Dikhianati dan difitnah oleh selir suaminya, Ratu Corvina Lysandre terlahir kembali dengan tekad akan merubah nasib buruknya.
Kali ini, ia tak akan lagi mengejar cinta sang kaisar, ia menagih dendam dan keadilan.
Dalam istana yang berlapis senyum dan racun, Corvina akan membuat semua orang berlutut… termasuk sang kaisar yang dulu membiarkannya mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Corvina dan Theon refleks menoleh ke arah suara tersebut secara bersamaan.
"Lady Meriel," Corvina melangkah mundur setengah langkah dari Theon. "Kenapa kamu datang kesini?" tanya nya datar, suaranya tenang tapi tajam.
Meriel dengan wajah nya yang berseri seolah sedang menemukan sesuatu yang menarik, melangkah mendekat ke arah Corvina dan Theon.
"Hormat saya Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Grand Duke, " Meriel menunduk sekilas, lalu kembali menegakkan kepalanya. "Saya hanya sedang berjalan-jalan, Yang Mulia. Dan tidak menyangka akan bertemu dengan Yang Mulia Ratu disini."
"Ya, aku juga tidak menyangka akan bertemu kamu disini, Lady." kata Corvina.
Meriel tersenyum manis, dan selalu memasang wajah polos nya. Ia memperhatikan Corvina dan Theon, seolah sedang memastikan sesuatu.
"Bunga-bunga disini ternyata sangat indah ya, Yang Mulia?" Meriel mengalihkan pandangannya, pura-pura melihat sekeliling. "Tempatnya juga sangat sepi dan jauh dari keramaian istana. Sangat cocok untuk menenangkan pikiran. Sampai-sampai Yang Mulia Grand Duke pun datang kemari?" Meriel tersenyum sambil melirik ke arah Theon.
Corvina menatap Meriel tajam, tapi masih berusaha terlihat tetap tenang, meski dalam hatinya sangat ingin mengusir Meriel pergi.
"Saya hanya sedang berjalan-jalan di istana kebetulan bertemu dengan Yang Mulia Ratu," jawab Theon.
"Banyak sekali kebetulan di dunia ini," kata Meriel, "terkadang ... malah jadi seperti janji temu, bukan begitu?"
Theon menatap Meriel tanpa ekspresi, suaranya tenang tapi sarat tekanan. “Kau terlalu banyak berasumsi, Lady.”
Meriel menunduk pura-pura sopan. “Tentu saja tidak, Yang Mulia Grand Duke. Saya hanya ingin memastikan tidak ada kesalahpahaman."
"Kesalahpahaman tentang apa, Lady Meriel?" tanya Corvina, "Meskipun ada sesuatu, aku tidak perlu menjelaskan nya kepadamu."
Meriel diam sejenak sebelum menjawab pura-pura mencerna kata-kata Corvina. "Ah, saya paham sekarang, Yang Mulia," katanya, "maafkan saya kalau begitu, karena tidak tahu kalau Anda dan Yang Mulia Grand Duke mempunyai hubungan yang spesial."
Theon menegakkan tubuhnya, wajahnya langsung berubah tegas. “Lady Meriel, kau terlalu lancang.”
Namun Corvina menahan gerakannya dengan satu anggukan kecil. Tatapan matanya tajam, tapi bibirnya melengkung tenang. “Hubungan spesial?” ia mengulang pelan, suaranya terdengar seperti bisikan lembut yang justru membuat udara di taman kaca terasa menegang. “Tentu saja ada.”
Meriel langsung tersenyum lebar. “Benarkah, Yang Mulia?”
"Ya, Lady itu Benar," jawab Corvina.
"Saya mengerti sekarang," kata Meriel, "jadi Grand Duke adalah kekasih Anda?"
Corvina memejamkan matanya sejenak berusaha menahan emosinya, sementara Theon hanya bisa memperhatikan tindakan apa yang akan Corvina lakukan.
"Tenang saja, Yang Mulia. Saya tidak akan menyebarkan rumor, " kata Meriel lagi, "Yang Mulia, tidak perlu khawatir rahasia Yang Mulia Ratu aman di tangan saya."
"Grand Duke bukan kekasih ku, Lady," kata Corvina tajam, "jangan suka menarik kesimpulan sendiri."
"Oh, kalau begitu saya minta Maaf, Yang Mulia, " kata Meriel dengan wajah polosnya itu, "tapi, apa itu benar?" Meriel menatap Theon pura-pura penasaran.
wajah pura-pura polosnya itu, sungguh membuatku muak ... batin Corvina.
"Lady Meriel, " Corvina menatapnya lama, lalu berkata dengan nada ringan yang penuh sindiran. "Hubungan antara Ratu dan Grand Duke dibangun atas dasar kehormatan dan loyalitas. Tidak semua orang, Lady, melihat kedekatan sebagai peluang untuk merebut apa yang bukan miliknya.”
Theon menunduk sedikit, menyembunyikan senyum tipis di wajahnya. Sementara Meriel menggigit bibir, wajahnya memerah antara malu dan marah.
"Sekarang, jika kau sudah puas memata-matai,” lanjut Corvina sambil berdiri anggun, “aku rasa kamu sudah boleh pergi. Jangan sampai hujan membasahi pikiranmu yang sudah keruh."
Theon menatap Corvina, samar-samar terlihat rasa kagum di matanya. Sementara Meriel menunduk sopan, tapi senyumnya penuh rasa tidak terima. “Baiklah kalau begitu, saya tak akan mengganggu lebih lama. Selamat malam, Yang Mulia.”
“Selamat malam, Lady Meriel,” jawab Corvina pelan. Tatapannya mengikuti langkah Meriel yang menjauh sambil mengangkat sedikit gaunnya. Begitu sosoknya lenyap di balik dinding kaca yang basah hujan, Corvina akhirnya menarik napas panjang.
bertele2