Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Lampu hijau
Erland akhirnya memutuskan untuk pulang. Dia juga merasa kasihan pada istrinya jika ditinggal menginap di rumah Ibunya.
Erland tetap berusaha bersikap biasa saja di depan Sarah. Tidak mau ikut membebani Sarah tentang permintaan Ibunya. Apalagi tentang masalah menjemput Viola. Erland rasa harus mencari waktu untuk membicarakannya dengan Sarah. Tapi tidak untuk saat ini, karena Erland masih harus meyakinkan hatinya dulu.
Bukan berarti tak yakin untuk membawa Viola pulang. Tapi Erland tak yakin kalau Viola mau di ajaknya pulang.
"Kamu makan malam sendiri ya Mas?? Aku sudah makan, habisnya kamu jam segini baru pulang"
Erland yang baru saja selesai mandi hanya mengangguk saja. Padahal dirinya saja tidak merasa lapar sama sekali.
Tidak tertarik untuk makan malam saat ini. Erland justru langsung ikut berbaring di sisi Sarah yang sudah terlelap. Tapi permintaan Ibu dan kedua adiknya yang terus menghantuinya membuatnya tak bisa menutup matanya.
Erland menyibakkan selimutnya dengan kesal, pergi ke kamar mandi untuk mensucikan dirinya.
Erland bersujud dengan memohon segala petunjuk dari Allah. Kedua tangannya menengadah ke atas dengan doa yang terus terucap dari bibirnya.
Setelah hatinya tenang, barulah Erland bisa memejamkan matanya.
*
*
*
Keyakinan hati Erland yang telah dia dapat dengan persetujuan Allah atas doanya semalam membuat Erland akhirnya duduk di hadapan Papinya Viola saat ini.
"Om, kedatangan saya kesini terus terang saja untuk meminta ijin menjemput Viola"
Dito dan Via . Takut jika Viola akan marah jika Erland datang menghampirinya ke sana.
"Tapi Er, bagaimana kalau Viola marah besar. Dia masih belum setuju bertemu denganmu kan??" Ucap Dito.
"Om, saya dan Viola tidak mungkin terus seperti ini. Saya suaminya, dan Viola seharusnya berada di dekat saya. Lagipula sudah tiga tahun kita berpisah, seharusnya waktu itu cukup bagi Viola untuk menenangkan diri. Om tenang saja, saya tidak akan menyakiti Viola. Cukup waktu itu saja saya bertindak bodoh. Saya juga butuh Viola di sisi saya untuk belajar mencintainya Om"
Dito terdiam, dia juga sempat berpikir jika rumah tangga Viola tidak mungkin akan seperti itu terus-terusan. Rumah tangga anaknya termasuk rumah tangga yang tidak sehat.
"Lalu bagaimana kalau Viola tetap menolak??" Dito ragu Erland bisa membawanya pulang , karena Dito dan Via saja begitu sulit membujuk Viola.
"Saya akan kembali lagi sampai Viola mau" Dito bisa melihat kegigihan Erland.
"Er??"
"Tante??" Via datang dari belakangnya dengan memegangi dadanya.
"Jangan panggil Om dan Tante lagi. Kita berdua sekarang orang tuamu juga" Via mengambil tempat duduk di sebelah Dito.
"Mami kenapa turun?? Mami harus istirahat" Erland juga tau kesehatan Mami mertuanya itu juga semakin menurun sejak Viola pergi ke Korea lagi, ada masalah dengan jantungnya.
"Baiklah, Mami bagaimana kabarnya?? Apa sudah lebih baik saat ini??" Erland melihat wajah pucat Via.
"Belum, Mami tidak akan lebih baik kecuali Vio kembali kesini" Guratan kerinduan terlihat jelas sekali di wajah Via.
"Maksud Mami?"
"Kamu ingin menjemput Viola kan?? Jemputlah Er, bawa dia pulang. Mami sangat merindukannya di rumah ini. Mami rasanya sudah tidak kuat lagi untuk datang ke sana. Jadi tolong bawakan Viola kembali, dulu dia pergi untuk pertama kalinya karena dirimu. Tiga tahun yang lalu pun sama, dan kali ini harusnya kamu juga yang membuat Viola kembali " Via menangis di pelukan Dito.
Erland jadi sadar jika memang kebahagiaan anak adalah kunci kebahagiaan orang tuanya. Erland sempat berpikir jika Ibunya terlalu berpikir berlebihan untuk urusan rumah tangganya. Tapi nyatanya mertuanya pun sama. Sakit yang di derita mereka itu seolah sugesti dari pikirannya.
"Kalau Papi dan Mami sudah memberikan ijin seperti ini. Saya akan segera menyusul Viola ke sana. Saya akan membujuknya kembali, bahkan jika Viola menyuruh saya untuk berlutut memohon kepadanya saja akan saya lakukan" Kedua orang tua itu tersenyum senang karena salah satu dari mereka akhirnya ada yang mau menyelamatkan pernikahannya.
"Tidak akan Er, Semarah-marahnya Viola. Dia tidak akan sampai bernuat seperti itu"
"Saya tau Pi, Viola wanita yang baik"
"Tapi kalau boleh papi berpesan padamu Er. Tolong jaga Viola, jangan sakiti dia lagi. Dia sebenarnya rapuh tapi tetap menutupinya dnegan wataknya yang terlihat keras kepala. Dia akan benar-benar hancur saat kamu menyakiti hatinya yang sudah remuk itu. Jadi Papi dan Mami mohon, bahagiakan dia. Papi yakin, berlahan Viola akan luluh lagi padamu"
Kedua orang tua itu sudah tidak mamou membendung air matanya lagi.
"Kalau kamu sudah tidak menginginkannya lagi. Kembalikan dia kesini. Jangan pernah suruh dia pergi lagi. Kami sangat menyayanginya. Papi mohon, sayang dia seperti kami menyayanginya"
"Pasti Pi, Papi dan Mami bisa memegang janji saya kali ini. Saya akan berlaku adil kepada kedua istri saya. Berikut nafkah lahir dan batinnya" Dito mengangguk dengan keyakinan Erland itu.
"Papi pegang janjimu. Papi akan relakan putri Papi untukmu, sebagai istri ke dua mu. Tapi ingat Er, jiks kamu sampai mengecewakan Papi. Kali ini Papi tidak akan diam, cukup waktu itu saja Papi memaafkan kesalahanmu"
"Insyaallah Pi, doakan kami"
Erland sekarang sedikit tenang karena kedua mertuanya juga sudah memberikan lampu hijau untuknya. Urusan Vino, Erland akan pikirkan belakangan. Bukannya Erland tidak menghargai sahabat yang telah menjadi Kakak iparnya itu, tapi akan menjadi panjang urusannya saat terlibat dengan Vino.
Kini wajah Erland sudah kembali sumringah saat pulang ke rumahnya. Moodnya sudah kembali baik, meski belum menentukan kapan dia akan benar-benar terbang ke Korea.
Tapi Alangkah terkejutnya Erland ketika membuka pintu kamarnya, Sarah sudah menyambutnya dengan begitu menggoda.
Baju transparan berwarna merah yang pakainya jelas memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Rambutnya yang di gerai dengan aroma semerbak yang berasal dari parfum Sarah mampu membuat Erland tergoda. Erland yang saat ini dalam kondisi baik tentu saja langsung menyambar Sarah begitu saja.
Bibir mereka langsung bersatu seperti magnet yang bertemu kutubnya. Tangan Sarah yang lihai membuka satu persatu kancing kemeja Erland yang sebelumnya telah melempar dasi Erland dengan asal.
Tangan Erland pun tak tinggal diam, dia terus menjamah sesuatu yang menjadi bagian favoritnya.
Pergulatan panas malam itu pun tak terelakan lagi. Saling beradu nafas yang memberubu dengan peluh yang membasahi tubuh polos mereka.
Setelah pelepasannya mereka berdua hanya saling berpelukan untuk mendapatkan kembali tenaga mereka yang sudah terkuras habis.
Sarah yang menjadikan lengan Erland sebagai bantalan kepalanya semakin mengeratkan tangannya pada pinggang berotot milik Erland.
"Sarah??"
"Hemm"
"Aku akan menjemput Viola kembali"
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....