NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14 - PERJALANAN

Aruni, Bella, dan Caca, sambil menunggu menunya dihidangkan, kembali mengobrol ringan. Sesekali tertawa karena keseruan yang mereka bahas ketika nanti sudah sampai di desa kakek dan nenek Aruni.

Namun...

Seketika mereka terkejut pelan. Obrolan mereka berhenti. Dan menatap bersamaan ke arah radio tua di sudut lain dalam warung tersebut.

Tiba-tiba saja radio tua itu menyala sendiri, memutar sebuah lagu gending lawas...

Tak lama kemudian, saat mereka bertiga sedikit terkejut dengan radio tua itu, si bapak penjual keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi tiga mangkuk mie rebus telur pesanan mereka.

"Ini Mbak mie nya, udah jadi." ucap si bapak sambil menaruh mangkuk-mangkuk mie di depan para pembelinya itu.

"Pak, itu... radionya barusan nyala sendiri..." ucap Caca sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Owalaaah... iya Mbak. Emang kadang suka begitu. Tiba-tiba nyala sendiri. Kadang pembeli lain yang dateng ke sini juga sampe kaget!" jelas si bapak, cukup menenangkan suasana yang sempat tegang antara Aruni, Bella, dan Caca. Dan si Bapak berjalan ke arah radio tua itu untuk mematikannya. Dan kembali masuk ke dapur.

Mereka bertiga mulai menyantap mie rebus telur masing-masing, rasa yang gurih dan hangat sungguh pas untuk suasana malam ini. Tak lama kemudian si bapak kembali dari dalam dapur membawa nampan dengan tiga gelas teh manis hangat. Dan mereka bertiga mengucapkan terima kasih kepada si bapak. Dan si bapak pun kembali ke dalam dapur.

Beberapa saat, mie rebus mereka hampir habis, si bapak kembali ke ruang makan sambil membawa segelas kopi panas. Duduk di sudut warung yang ada radio tua itu. Menyalakan sebatang rokok, menghisapnya, dan menyeruput kopinya.

"Slerrrrrppp... Aaaakkhh..." suara si bapak semakin menambah suasana lebih hangat.

Bella yang selesai lebih dulu makan mie rebusnya, berkata kepada si bapak penjual. "Waaah... Pak... Mienya enak banget, saya baru pertama kali makan mie rebus seenak ini loh Pak." lalu Bella meminum teh manis hangat miliknya.

"Duh... si Mbak bisa aja kalo ngomong, padahal resepnya ya biasa aja Mbak, gak beda sama warung mie lain. Tapi, makasih ya Mbak atas pujiannya... hehehe" jawab si bapak sambil tersenyum hangat. Lalu menghisap rokoknya.

"Sama-sama Pak, tapi beneran loh Pak, enak banget. Kuahnya itu loh... Lebih gurih..." timpal Bella.

"Nah... kalo kuahnya, saya ada resep sendiri Mbak, saya tambahkan kaldu tulang rusa." jelas si bapak.

"Wah? Tulang rusa Pak?" tanya Caca yang juga mienya sudah habis. "Di mana dapetinnya Pak? Emang ada yang jual ya?" tambah Caca.

"Ada Mbak yang jual. Kadang orang asli dari beberapa desa di kaki gunung Lanjani ini, suka berburu rusa. Dagingnya mereka olah untuk masakan, tulangnya mereka jual." jelas si Bapak.

"Oooh... begitu ya Pak... Mahal ya Pak harganya? Soalnya di kota gak ada yang jual daging dan tulang rusa Pak." sahut Aruni yang baru selesai makan mie rebusnya juga.

"Ya lumayan mahal sih Mbak, soalnya kan jarang daging rusa sama tulangnya juga. Kalo kayak daging sapi, kambing, ayam, itu kan banyak, jadi lebih murah." jawab si bapak.

"Wah, berarti kami lagi makan menu mie rebus spesial dong ya?" lanjut Aruni dengan ekspresi dan nada memuji masakan si bapak.

"Hehehe... bisa dibilang gitu juga sih Mbak..." si bapak menimpali sambil tertawa ringan.

Aruni, Bella, dan Caca sambil membersihkan mulut mereka menggunakan tisu, si bapak penjual menceritakan kenangannya. Membuat suasana warung bilik bambu itu semakin hangat dan terasa nuansa kekeluargaan di dalamnya.

"Sebenarnya Mbak, resep kaldu tulang rusa itu warisan dari Kakek saya. Jadi Kakek saya itu punya dua orang anak lelaki. Salah satunya itu adalah Bapak saya dan Bapak saya punya adik. Nah, saya tau resep itu dari Bapak saya, beliau suka membuat masakan pake tambahan kaldu tulang rusa itu tadi. Jadinya warisan menu keluarga turun-temurun." jelas si bapak penjual.

"Oh... jadi gitu... warisan keluarga ya resep kaldunya. Pantesan rasanya spesial banget." Bella menimpali.

"Bukan spesial lagi Bell, tapi super duper spesial!" tambah Caca membuat si bapak kembali tersenyum karena merasa disanjung.

"Terus... Kakek, Ibu, dan Bapaknya masih ada Pak? Sama adik kandung dari Bapaknya juga masih ada?" tanya Caca melanjutkan.

"Alhamdulillah Mbak... Kakek, Ibu dan Bapak saya masih ada. Tapi kalo Kakek saya udah tua banget, jadi mulai sering sakit-sakitan. Dan, kalo adik Bapak saya, sudah meninggal Mbak..." jelas si bapak penjual.

"Ya ampun Pak, maaf ya Pak, saya gak tau kalau adik dari Bapaknya, sudah meninggal..." sambung Caca dengan sedikit merasa tidak enak hati.

"Ah, gak apa-apa Mbak... santai aja... lagian kan Mbaknya cuma tanya aja, dan emang belum tau juga. Wajar kok Mbak..." imbuh si bapak penjual menenangkan Caca yang terlihat tak enak hati.

Si bapak penjual melanjutkan kisahnya....

"Kakek saya itu penduduk asli salah satu desa di kaki gunung Lanjani ini Mbak, dan Bapak saya sama almarhum adiknya juga lahir di desa itu. Tapi, saya diceritakan sama Bapak saya, kematian adiknya itu gak wajar Mbak. Almarhum jadi korban tumbal ilmu hitam!" jelasnya.

Seketika Aruni, Bella, dan Caca terdiam. Saling bertukar pandangan. Dan suasana obrolan menjadi lebih serius.

"Maksudnya jadi tumbal, gimana Pak?" tanya Caca yang semakin penasaran.

"Iya Mbak, jadi tumbal nyawa maksudnya. Almarhum adik Bapak saya mati dengan kondisi isi perutnya sudah habis dimakan makhluk ghaib!" jawab si bapak. Seketika itu juga Aruni, Bella dan Caca yang mendengar penuturan si bapak penjual jadi terkaget.

"Hah? Seriusan Pak?" tanya Bella dengan wajah serius dan tak percaya.

"Iya Mbak, serius. Masa iya saya bohong bikin cerita begini?" ucap si Bapak.

"Bell, lo kalo nanya jangan gitu dong. Ya kali si bapak cuma ngarang cerita?" ucap Caca sambil menepuk bahu Bella.

"Yeee... kan gue cuma nanya..." sahut Bella pelan.

Sementara Aruni yang sedari tadi mendengarkan cerita si bapak penjual, mulai merasakan sesuatu yang aneh dalam pikirannya. Ia seperti mengalami De Javu dengan cerita si bapak. Tapi, entah dari mana dan bagaimana, Aruni pun tak paham. Seolah dirinya sangat familiar dan tersambung dengan cerita si bapak penjual itu.

Bella dan Caca melanjutkan obrolan dengan si bapak penjual. Namun Aruni mulai tenggelam sedikit dengan perasaan aneh pikirannya itu. Ia seperti merasakan sebuah ingatan. Terbersit dengan samar. Terbersit dengan bayangan cepat ingatan itu. Namun ia semakin tak paham dengan semua pikiran dan ingatan aneh itu, yang dirinya sendiri pun tak tau datang dari mana sekelebat bayangan ingatan itu.

Di tengah lamunan Aruni, telinganya mendengar sebuah percakapan antara Bella dan si bapak penjual itu.

"Maaf Pak, kalo boleh tau, nama almarhum adik dari Bapaknya itu, siapa ya?" tanya Bella kepada si bapak penjual.

Dan si bapak penjual itu menjawab,

"NAMANYA KIRMAN..."

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!