- 𝗨𝗽𝗱𝗮𝘁𝗲 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗛𝗮𝗿𝗶 -
Ria merupakan seorang mahasiswi yang dulunya pernah memiliki kedekatan dengan seorang pria bernama Ryan di dunia maya. Hubungan mereka awalnya mulus dan baik-baik saja, tapi tanpa ada tanda-tanda keretakan berakhir dengan menghilang satu sama lain. Sampai Ryan menghubungi kembali dan ingin memulai hubungan yang nyata.
Akankah Ria menerima atau menolaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jodoh Pilihan Nenek
Ryan berhasil menyelesaikan tugas perusahaan lebih awal dari bisanya. Padahal sebelumnya dia juga lembur di tempat kerja. Dunia orang kaya emang beda ya. Udah ada duit, tapi milih jalan yang terjal cuma buat suatu tujuan.
Ngomong-ngomong tujuan awalnya untuk deketin aku yang kuliah di Jogja. Siapa suruh dia duluan yang ngegosthing aku. Hati mana bisa boong kalo masih suka. Akhirnya ngejar-ngejar lagi, tapi belum kesampaian.
Email itu telah terkirim pukul 10 malam. Ayah Ryan yang masih terjaga malah mengirimkan undangan pulang untuknya.
✉️ Ayah: Kakek sama nenek mau ketemu kamu. Pulang, kunjungi mereka!
Ryan sudah punya firasat kalau bakal ada kejadian besar. Bisa jadi mau ngomongin perjodohan. Baru juga lepas dari perjodohan antara ayah dan temannya. Kini datang perjodohan dari kakek dan neneknya.
Apa dia ga punya hak buat milih? Kalau boleh memilih, Ryan lebih suka jadi orang biasa yang mengejarku dengan bahagia. Bukan seorang tuan muda kaya raya yang menyembunyikan identitas aslinya saat mendekatiku.
Lama pesan ayahnya tak dibalas. Ayahnya mulai menelepon. Ryan mengangkat dengan malas.
"Pulang Yan!" perintah ayahnya.
"Ga mau, pasti mau ngenalin aku ke cewek lain," tolak Ryan.
"Kakek nenekmu cuma mau liat kamu aja. Ga bakalan ngenalin cewek," bujuk ayahnya.
"Yah, tau nggak di perjamuan waktu itu aku ga sengaja ketemu mereka. Mereka bilang mau jodohin aku. Gimana aku ga was-was?"
"Obrolan kalian waktu itu tentang perjodohan?" tanya ayahnya yang tidak ikut mengobrol waktu itu.
"Iya, Yah. Makanya aku ga mau pulang."
"Jangan gitu! Kamu harus pulang, temui mereka dan jelasin kalau ada yang kamu suka gitu."
"Ya udah aku pulang," kata Ryan pasrah.
"Oke, kalau gitu tidur gih. Kerjaan udah selesai juga. Besok pulang ke sini."
"Iya, iya Yah," jawab Ryan.
Sambungan itu dimatikan, Ryan mencoba menghubungiku untuk berpamitan. Terakhir kali dia ga pamit, takut dicariin. Nyatanya aku ga nyariin. Karena itu dia berinisiatif memberitahu.
✉️ Ryan: Besok aku pulang ke Bandung buat ketemu kakek nenekku.
Aku yang masih terjaga segera membalasnya.
✉️
Ria: Oke.
Ryan: Kamu ga tanya-tanya apa gitu?
Ria: Tanya apa?
Ryan: Misalnya ke sana buat apa gitu?
Ria: Ya, kamu ngapain ke sana juga bukan urusanku. Itukan keluargamu. Emangnya aku harus ikut campur.
Ryan: Ini menyangkut hubungan kita tau.
Ria: Sejak kapan kita punya hubungan?
Ryan: Malem itu kamu...
Ria: Ryan jahat aku ga mau ngomong sama kamu lagi.
Aku segera memblokir Ryan. Hubungan apa yang ada di antara kita berdua? Hubungan ga jelas yang selalu didorong dari satu pihak saja.
...****************...
Pagi-pagi Ryan sudah ada di bandara. Dia berkali-kali mengecek ponselnya. Setiap kali dibuka sama saja masih diblokir. Ingin rasanya dia berlari ke padaku dan menjelaskan. Apalah daya kakek dan neneknya ingin bertemu? Bisa ditebak pilihannya adalah keluarga.
Lain dengan diriku yang tak jelas statusnya. Memang disukai, tapi tak dimiliki. Pemberitahuan di bandara meminta penumpang untuk segera naik ke pesawat. Ryan akhirnya memutuskan pergi.
Pesawat itu meninggalkan Jogja menuju tempat yang Bandung. Hanya hitungan jam pesawat yang dinaikinya mendarat. Mobil dan sopir yang menjemputnya kembali ke rumah. Rumah itu dihuni kakek, nenek, dan saudara ayahnya.
Gerbang besar yang menjulang tinggi itu terbuka saat mobil yang ditumpangi Ryan akan masuk. Di depan pintu rumah dia turun sambil menggendong tas berukuran sedang. Para pelayan di sana menyapa Ryan dengan hangat.
"Selamat datang Tuan Muda," sambutan mereka serempak.
Ryan hanya mengangguk dan melenggang ke dalam mencari pasangan tua. Neneknya sedang merangkai bunga di dekat taman bersama seorang gadis. Ryan melihat itu dengan marah. Dia berbalik arah menuju kamar.
"Ryan, kok belum ke sini sih?" kata nenek yang tau kalo cucunya sudah tiba.
"Mungkin lagi letakin barang bawaan," kata gadis itu dengan senyuman.
"Ryan harus suka kalau liat kamu yang seperti ini," puji nenek.
"Semoga saja Nek. Sarah juga ga berharap banyak. Denger-denger Ryan udah suka sama yang lain."
Nenek mendengus kesal mendengarnya. Dia segera meminta pelayan untuk memberitahu Ryan agar segera datang ke tempatnya.
"Panggil Ryan ke sini cepat!" perintah nenek.
"Baik, Nyonya," jawab pelayan cepat.
Pelayan itu segera menuju tempat Ryan. Pintu kamar tertutup rapat, tak ada tanda-tanda penghuninya akan keluar. Pelayan mengetuk pintu.
Tok...tok...tok...
"Iya ada apa?" sahut Ryan dari dalam.
"Tuan Muda, Nyonya ingin bertemu," katanya.
"Aku tau tunggu saja. Nanti aku turun sendiri," kata Ryan mencoba mengusirnya.
"Tapi Tuan Muda, kata Nyonya..."
"Apa perlu aku ulangi lagi?"
"Tidak. Tidak. Baik Tuan Muda saya pamit dulu."
Pelayan itu segera pergi dan melaporkan ke nenek Ryan. Neneknya yang sedang menggunting tangkai bunga langsung marah. Dia menggebrak meja bersama gunting yang digunakannya.
"Cucu kurang ajar. Apa perlu neneknya yang pergi?" kata nenek dengan emosi.
"Ga perlu Nek," sahut Ryan yang tiba-tiba sudah sampai.
"Sini kamu!" perintah neneknya.
Ryan mendekati. Neneknya langsung menarik tangan Ryan agar lebih dekat. Kemudian, dia menarik tangan Sarah. Kedua tangan itu disatukan oleh sang nenek. Ryan langsung menarik tangannya dengan cepat.
"Nenek apa-apaan sih?" kata Ryan kesal.
"Nenek mau kamu sama Sarah aja," kata nenek.
"Ga ya Nek. Ryan suka sama Ria titik," tegas Ryan.
"Sarah ga pa pa kok Nek. Lagian itu hak Ryan," kata Sarah menenangkan.
"Lihat Sarah! Dia lebih pantas sama kamu daripada cewek kampung itu," kata neneknya.
"Oke kalo itu mau Nenek. Nenek aja yang sama Sarah. Jangan seret aku!"
"Kamu..."
"Ada apa ini ribut-ribut?" kata kakek Ryan yang baru datang.
"Kek liat cucumu yang baik itu. Masa sama Sarah ga mau," kata nenek.
"Sarah itu siapa?" tanya kakek bingung.
"Nah Kakek lupa kan? Waktu itu kita diskusi mau cari pasangan buat Ryan. Kakek ga gerak, jadi nenek putuskan sediri siapa pun itu."
Kakek merasa bersalah pada nenek. Dia hanya diam mendengarkan.
"Lagian Sarah juga teman masa kecilnya," kata nenek mengulik masa lalu.
Sontak kakek dan Ryan terkejut bersamaan dengan fakta yang tak terduga itu. Kakek tak ingat Ryan punya teman kecil, sedangkan Ryan sudah lupa akan hal itu.
"Itu udah lama banget Nek. Ga usah diungkit lagi," kata Ryan mencoba mengelak.
"Lama gimana? Sarah nih anak teman baik ayahmu tau," jelas nenek.
"Apa yang Nenek maksud Om Anton?"
Nenek mengangguk. Ryan sudah tak tahan lagi. Bagaimana tidak, orang yang dikenalkan neneknya adalah penguntitnya di kampus. Apalagi beberapa waktu lalu, dia hampir ketauan pas jalan bareng Ria.
Sekarang semua berbalik. Sarah adalah anak teman baik ayahnya sekaligus orang yang awalnya ingin dijodohkan oleh orang tuanya. Namun, kali ini perjodohan yang dibatalkan malah menimbulkan perjodohan ulang dengan pihak yang berbeda yaitu oleh neneknya sendiri.