Terlambat menyatakan cinta. Itulah yang terjadi pada Fiona.
ketika cinta mulai terpatri di hati, untuk laki-laki yang selalu ditolaknya. Namun, ia harus menerima kenyataan saat tak bisa lagi menggapainya, melainkan hanya bisa menatapnya dari kejauhan telah bersanding dengan wanita lain.
Ternyata, melupakan lebih sulit daripada menumbuhkan perasaan. Ia harus berusaha keras untuk mengubur rasa yang terlanjur tumbuh.
Ketika ia mencoba membuka hati untuk laki-laki lain. Sebuah insiden justru membawanya masuk dalam kehidupan laki-laki yang ingin ia lupakan. Ia harus menyandang gelar istri kedua, sebatas menjadi rahim pengganti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. KAMU TIDAK LAYAK
"Mas, ini pesanannya." Seorang pelayan meletakan sebuah paper bowl yang telah dibungkus plastik khusus ke atas meja.
Teddy mengalihkan perhatiannya pada pelayan tersebut sembari tersenyum tipis. "Terima kasih," ujarnya.
Setelah membayar, Teddy pun bergegas keluar dari restoran tersebut. Damar yang sejak tadi masih berdiri mematung, segera mengayunkan langkahnya dengan cepat menyusul lelaki itu. Mengabaikan panggilan mantan kencan tidurnya.
Wanita yang berpakaian minim itu berdecak kesal menatap kepergian Damar.
"Tunggu...." Damar memanggil begitu Teddy hendak masuk ke mobil.
Lelaki yang memiliki dua istri itu menutup kembali pintu mobilnya lalu berbalik menatap Damar dengan tajam.
"Aku bisa jelaskan soal yang tadi. Tolong, jangan salah paham." Damar terlihat gugup. Ia benar-benar takut Teddy memberitahu Fiona tentang aibnya.
"Salah paham kamu bilang?" Teddy tersenyum kecut menatap lelaki di hadapannya itu. "Aku gak tuli!" ujarnya dengan nada geram. "Bisa-bisanya kamu menipu Fiona. Aku gak bisa bayangkan bagaimana perasaannya kalau dia tahu laki-laki seperti apa yang sudah dia pilih untuk menjadi suaminya!"
Damar nampak frustasi, ia hanya mampu menggeleng pelan. "Iya, aku memang gak sebaik yang Fiona kira. Tapi itu dulu. Semenjak aku mengenal Fiona, aku tinggalkan semua perbuatan burukku. Aku juga tinggal di pesantren, aku belajar dan memantaskan diri untuk Fiona."
"Dan kamu pikir, aku percaya?" Teddy menggeleng pelan. "Gak ada yang tahu apa saja yang sudah kamu lakukan dibelakang Fiona selama ini. Buktinya perempuan tadi masih menghubungi kamu, atau bisa jadi anaknya itu memang darah daging kamu!"
Damar membantah dengan gelengan kepala.
"Buang jauh-jauh harapan kamu untuk bisa bersama Fiona lagi. Aku gak akan melepaskan dia untuk laki-laki seperti kamu!" Teddy kemudian menunjuk tetap pada dada Damar. "Kamu tidak layak untuk wanita baik-baik seperti Fiona," ujarnya lalu segera masuk kedalam mobilnya.
"Teddy, tunggu dulu. Tolong percaya sama aku. Aku sudah berubah." Damar mengetuk kaca mobil Teddy. Namun, lelaki itu tak menghiraukan.
Teddy melajukan mobilnya meninggalkan pelataran restoran.
Damar hanya dapat menatap kepergiannya sembari membuang nafas berat. Ia mengusap wajahnya nampak frustasi. Seharusnya ia tidak menuruti keinginan mantan kencan tidurnya itu untuk bertemu di tempat umum dan berakhir bertemu Teddy yang akhirnya mengetahui jejak perbuatan buruknya. Ia hanya berharap, semoga Teddy tak langsung memberitahukan pada Fiona. Sungguh, ia benar-benar belum siap jika Fiona harus tahu sekarang.
*****
Rintik rintik hujan mulai membasahi jalanan ketikan Teddy sampai di kediaman Aidan. Setelah satpam membukakan pagar, ia pun segera memasukkan mobilnya ke pelataran.
"Terima kasih," ujarnya pada satpam yang memayunginya hingga ke depan pintu.
"Sama-sama, Pak." Satpam tersebut segera kembali ke posnya.
Teddy pun menekan bell beberapa kali. Tak berselang lama kemudian, seorang wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga datang membukakannya pintu.
"Eh, Pak Teddy. Silahkan masuk, Pak." Asisten rumah tangga yang sudah mengenal Teddy sewaktu ijab kabul dahulu, mempersilahkan lelaki itu untuk masuk dan langsung menuntunnya menuju ruang tengah dimana Aidan sedang bermain bersama kedua anaknya.
Raut wajah Aidan seketika berubah begitu melihat kedatangan Teddy, sekilas ia melirik bungkusan yang dibawa kakak iparnya itu.
"Aku bawakan sop konro untuk Fiona," ujar Teddy.
Aidan menarik sudut bibirnya. Ternyata Teddy sempat mendengarkan pembicaraannya dengan Fiona dan langsung datang membawakan sop konro yang sedang diinginkan kakaknya.
Teddy pun meletakkan bungkusan tersebut di atas meja, dan tetap berdiri sebab sang tuan rumah belum mempersilahkannya duduk.
"Silahkan duduk," ucap Aidan datar.
Teddy mengembangkan senyum tipis, lalu duduk di sofa tunggal. Ia menatap kedua anak Aidan yang tampak asyik bermain. Inilah yang ia kagumi pada sosok Aidan, meski Dafa bukan anak kandungnya tapi teman sejawat sekaligus adik iparnya itu sangat menyayangi Dafa sama seperti anak kandungnya sendiri.
"Seharusnya kamu gak perlu repot-repot datang. Apalagi sekarang sedang hujan. Aku bisa membelikan untuk Kakaku dilain waktu," ujar Aidan. Tadinya ia ingin memesan secara online. Tapi melihat cuaca yang tidak mendukung membuatnya urung sebab pengantar akan mengalami kendala dalam pengiriman di saat sedang hujan seperti ini.
Teddy kembali menatap Aidan. "Gak apa-apa. Ini sudah kewajiban ku," ucapnya sambil tersenyum.
"Sekali lagi terima kasih sudah repot-repot. Besok tidak perlu menjemput kak Fiona, biar aku sendiri yang mengantarkannya pulang," ujar Aidan, yang langsung dapat dipahami oleh Teddy bahwa adik iparnya itu mengusirnya secara halus.
Teddy mengangguk. "Kalau begitu, aku mau pamitan sama Fiona sebentar."
"Kak Fiona ada di dapur," ujar Aidan.
Teddy pun segera beranjak dari tempat duduknya dan gegas menuju dapur.
Sementara itu di dapur. Fiona langsung membuat teh begitu art memberitahu suaminya datang. Tak membutuhkan waktu lama, dua cangkir teh hangat pun telah terhidang di atas nampan.
"Sini, kak, biar aku saja yang bawakan tehnya," tawar Jihan.
"Gak usah, biar kakak aja," ujar Fiona. Baru saja ia akan keluar, tapi Teddy sudah datang menghampirinya.
"Mas, baru aja aku mau antarkan teh."
Teddy tersenyum menatap istri ke-duanya itu lalu mengambil secangkir teh. Meniupnya sebentar kemudian menyeruputnya.
"Oh ya, aku bawakan sop konro untuk kamu. Ada di ruang tengah," ujar Teddy.
Fiona tertegun sejenak. Entah hanya kebetulan atau Teddy memang tahu ia sedang ingin memakan makanan khas Makassar tersebut. "Terima kasih, Mas."
"Sama-sama. Kalau begit, aku pamit pulang ya."
Fiona merespon dengan anggukan pelan. Namun, dari ekspresi wajahnya terlihat keberatan. Tapi ia juga tidak mungkin menahan Teddy sebab Agnes pasti akan mencarinya.
Mendengar Teddy berpamitan pulang. Jihan langsung mengalihkan pandangannya pada ventilasi dapur. Dapat ia lihat bagaimana keadaan di luar. Hujan turun semakin deras diiring angin yang bertiup kencang. Bahkan kilatan kilatan petir sesekali terlihat. Ia pun segera meninggalkan dapur dan menemui suaminya di ruang tengah.
"Mas, apa gak bisa mencegah Mas Teddy untuk tinggal sebentar lagi. Setidaknya sampai hujan mereda. Diluar cuaca cukup buruk, Mas. Gak baik berkendara di saat cuaca seperti ini. Sebentar lagi juga magrib."
Aidan tampak memikirkan ucapan istrinya. Ia menghela nafas panjang. Terdiam selama beberapa detik lalu akhirnya mengangguk. Diakui ia memang sangat kesal pada Teddy, tapi tak dapat dipungkiri ia juga tidak ingin terjadi apa-apa pada ayah dari calon keponakannya.
buat damar berusahalah karena bukan hanya maaf Fiona yang bakalan susah kamu dapat nantinya tapi jga keluarga besarnya karena fio itu putri kesayangan jadi selamat berjuang semoga semesta menjodohkan kamu sama fio
🤭🤭🤭 eh salah semoga Mak nur menjodohkan kamu ama fio
Ngak usah ngimpi mau punya dua istri kalau belum bisa bersikap adil bijak dan tegas kamu ,
jangan cuma mikirin perasaan kamu pikirkan juga perasaan Fio ... Fio itu manusia bukan boneka Fio punya hati nurani
ayo Damar tetap semangat jgn kendor terus perjuangkan cinta mu lewat jalur langit selalu langit kan doa"mu rayu tuhanmu, dan jangan lupa kamu harus jujur dgn masa lalu mu,, belajar jadi imam baik untuk calon bidadari surga mu ❤️🥰