Bagi mata yang memandang hidup Runa begitu sempurna tapi bagi yang menjalani tak seindah yang terlihat.
Runa memilih kerja serabutan dan mempertahankan prinsipnya dari pada harus pulang dan menuruti permintaan orang tua.
"Nggak apa-apa kerja kayak gini, yang penting halal meskipun dikit. Siapa tau nanti tiba-tiba ada CEO yang nganterin ibunya berobat terus nikahin aku." Aruna Elvaretta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjaga
Guys maaf yah kemaren nggak up, biasanya aku up jam 11 malem tapi tadi malem jam segitu aku baru pulang dari RS nungguin ponakan yang sakit. Kalian jaga kesehatan yah, sekarang lagi musim batuk pilek sama tipes.
.
.
.
"Ya ampun mas Arya." Runa menabok lengan pria yang baru saja melepas topi dan maskernya.
"Mas Arya kapan pulang? kok aku nggak tau sih?" lanjutnya mengamati pria yang sudah hampir satu tahun tak ia temui.
"Gimana non Runa mau tau kalo saya sudah pulang orang non Runa nya nggak pernah pulang." jawab Arya.
"Hehe iya juga yah." Runa tergelak.
"Gimana S2 di luar negri mas? seru nggak?"
"Campur aduk non, ada seru nya ada sedihnya juga sih tapi saya jalani saja, rejeki."
Runa mengangguk, "Iya. Apa-apa jalani aja dulu, kadang kita nganggapnya musibah tapi bisa jadi itu anugerah. Kata cemarah yang lewat di akun medsos aku sih, allah nggak ngasih yang kita mau tapi DIA ngasih apa yang kita butuhkan. Dan kadang suatu hal menurut kita jelek tapi aslinya bagus. Ah gimana sih pokoknya intinya gitu deh." Runa kembali tertawa, di depan pria ini dia merasa bebas. Pasalnya pria yang berselisih 8 tahun dengan dirinya itu sudah dianggap seperti kakaknya sendiri meski Arya terus memanggilnya dengan sebutan non. Anak dari supir ayahnya memang terlalu kaku soal panggilan, tapi soal kepintaran dan perhatian jangan ditanya, dia selalu jadi garda terdepan sejak Runa kecil dulu. Hal itu juga merupakan salah satu alasan kenapa kedua orang tua membiayai seluruh pendidikan anak supirnya, selain karena supir yang loyal, kemampuan anak itu juga diatas rata-rata. Lulus kuliah S1 langsung bekerja di hotel milik mama Runa sebagai salah satu menajer. Selang beberapa tahun mama Runa langsung mengirimnya ke luar negri untuk melanjutkan study.
"Iya non saya paham."
"Jangan nan non nan non mulu ngapa pas. Panggil aja Runa!" sungutnya.
"Non Aruna." Arya malah jadi mengeja namanya penuh penekanan.
Saat dokter datang memeriksa, Arya memperhatikan dengan seksama. Beruntung luka yang dialaminya tak serius. Dokter hanya membersihkan lengan Runa yang lecet dan berdarah kemudian menempel sedikit perban disana.
"Udah selesai. Kalo tidur di buka aja yang biar lukanya cepat kering."
"Siap, dok. Terima kasih." ucap Arya.
Runa mengusap peban di lengan kirinya, "lebay banget kayak gini doang diperban, padahal nggak apa-apa."
"Biar cepet sembuh non."
"Iya. Aku juga ngerti mas." jawab Runa. Ia kini duduk di ujung bed, menatap heran Arya yang masih saja berdiri di sana padahal dirinya sudah selesai menerima perawatan, "ngomong-ngomong mas Arya ngapain? kok bisa ada di rumah sakit?" tanyanya.
"Ini kan masih jam kerja, ada karyawan yang sakit kah?" tebaknya kemudian.
"Ini saya lagi kerja non."
"Kerja di rumah sakit? emang udah nggak di hotel mama yah?"
Arya mengambil topi miliknya dan memakainya, "masih kerja sama bu Herlina tentunya. Tapi berhubung tuan putri Aruna nggak pulang-pulang jadi semenjak kembali dari luar negri saya malah ditugaskan menjaga non Runa."
Runa mengerutkan kening, "ngejaga aku? maksudnya?"
"Ya, menjaga non Runa dimana pun dan kapan pun, serta melaporkan setiap hal non Runa lakukan."
"What! jadi selama sebulan ini mas Arya?"
"Iya." jawab Arya singkat.
Runa menghela nafas panjang,"dasar pantas saja mama nya bisa tahan begitu lama tak menghubungi dirinya tenyata udah nyewa mata-mata. ya ampun!" Runa menjambak rambutnya. Namun sedetik kemudian ai tersenyum, ternyata mamanya masih sangat peduli bahkan selalu menjaganya meski ia tau. Kalo sudah seperti ini Runa jadi ingin pulang, tak bisa dipungkiri ia rindu keluarganya. Selama tinggal di dormitory sebelum terjadi huru hara jika Runa tak pulang selama dua minggu maka orang tuanya yang akan datang ke dormitory. Namun selama sebulan ini kedua belah pihak begitu egois bertahan dengan ego masing-masing.
"Mama gimana kabarnya, mas?"
"Ibu sehat non, masih sibuk seperti biasa di hotel. Tapi meskipun sibuk, ibu selalu nyempetin nelpon saya sehari tiga kali, nanyain non Runa." jawab Arya.
"Panjang umur banget, ini ibu nelpon non." Arya menunjukan ponselnya, "non Runa mau ngobrol sama ibu?"
Runa menggeleng, "jangan kasih tau mama kalo aku abis celaka."
Arya mengangguk kemudian menjauh dari bed Runa untuk menjawab telepon. Runa hanya mengamati dari kejauhan. Tak selang lama dari Arya yang baru saja menutup telpon dan menghampiri dirinya, ponsel Runa sudah bergetar karena pesan masuk dari mamanya.
"Pulang. Kita makan malam bareng, mama nggak akan ngebahas hal lain. hanya makan."
"Jangan tidur di dormitory selama tangan kamu belum sembuh." satu pesan lagi menyusul masuk. Runa menghela nafas panjang, "dasar pengkhianat." ucapnya pada Arya.
"Maaf non, saya hanya menjalankan pekerjaan." jawab Arya santai.
"Nggak asik nih mas Arya. Nggak bisa diajak kerjasama." sindir Runa.
"Kan saya kerjanya sama ibu, non. Jadi hanya nurut perintah ibu."
"Kan aku anaknya, mas."
"Tapi kan yang gaji saya ibu."
Runa tersenyum kecut kemudian menghela nafas panjang.
"Jadi gimana non mau pulang bareng saya?" tanya Arya.
"Pulang sesekali non, kasihan ibu. Beliau selalu khawatir, pak Bagas juga sama." lanjutnya.
"Nanti lah mas, aku pikir-pikir dulu. Males, ntar ujung-ujungnya di rumah ngebahas soal jodoh." keluh Runa, "mas Arya nggak tau aja udah hampir dua bulan ini mama sama papa kan ngedesek aku buat dijodohin. Makanya aku nggak pulang sebelum punya pasangan soalnya kalo pulan nggak bawa pasangan mau nggak mau harus setuju sama jodoh pilihan mama sama papa." jelasnya panjang lebar.
"Coba mas Arya belum nikah, udah aku lamar deh." ledeknya kemudian.
"Jangan aneh-aneh non, anak sama istri saya nunggu di rumah." jawab Arya, "lagi pula kan non Runa sudah punya Pak Izqian, kenapa nggak bawa pak Izqian aja pulang?" lanjutnya.
"Nggak bisa."
"Kenapa? karena ibunya lagi sakit?" tebak Arya, selama ini ia telah menyelidiki seluk beluk keluarga Qian.
"Kalo gitu non pulang sendiri saja terus jelasin ke ibu sama bapak kalo pacar non Runa nggak bisa ikut, ibunya lagi sakit." jelas Arya.
"Lagi pula bapak sama ibu non Runa juga udah tau kok soal pak Izqian. Saya sudah laporkan secara detail, ibu sama bapak nggak keberatan. Makanya nyuruh non Runa pulang dan nggak akan ngebahas soal perjodohan karena ibu sama bapak tau non Runa udah punya pilihan sendiri." lanjutnya yang membut Runa terdiam seketika.
"Jadi mama sama papa tau semuanya?" ucapnya lirih, bahkan untuk bicara pun tubuhnya mendadak terasa sangat lemas.
"Iya non." jawab Arya.
"Jadi non Runa mau pulang bareng saya sekarang atau nanti malam saja langsung ke rumah dengan Pak Izqian? Pasien operasi Av Shunt biasanya sudah langsung boleh pulang di hari yang sama setelah tindakan selesai,jadi pak Izqian bisa ikut non Runa pulang." lanjutnya.
Runa terdiam, bengong, "mam pus gue!" batinnya.
"Gimana non?" Arya menaik turunkan telapak tangannya di depan wajah Runa karena anak bosnya itu malah bengong sejak tadi.
"Non Runa!" Arya menepuk pelan pundak Runa.
"Nggak tau ah! mas Arya pulang duluan aja. Nggak usah lapor apa-apa lagi ke mama!" jawabnya kemudian berlalu pergi dengan cepat.
"Haduh gimana ini!" batinnya sepanjang perjalanan menuju IBS.
Otewe halal Qian - Runa…,
IloveyoukakNet,
Semangat terus yha
😍😍😍😍😍😍😍
Sebagai pelajaran buat mereka jangan suka bohong😁