NovelToon NovelToon
Oh My God, Aku Punya Harem

Oh My God, Aku Punya Harem

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Sistem
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

lili ada gadis lugu yang Bahkan tidak pernah punya pacar. tapi bagaimana Ketika tiba di hari kiamat dia mendapatkan sebuah sistem yang membuatnya gila.

bukan sistem untuk mengumpulkan bahan atau sebuah ruang angkasa tapi sistem untuk mengumpulkan para pria.

ajaibnya setiap kali ke pria yang bergabung, apa yang di makan atau menghancurkan sesuatu, barang itu akan langsung dilipatgandakan di dalam ruangan khusus.

Lily sang gadis lugu tiba-tiba menjadi sosok yang penting disebut tempat perlindungan.

tapi pertanyaannya Apakah lili sanggup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Dengan semangat juang dan rasa takut , semua orang meninggalkan lokasi apartemen.Di mana sanak saudara mereka sedang menunggu dan berharap, mereka bisa kembali dengan muatan penuh.

Langkah kaki mereka menjejak cepat di atas aspal yang retak dan dipenuhi puing-puing. Debu beterbangan, napas terengah-engah menyatu dengan udara panas yang menyesakkan. Tim yang dibagi dua tadi kini menyatu kembali karena rute memaksa mereka melewati jalan sempit di antara dua deretan ruko.

“Cepat! Kita harus menyeberang sebelum—”

Suara itu terputus ketika dua sosok mengerikan muncul dari balik mobil terbakar. Kulit mereka kelabu membusuk, mata kosong menatap buas dan bau busuk kematian segera menyeruak.

"Hati hati...

Hiat..huk..

Tesss

Salah satu pemuda di barisan depan langsung maju dan menghantam kepala zombie pertama dengan besi panjang yang dia bawa. Darah hitam memercik ke tanah.

Yang kedua lebih liar, bergerak cepat dan hampir mencakar seorang gadis di samping Lili. Untungnya, seseorang dari belakang menerjangnya dan menusuk tubuhnya dengan parang. Jeritan melengking terdengar saat tubuh zombie itu terhuyung dan ambruk.

Namun suara itu,suara perlawanan mereka,menarik sesuatu yang lebih berbahaya. Dalam hitungan detik, erangan-erangan lain mulai terdengar dari berbagai arah.

Groook...aummm..

"Hah tidak...

“ZOMBIE LAIN DATANG!”

Seseorang berteriak, dan rombongan panik. Mereka harus lari,tapi tidak bisa. Terlalu banyak yang mendekat.

“, Semuanya... HATI-HATI!!”

"Lili...

Seseorang berseru tepat saat satu zombie berhasil menerobos barisan dan menyerbu ke arahnya. Lili gemetar, matanya membelalak. Pisau semangka di tangannya terasa terlalu berat,tapi tubuhnya bergerak sebelum pikirannya sempat menolak.

Sret ,..sret.

Dia menebas… sekali… dua kali… mengenai bahu… dan leher… akhirnya kepala itu terkulai jatuh.

Darah hitam kental muncrat dan mengenai lengannya. Sosok zombie itu jatuh tepat di hadapannya,masih berkedut.n bsb

Lili mundur, menatap mayat itu dengan pandangan kosong. Lalu…

Uueghhkkk…!!

Dia muntah. Tubuhnya terguncang, wajahnya pucat pasi. Suara muntahnya menggema di antara suara erangan yang makin dekat.

Namun seseorang menariknya. “JANGAN DIAM! KITA HARUS LARI SEKARANG!”

Lili tersentak dari keterkejutannya, dan meskipun lututnya gemetar, dia berlari lagi… dengan napas tersengal dan air mata menetes tanpa dia sadari.

Dia baru saja membunuh sesuatu untuk pertama kalinya. Dunia tidak akan pernah sama lagi.

Lili berlari sekencang yang dia bisa. Napasnya memburu, dadanya sesak, dan keringat dingin membasahi pelipisnya. Untunglah,untunglah zombie tidak bisa berlari seperti manusia. Mereka terseret, terseok-seok, bergerak seperti robot rusak yang kehilangan keseimbangan. Namun itu tidak membuat mereka kurang menakutkan,justru sebaliknya.

Salah satu zombie yang tadi sempat ditumbangkan tiba-tiba bergerak lagi. Kepalanya tidak benar-benar hancur, hanya terluka. Dengan suara retak yang menjijikkan, makhluk itu perlahan bangkit, tubuhnya oleng, namun matanya yang mati tetap menatap buas ke arah mereka.

Lili menoleh dan melihatnya berdiri, berjalan pelan sambil mengerang rendah. Suara langkah-langkahnya yang tidak stabil menciptakan irama horor,tap... seret... tap... seret..."

"A-Astaga... dia bangun lagi!" teriak salah satu wanita di barisan belakang.

Lili menahan napas saat melihat beberapa wanita lain mulai menjerit dan menangis, terengah-engah karena kelelahan dan rasa takut yang semakin menggila. Suara mereka membuat kekacauan semakin buruk.

Dari berbagai sudut, zombie-zombie lain mulai bermunculan,seperti magnet yang tertarik oleh aroma ketakutan dan suara panik. Mereka terseok menuju kerumunan, perlahan namun pasti. Sepuluh… dua puluh… mungkin lebih…

“LARI! JANGAN BERHENTI!” suara keras seorang pria membahana, tapi rasa panik sudah menyebar.

Beberapa orang terpeleset karena terburu-buru, beberapa lagi menoleh-noleh, berharap bisa menolong tapi tidak tahu harus bagaimana. Lili melihat seorang gadis seusianya tersandung dan hampir tak bangkit lagi,namun seorang lelaki langsung menarik lengannya dan membopongnya dengan terengah.

Lili sendiri gemetar.

Tangannya masih memegang pisau, tapi ia bahkan tak ingat kapan menggenggamnya lagi setelah tadi. Di sekelilingnya adalah jeritan, erangan, dan langkah kaki bercampur bunyi geraman yang membuat darahnya beku.

Tapi satu hal yang ia tahu,jika dia berhenti… dia mungkin tidak akan pernah bisa kembali lagi.

Dan dengan tekad yang setipis benang, Lili menggertakkan gigi dan terus berlari.

Lili merasa jantungnya hampir melompat keluar dari dada. Kakinya sudah terasa sangat berat, namun ia terus berlari, melangkah dengan tekad yang tersisa. Rombongan yang tadinya berjumlah dua puluh orang kini tinggal lebih sedikit, tergerus oleh kecelakaan, kelelahan, dan serangan zombie yang semakin tak terkendali. Setiap detik terasa seperti perjuangan untuk bertahan hidup.

Dengan napas yang semakin sesak dan tubuh yang hampir kehabisan tenaga, akhirnya mereka sampai juga di tempat yang dijanjikan. Sebuah bangunan yang cukup besar, terlihat seperti tempat yang bisa memberikan sedikit harapan.Sebuah toko kecil yang sering di kunjungi oleh penghuni apartemen di masa lalu.

Namun begitu Lili dan yang tersisa sampai di depan pintu utama, ia melihat sesuatu yang membuat hatinya mencelos.

Pintu yang seharusnya menjadi pintu perlindungan itu sudah pecah!

Berantakan, seolah sudah dihancurkan. Kaca-kacanya berserakan di tanah, dan di dalamnya, beberapa orang sudah masuk lebih dulu. Mungkin mereka yang juga mencari perlindungan seperti mereka, atau mungkin lebih buruk,mereka yang sudah terjebak sebelum mereka tiba.

Suasana itu sangat sunyi, hanya terisi oleh deru napas mereka yang terengah-engah, dan suara langkah kaki yang tercekat karena ketakutan. Lili menggigil, tidak tahu harus merasa lega karena akhirnya tiba di tujuan atau semakin tertekan karena apa yang mereka temui.

Salah seorang pria dari rombongan mereka segera berlari menuju pintu yang rusak itu dan mencoba untuk menahan pintu dengan berbagai barang yang ada di sekitarnya. Kursi, meja, bahkan potongan kayu yang ia temukan. Beberapa orang lainnya membantu, berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi pintu agar tidak lebih parah.

"Cepat! Jangan biarkan mereka masuk!" teriaknya dengan suara terbata-bata.

Lili melihat beberapa orang yang sudah lebih dulu masuk ke dalam bangunan tersebut, namun tak ada yang tampak tenang. Semua wajah mereka menunjukkan kecemasan, dan ada yang sudah terduduk kelelahan, beberapa masih memegang senjata seadanya. Lili merasa dirinya seolah tak lagi bisa berpikir jernih.

Saat pintu hampir tertutup sepenuhnya, Lili menoleh dan melihat sisa rombongan yang masih berdiri di luar, terengah-engah dan tak mampu lagi bergerak. Dia merasa cemas sekali, seolah terjebak dalam lingkaran tak berujung dari ketakutan yang semakin besar.

Ya Tuhanku

 Apa yang akan terjadi pada mereka setelah ini?

Suasana yang semula tampak sedikit tenang seketika berubah menjadi kacau. Lili dan rombongannya yang baru saja mengira mereka aman, merasakan angin ketakutan yang mendalam menyelinap masuk ke dalam ruangan. Semua orang berdiri dengan napas tertahan, beberapa dari mereka bahkan hampir tak bisa menggerakkan tubuh, masih terpukul oleh peristiwa yang baru saja terjadi. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.

Tiba-tiba, dari sudut ruangan, suara langkah kaki berat terdengar. Semua mata langsung terbelalak, mengikuti arah suara itu. Lili merasakan bulu kuduknya merinding ketika dia melihat sosok yang tak diinginkan,zombie.

Salah satu dari makhluk itu berjalan menuju mereka, bergerak dengan gerakan terhuyung-huyung yang memuakkan, tubuhnya membusuk dengan segala kekurangannya. Matanya kosong dan tak bernyawa, tangan terulur mencari mangsa.

"Zombie!" seru salah satu pria dari kelompok itu, suaranya penuh kecemasan.

Lari...

Kehadiran zombie itu seakan memicu kegelisahan yang lebih besar lagi. Beberapa orang terpekik, bergerak mundur tanpa berpikir panjang, sementara yang lainnya segera mengambil senjata mereka. Namun, sebelum mereka sempat bertindak, situasi semakin buruk.

Tiba-tiba, sebuah teriakan keras memecah kesunyian.

Akhhh..to... tolong..

Seorang pria yang berada di dekat zombie tersebut hampir saja digigit. Wajahnya berubah pucat, ketakutan jelas terlihat di matanya. Dia berusaha menahan zombie itu dengan tangan kosong, namun tak mampu. Dalam sekejap, makhluk itu hampir berhasil menggigitnya.

Namun, saat saat itulah sesuatu yang luar biasa terjadi. Pria itu menjerit, tubuhnya gemetar hebat,sebuah kekuatan yang tak terlihat memancar dari tubuhnya.

Lili hanya bisa menyaksikan dengan mata terbelalak, saat tiba-tiba api menyala di sekitar tubuh pria tersebut. Api itu menyala begitu cepat, membakar tubuh zombie yang hampir menyerangnya.

"Ap... apa yang terjadi?" teriak seorang wanita, matanya melebar penuh kebingungan.

Pria yang hampir digigit itu terjatuh, tubuhnya masih bergetar hebat, namun sekarang dia tampak lebih tenang, meskipun kelelahan. Api itu terus menghanguskan zombie yang mencoba menggigitnya. Kekuatan yang luar biasa itu datang entah dari mana, memancarkan cahaya panas yang begitu kuat.

Lili, yang menyaksikan semua ini dengan mata terbelalak, merasa jantungnya berdegup kencang. Bagaimana mungkin pria ini tiba-tiba bisa memiliki kekuatan seperti itu? Ternyata, di saat-saat yang paling genting, di saat kehidupan mereka terancam, kemampuan yang tak terduga muncul.

"Kekuatan itu... apakah itu?" Lili bergumam pelan, tubuhnya masih menggigil.

Dalam kebingungannya, dia merasa sedikit lega, namun juga merasa semakin takut. Mungkinkah, dalam situasi seperti ini, dia juga bisa mendapatkan kemampuan seperti itu? Apakah tubuhnya akan memberikan kemampuan yang bisa menyelamatkannya? Ataukah ia akan terus menjadi begitu rapuh dan tak berdaya?

Sementara itu, pria yang baru saja menyelamatkan dirinya berdiri dengan susah payah, tubuhnya masih lemah akibat kelelahan, namun dia tampaknya mulai memahami bahwa apa yang baru saja terjadi adalah kemampuan baru yang muncul secara tidak sengaja.

Melihat api yang membakar zombie itu, suasana di ruangan berubah seketika. Rasa takut yang sebelumnya menguasai semua orang perlahan-lahan menghilang, digantikan oleh rasa harapan yang baru. Pria yang baru saja mengeluarkan kemampuan luar biasa itu kini berdiri dengan tegar, meskipun tubuhnya terlihat lemah. Tatapannya penuh dengan keyakinan yang baru ditemukan, seolah-olah dunia yang runtuh di sekitar mereka memberi mereka kekuatan baru untuk bertahan.

"Ini... ini luar biasa!" seru seorang pria lain dengan semangat. "Mungkin kita bisa melawan mereka!"

Kata-kata itu langsung membakar semangat semua orang. Tanpa menunggu perintah lebih lanjut, mereka mulai bergerak. Beberapa mengambil pisau, beberapa menggunakan benda apapun yang bisa mereka temukan sebagai senjata. Mereka tak lagi takut. Semua orang kini seakan tahu bahwa ada harapan, bahwa mereka tidak hanya bisa bertahan, tetapi mereka bisa melawan.

Lili, yang masih sedikit bingung dan terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, merasa gelora semangat yang sama mengalir dalam dirinya. "Mungkin... mungkin aku juga bisa punya kemampuan," pikirnya dalam hati, berharap dan berdoa dalam diam. Seolah-olah, tubuhnya mendengar doanya, dia bisa merasakan sesuatu yang asing, suatu sensasi yang mulai membangun dirinya, meskipun masih samar.

Dia meraih pisau yang ada di dekatnya, tangan terasa sedikit gemetar. Dia tak tahu apa yang sedang terjadi, namun ketakutan yang tadi mencekam kini mulai digantikan oleh tekad. "Aku harus bertarung. Aku harus bertahan. Untuk diriku, untuk orang-orang di sini," bisiknya dalam hati.

Dengan pisau di tangan, Lili melangkah maju bersama yang lain. Semua orang, tanpa ragu, mulai bertarung melawan zombie yang masih ada. Setiap serangan, setiap langkah, terasa lebih berani. Mereka mulai menghancurkan zombie satu per satu, meskipun tubuh mereka kelelahan, meskipun jantung mereka berdetak kencang.

Lili menyaksikan semuanya, dan meskipun dia tidak bisa menggunakan kekuatan sepertinya pria yang membakar zombie tadi, dia merasa ada sesuatu yang bergerak dalam dirinya. Harapan. Tekad. Keinginan untuk bertahan hidup.

Saat dia mengangkat pisau dan menatap seorang zombie yang mendekat, dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang terbentuk di dalam dirinya. Tanpa berpikir panjang, Lili melangkah dan menebas zombie itu. Meskipun gerakannya masih canggung dan tidak sempurna, dia merasa sebuah perubahan kecil dalam dirinya.

Tentu saja, dia tidak memiliki kemampuan seperti pria itu,setidaknya belum,tetapi ada sesuatu yang baru di dalam dirinya yang membuatnya merasa lebih kuat. Lebih siap untuk bertarung.

Dan saat itu, dia menyadari sesuatu yang penting, setiap orang mungkin memiliki kekuatan mereka sendiri, yang datang dari dalam diri mereka, dari tekad dan harapan untuk bertahan hidup. Dengan keyakinan itu, Lili terus berjuang, tak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk semua orang yang ada di sana, yang kini menjadi satu tim yang saling melindungi.

“Bersama-sama kita bisa,” pikir Lili, matanya penuh tekad saat dia melanjutkan pertempuran.

Hiahhhh

1
Afriatus Sadiyah
ceritaanya bagus..👍👍 autornya semangat...💪💪
samsuryati
ok
yanthi
niat hati tuh pingin Tek kumpulin banyak biar bisa maraton, tp keppo, JD g bisa
thor Doble up ya /Grin/
Rani Muthiawadi
kocak bgt
Rani Muthiawadi
cepet lili cari pasangan
Rani Muthiawadi
hhhhh
Rani Muthiawadi
,hadir
Rani Muthiawadi
ya woy
Rani Muthiawadi
ikut deg" an
Rahmat Rahmat
tegang
Rani Muthiawadi
tetap semangat thor
Rani Muthiawadi
semangat thor
yanthi
Tek tunggu Doble nya ya thor
samsuryati: oke tapi nggak sekarang ya say.
total 1 replies
yanthi
bisa jadi rekomendasi ini cerita
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Dewiendahsetiowati: ok deh
samsuryati: makasih tetep dukung aku ya paling tidak komen terus dan beri ide berharga dalam novel ini ,yang kita bentuk bersama-sama.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!