terlalu kejam Pandangan orang lain, sampai tak memberiku celah untuk menjelaskan apa yang terjadi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Permenkapas_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kebenaran masa lalu
“Oline, selesai makan temui aku di ruang pribadi,” ucap Bara saat Oline baru saja turun dari mobil.
Bara langsung pergi tanpa mendengar persetujuan Oline, Oline pun bergegas ke kamarnya di lantai atas, ketika berbalik hendak menutup pintu tiba-tiba saja Bibi sudah ada di belakangnya sambil membawa nampan berisi makan siangnya. Oline mengambil nampan itu lalu menutup pintu kamarnya dengan cepat, tak lupa ia berterima kasih kepada sang pembantu.
Oline mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian sehari-hari dia melakukannya dengan terburu-buru bahkan makan siangnya pun tak ia habiskan, dia sangat penasaran dengan apa yang akan Bara ceritakan sebentar lagi, tentang semua keluarganya dan rahasia apa yang selama ini selalu ayahnya jaga. Tak lupa Oline juga akan bertanya tentang lelaki berhodi hitam yang kata Bara selalu mengawasinya.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ayahku melakukan itu? Apa benar dia melakukan pembunuhan brutal itu?” cecarnya kepada Bara setelah mereka berhadapan di ruang pribadi milik Bara.
Bara hanya tersenyum mendapat serangan pertanyaan dari Oline, dia tahu keponakannya ini sudah tidak sabar untuk mengetahui peristiwa apa yang menghancurkan keluarganya, lagi pula Oline sudah cukup dewasa untuk tahu semua tentang seluk beluk keluarganya sendiri, sudah cukup selama 17 tahun ini dia tenggelam dalam rasa penasaran, pikir Bara.
“Apa yang akan kamu lakukan jika ada seseorang yang berani mengganngu keluargamu? Bahkan sampai menyakitinya?” tanya Bara balik.
“tentu saja aku akan sangat marah, atau mungkin aku akan membalasnya,” jawab Oline cepat.
Bara tersenyum dan menjeda kalimatnya.
“Itulah yang dilakukan Antoni, ayahmu hanya membalas perbuatan mereka, membuatnya sedikit jera. Ayahmu hanya menuntut keadilan tetapi tidak ada yang mau mendengarkan, terpaksa dia melakukan dengan caranya sendiri. Yaitu dengan membunuh mereka yang telah berdosa!” jelasnya sambil melihat ke arah luar jendela.
_Flashback_
Hari ini di daerah Komanggi cuaca sedang tidak bersahabat, sejak pagi dini hari hujan lebat serta kilat menyambar menghiasi daerah tersebut, sedangkan di dalam ruang bersalin seorang wanita tengah berjuang melahirkan sang buah hatinya, wanita itu tak lain adalah Elena, istri Antoni.
Di luar ruangan bersalin tepatnya di ruang tunggu, keluarga Antoni harap-harap cemas menunggu cucu pertama mereka lahir ke dunia.
Bara sedang berbicara dengan seseorang di seberang telepon, dia mendengus kesal, lalu menutup teleponnya secara sepihak.
“Bagaimana Bara? Apa Antoni bisa pulang sekarang?” tanya sang ibu.
Bara menggeleng lemah.
“Di sana terjadi badai, dan tidak ada satu pesawat pun yang berani melakukan penerbangan, tetapi Antoni berjanji setelah cuaca sedikit membaik dia akan segera pulang,” jawabnya meyakinkan sang ibu.
Bara baru saja melakukan panggilan telepon dengan Antoni, dia mengabarkan bahwa Elena berada di rumah sakit untuk melahirkan anak mereka, yang berarti keponakan Bara. Karena tuntutan pekerjaan Antoni harus pergi keluar negeri dan tidak bisa menemani sang istri di rumah sakit. Sang ayah mengusap pundak istrinya untuk menyalurkan ketenangan meski dalam hati dia juga tampak gelisah menantikan kelahiran sang cucu.
Tak lama berselang dokter yang menangani kelahiran cucu mereka keluar dari ruangan, dokter tersebut menyampaikan bahwa semuanya berjalan dengan lancar.
“Ibu dan Bayi, keduanya selamat,” jawab sang dokter.
Bagai melihat pelangi di tengah badai, mereka semua mengucap syukur, menantu dan anggota kecil mereka telah lahir dengan selamat. Bara sangat bahagia begitupun dengan ayah dan ibunya.
Rasa cemas kini berganti dengan rasa bahagia, mereka masuk ke ruang Elena untuk melihat kondisinya. Di samping Elena, terdapat box berisi makhluk kecil yang imut, dialah Oline kecil.
Bara menghampirinya, dan mencium dengan gemas keponakannya hingga bayi itu terbangun dari tidurnya dan menangis. Cepat-cepat Bara meletakkannya kembali, melihat ekspresi wajah Bara yang ketakutan semua orang di ruangan itu tertawa, sedangkan Bara tampak kesal. Suster mengambil Oline kecil dan memberikannya kepada Elena untuk di susui pertama kali.
Bara menyentuh kulit tangan Oline kecil, begitu halus dan lembut. Dia merasa heran bagaimana mungkin makhluk semungil ini bisa bersembunyi di dalam rahim yang begitu sempit.
Ketika melihat Oline kecil yang sangat menggemaskan, tiba-tiba saja ponsel Bara berdering, tertera nama Antoni di layar ponsel tersebut, Bara langsung menyerahkannya kepada Elena. Mereka melakukan video call, dari raut wajah Antoni berseri, dia sangat bahagia buah hatinya yang ditunggu-tunggu sudah hadir melengkapi keluarga mereka, Elena mengarahkan cameranya kepada Oline kecil yang kini sudah kembali terlelap sehabis disusui oleh ibunya.
“Dua hari lagi aku akan pulang, jaga bidadari kecil dengan baik,” jawabnya memberitahukan kepulangannya kepada sang istri.
“Sekarang aku memiliki mainan baru,” celetuk Bara sambil merebut ponsel dari tangan Elena.
“Jika kau membuatnya menangis sekali saja, aku akan menggantungmu secara terbalik di halaman rumah!” jawab Antoni.
“Benarkah? Sekarang kau mau jadi sepertiku? Itu bagus, ayolah cepat pulang, nanti akan ku ajari caranya memegang senjata dengan benar, atau mungkin makhluk kecil ini akan menjadi sepertiku setelah dewasa nanti.”
“Jika sampai kau mengajarinya, aku akan benar-benar membunuhmu!” ucap Antoni geram.
Semua orang di ruangan itu tertawa mendengar gurauan kedua kakak ber adik yang memang sejak dulu tidak pernah akur ini.
Sore hari, Elena dan keluarga kembali ke rumahnya. Semenjak menikah mereka memang tinggal bersama di rumah mertuanya, karena memang Ayah Ibu Antoni tidak mengijinkan mereka tinggal terpisah, sehingga keluarga itu tampak ramai dengan canda tawa dan lelucon yang selalu keluar dari mulut Bara, apalagi sekarang telah datang anggota kecil yang akan tambah meramaikan suasana rumah.
Elena nampak istirahat, sedangkan Bara menemani sang keponakan di kamarnya, jauh-jauh hari mereka memang merenovasi sebuah ruangan untuk tempat si kecil tepat di samping kamar Elena dan Antoni. Seakan tak mau berpisah, makan pun Antoni membawa makanannya ke ruang Oline, hingga membuat orang-orang rumah meledeknya untuk segera menikah.
“Aku akan menikah, tetapi dengan makhluk kecil ini,” jawabnya asal.
Mendengar jawaban itu Elena langsung melemparnya dengan botol susu yang sedari tadi di pegangnya, untung saja botol itu tidak mengenai Oline kecil yang sedang tertidur lelap di pangkuan Bara. Semua orang tertawa sedangkan Elena terlihat kesal, Ayah mertua Elena mengambil Oline dari gendongan Bara.
“Sepertinya besok akan sangat sibuk,” ucap sang ayah.
“Sibuk?” tanya Bara tak mengerti.
“Abangmu akan datang besok, semua ruangan harus rapi, kalau tidak! Dia akan mengoceh seperti wanita,” ucapnya tegas.
Sang ibu hanya tersenyum, pasalnya dia sangat hafal dengan sifat anaknya si Antoni, Antoni memang tidak suka jika barang-barang tidak sesuai tempatnya, sedangkan yang suka ngerecokin barang adalah adiknya sendiri yaitu Bara.