti ditembak cinta sama si Caelum.

➕ Jangan lupa:
❤️ Vote
💬 Komen
🔁 Share
🔔 Follow & nyalain notif biar gak ketinggalan~
Luna_UwU
Ditambahin sekuel dong, plis! 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!