Bagaimana jadinya jika kamu harus menanggung dendam dari masalah yang tidak pernah kau perbuat sama sekali.
Amanda Monata, terpaksa menjadi tawanan bos ayahnya karena sang kakak yang pergi melarikan diri saat pesta pertunangannya dengan pria tersebut hingga membuat dirinya lah yang menanggung semua beban dan hutang milik ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Pernikahan
Mereka benar-benar menggelar pesta pernikahan yang sangat sederhana dan hanya di hadiri oleh orang-orang terdekat mereka saja. Tidak ada orang lain selain para penghuni rumah besar milik Arthur.
Hanya mereka yang menjadi keluarga Manda saat ini. Sebelum mereka pergi ke altar pernikahan, Amanda memberanikan diri untuk bertanya di mana keberadaan ayahnya. Walau bagaimana pun dia tetap ingin mengetahui di mana keberadaan ayahnya.
"Arthur..." panggilnya dengan lembut hingga membuat Arthur yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya langsung melihat ke arah Amanda yang sudah memakai gaun pernikahannya.
"Ada apa? Apa gaun mu berat?" tanya Arthur dan Amanda langsung menggelengkan kepalanya karena dia tidak merasa berat sama sekali dengan gaun yang di pakainya saat ini. Dia hanya ingin mengetahui kabar tentang ayahnya saja.
"Lalu?" tanya Arthur menelisik. Dia melihat Amanda yang sedang memikirkan sesuatu seperti itu.
"Apa ini ada hubungannya dengan ayahmu?" Amanda langsung menatap Arthur lalu kembali menundukkan wajahnya lagi setelah melihat bagaimana tatapan Arthur yang menghujam jantungnya.
"Kau terlalu memikirkan pria yang tidak pernah memikirkan tentang mu Amanda. Apa aku harus menjalankan pada mu bagaimana kejamnya dia yang menukar dirimu hanya demi Arinda? Dia tega menjual mu dan menjadikan mu tawanan atas apa yang telah dia dan kakak mu itu ambil dari ku. Apa aku harus menjelaskannya lagi pada mu?" Amanda langsung terdiam ketika mendengar apa yang Arthur katakan padanya.
Tidak salah memang apa yang Arthur katakan karena memang itu semua kenyataannya. Kenyataan di mana dia terpaksa menjadi penebus hutang-hutang keluarganya.
"Maaf," ucap Amanda pada akhirnya hingga membuat Arthur menghela nafasnya dengan berat. Dia tau apa yang wanita hamil ini rasakan. Tapi bagaimana pun yang dia rindukan tidak pantas untuk di rindukan sama sekali.
"Jangan lagi menambah beban mu hanya karena mereka. Aku tidak ingin kamu terus saja memikirkan tentang mereka. Sebentar lagi kita akan menikah dan aku tidak ingin melihat air mata mu!" tukas Arthur yang membuat Amanda langsung mengusap air matanya yang hampir saja jatuh jika tidak pria itu yang lebih dulu mengusapnya dengan tisu.
"Jangan menangis hanya karena mereka Amanda. Aku tidak akan mengijinkan mu menangisi orang yang tidak berguna seperti mereka! Kau mengerti?" Amanda hanya bisa menganggukkan kepalanya saja jika sudah seperti ini.
Rasanya sulit sekali untuk mengolah apa yang pria ini katakan. Jujur saja, dia paling tidak bisa menolak apa yang Arthur katakan karena dia merasa bahwa Arthur memang melindunginya dengan baik walau dengan perkataan yang terbilang kasar. Setidaknya dia tau bahwa pria itu melindunginya.
"Mengerti," jawab Amanda.
"Sekarang ayo pergi, sudah saatnya kita pergi." Arthur keluar dari kamar mereka dan berjalan menuju tempat di mana mereka akan mengucapkan janji suci pernikahan mereka yang di selenggarakan di halaman rumah yang sudah di sulap dengan begitu indah. Sederhana tapi membuat Amanda bahagia untuk itu.
Arthur dan Amanda berjalan di altar pernikahan dengan di iringi suara tepuk tangan yang meriah dari para penghuni rumah ini. Mereka ikut merasakan kebahagiaan yang sepasang kekasih itu rasakan tanpa tau apa yang Amanda rasakan saat ini.
Setiap langkah kakinya teruntai doa agar Arthur bisa mencintai dirinya dan juga anaknya agar pengorbanannya selama ini tidak sia-sia. Amanda sangat berharap untuk itu semua.
***