Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.
Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.
Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
"Apa yang terjadi sama Ruby, Vin?" tanya Gio pelan.
Kevin menggelengkan kepalanya. "Gue juga gak tahu," sahut Kevin dengan tatapan kosong.
Kevin merasa ada sesuatu yang tidak ia ketahui tentang Ruby. Ia mengingat jika dulu, Ruby juga menolak diantar pulang saat masih hujan, Ruby bahkan terlihat sangat tegang kala ia memaksanya waktu itu.
Tak lama Alika keluar dari kamar Kevin dengan membawa baju basah Ruby. "Kamu juga harus ganti baju," ucap Alika, Kevin mengangguk pelan dan kembali masuk kamarnya, di ikuti dengan Gio dan yang lainnya.
Kevin menatap Ruby sesaat, lalu mengambil pakaian dan masuk ke kamar mandi. Sedangkan Gio, Dino, dan Steve melihat Ruby yang masih setia menutup mata.
"Lain kali, lo gak usah bawa tuh cewek." kata Dino, ia masih kesal karena Ruby seolah bertingkah.
"Lo kenapa sih? Lo gak suka gue deket sama Ruby?" sahut Gio emosi.
"Tuh cewek kan gak suka sama lo! Lagian ...,"
"Stop! Jangan ribut kalian." sela Steve menengahi.
"Ckkk, lo sama aja." ucap Dino menatap kesal Steve, lalu keluar dari kamar.
Steve membuang napas berat, ia menatap Ruby dengan lekat, lalu mendekati Gio yang berdiri tepat disamping ranjang. "Sebaiknya kita keluar, dia butuh istirahat." ajak Steve melihat Ruby yang terlelap.
Gio tak bergeming, pria itu masih ingin melihat Ruby. "Gue masih pingin disini." ucapnya. Steve menepuk pelan pundak Gio, lalu memilih keluar dan membiarkan Gio menemani Ruby.
Kevin sudah keluar dari kamar mandi, pria itu berjalan menghampiri Ruby sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. "Apa kita perlu panggil dokter?" tanya Gio yang duduk ditepi ranjang. Pria itu menoleh kearah Kevin, meminta pendapat.
Kevin bisa melihat kekhawatiran dimata Gio. "Kayaknya gak perlu, dia hanya pingsan. Tidak terluka atau kecelakaan hebat," sahut Kevin melemparkan handuknya ke sebuah kursi.
"Bener juga sih," gumam Gio, pria itu melihat Kevin yang juga keluar dari kamar. "By, kamu cepat sadar ya." ucap Gio pelan, lalu mengikuti yang lainya keluar.
.....
Kevin kembali beraksi di dapur, kali ini hanya dibantu Gio dan Steve, karena Dino masih kesal pada teman-temannya yang terkesan membela Ruby, ia memilih bermain game online di ponselnya. Sedangkan Alika menemani Ruby di kamar, gadis itu memastikan jika sahabatnya tidak demam setelah kehujanan.
"Lo mau masak apa sih?" Gio melihat bahan-bahan yang di siapkan Kevin, diatas meja.
"Krim sup jagung," Kevin mulai menyisir dua buah jagung. "Lo bantu kupas bawang aja," Kevin mengemudikan dagunya kearah bawang yang telah ia siapkan.
Steve, tanpa di beri tahu, ia langsung mencuci paha ayam, ia yakin jika Kevin juga akan mengolahnya. Ketiga pria itu bekerja dalam diam, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Meski begitu, mereka menyelesaikan acara masak memasak itu lebih cepat daripada tadi pagi.
Di kamar, Alika memperhatikan Ruby dengan intens karena bulir keringat mulai bermunculan disekitar kening dan pelipis Ruby. Mulutnya juga mulai berbicara tidak jelas, sepertinya gadis itu bermimpi buruk.
"Aku mohon," ucap lirih Ruby terisak, matanya terpejam namun kepala bergerak gelisah.
"By, lo mimpi buruk ya?" ujar Alika pelan, menyentuh kening Ruby. "Gak panas." gumamnya.
"Aku mohon, aku mohon ... JANGAN!" teriak Ruby, seketika matanya terbuka lebar, dengan nafas yang memburu.
Alika yang terjingkat karena kaget langsung berdiri. "By," ucapnya pelan. Sedangkan Ruby masih berusaha mencerna apa yang terjadi. Netranya melihat sekitar, merasa asing dengan tempat itu.
Ia menoleh kearah Alika. "Gue di mana?" tanyanya, ia berusaha menetralkan napasnya.
"Ini di kamar Kevin, lo tadi pingsan." kata Alika. "Lo gak apa-apa kan? Atau ada yang sakit? Lo butuh apa?" tanya Alika khawatir.
Ruby menghela napas dalam-dalam, dan menggeleng. "Gue baik-baik aja." ia membuka selimutnya lalu melihat tubuhnya.
"Emm, tadi gue yang gantiin baju lo. Gak apa-apa kan? Soalnya baju lo basah," Alika menjelaskan.
"Gak apa-apa, thanks." sahut Ruby, membuat Alika merasa lega.
"Lo mimpi buruk ya?" tanya Alika. Ruby terdiam mengingat mimpinya, sebuah mimpi buruk, yang selalu mengganggu tidurnya salama bertahun-tahun.
"Itu...,"
"Gak usah di jawab kalau berat. Gue ngerti kok," sela Alika melihat wajah sendu Ruby.
Ruby langsung menatapnya tidak suka. "Sorry, Al. Tapi lo gak akan ngerti," ucap nya datar. Ia beranjak dari tempat tidur itu lalu keluar begitu saja meninggalkan Alika yang terpaku.
"Apa gue salah ngomong?" gumam Alika.
Gio yang melihat Ruby keluar dari kamar langsung menghampiri wanita itu. "By, kamu udah bangun?" tanyanya sambil tersenyum lega. Ruby hanya menatapnya datar, lalu matanya beralih pada sosok dua pria yang berjalan di belakang Gio.
"Kebetulan lo udah bangun, ayo kita makan." ajak Kevin.
Tak lama Alika juga keluar dari kamar Kevin, ia berdiri di belakang Ruby yang memang masih di depan pintu kamar. Karena perutnya lapar, Ruby tidak menolak dan langsung berjalan menuju meja makan.
"Ayo, Al." Kevin tersenyum kearah kekasihnya. Alika berjalan mendekat Kevin.
Gadis itu tersenyum manis. "Masak apa lagi? Sepertinya sangat enak." puji Alika menghirup aroma lezat dari arah dapur.
"Nanti kamu juga akan tahu," sahut Kevin tersenyum, namun pandangan nya tertuju pada Ruby yang sudah duduk manis di meja makan.
"Gue panggil Dino. Biar dia juga ikut makan," ucap Steve melihat Gio yang sibuk menemani Ruby.
Kevin mengangguk dan duduk di sebrang meja, tepat didepan Ruby. Pria itu masih mencuri pandang kearah Ruby, meskipun disampingnya ada sang kekasih.
"Wahhh, kamu masak banyak banget, sayang. Benar-benar calon suami idaman." puji Alika tanpa sadar bilang sayang, Kevin sedikit salah tingkah di buatnya. Ia merasa canggung karena disana juga ada Ruby.
"Biasa aja kali, Al. Sayang, sayang...," cibir Gio yang merasa iri.
"Ihh, gapapa kali gue panggil Kevin sayang. Kan kita udah bertahun-tahun pacaran," sahut Alika menolah kearah Kevin. "Kamu gak keberatan kan, Vin. Kalau aku panggil kamu sayang?" Alika meminta persetujuan Kevin.
Pria itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, perasaan nya semakin tak karuan. "Terserah aja," sahut Kevin menggantungkan jawaban nya. Hal itu sebenarnya membuat Alika sedikit kecewa, namun ia menutupinya dengan senyum seperti biasanya.
"Udah gak usah bahas hubungan kalian, gue gak mau jadi obat nyamuk." ujar Gio jengah, karena dirinya belum berhasil menaklukkan Ruby.
Steve dan Dino datang, lalu mereka mulai makan siang itu. Menu makan siang kali ini adalah krim sup jagung dan ayam bakar madu. Memang sedikit tidak nyambung, tapi bukan tanpa alasan Kevin memasak menu itu.
Karena, dua menu itu adalah menu favorit Ruby. Meskipun semua masakan Kevin adalah makanan favoritnya, tapi dua menu itulah yang menjadi kesukaannya.
Kevin menarik sudut bibirnya saat melihat Ruby dengan lahap memakan masakannya, seperti biasa saat mereka masih tinggal bersama. Tanpa Kevin sadari, jika ada sepasang mata yang terus memperhatikan gerak-gerik nya, membuat orang itu curiga jika Kevin menjalin hubungan dengan Ruby .
*
*
*
*
*
TBC