Trauma karena perceraian membuat Clara jadi menutup hati pada siapapun. Tak mau lagi merasakan cinta, ataupun terlibat hubungan asmara.
Namun kehidupan Clara mulai berubah sejak kedatangan bos baru di kantornya. Pria yang lebih muda 7 tahun darinya itu, ingin memiliki Clara dengan cara apapun.
Aaron tak segan-segan menggunakan cara licik untuk menjerat Clara. Sampai-sampai si janda tak mampu lepas dari mantra cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Huaciihhh..!!"
Sroott!!
Sudah lebih dari dua hari Aaron terbaring ditempat tidurnya. Ia sempat demam, namun setelah demamnya turun mulai flu.
Sejak ia kecil, setiap musim hujan tiba, kondisi tubuhnya tak pernah baik, pasti sakit. Namun saat ini kondisi emosinya juga sedang tak baik-baik saja, kekasihnya yang seorang janda, tiba-tiba minta putus. Padahal Aaron serius ingin menikahinya, namun rencananya tak sesuai keinginannya.
Selama ini Aaron terlalu percaya diri, mengira telah sepenuhnya menaklukkan hati dingin sang janda. Namun ternyata Clara tak pernah menyukainya, Clara juga mengatakan kalau ia terpaksa menerima Aaron, hanya untuk pelampiasan.
Sejak itu Aaron merasa kalau dunianya runtuh, menjadi seorang pria yang amat menyedihkan. Selama tiga hari ini hatinya terus merasa sakit dan kecewa, walaupun ini bukan pertama kalinya Aaron putus cinta.
Namun ia masih belum terima, Clara menolaknya dan memilih putus, hanya karena Aaron mau serius menikahinya. Ia pikir semua wanita akan senang kalau bisa menikah dengan cowok tajir dan anak konglomerat, tapi Clara malah menolaknya mentah-mentah.
"Uugghh.." Aaron berusaha bangun diri dari ranjangnya. Ia bosan, sejak kemarin hanya menatap hujan deras dari jendela kamar. Hari masih siang namun langit diluar sana berwarna abu-abu gelap, sama sekali tidak ada cahaya matahari.
Tap tap tap tap.
Pelan-pelan Aaron menuruni anak tangga, sambil menatap sekeliling ruangan apartemen miliknya.
Cekrek.
Tiba-tiba saja pintu apartemennya terbuka. Jack masuk kedalam, sambil membawakan beberapa dokumen pekerjaan.
"Ah anda, sudah bangun rupanya." ucap Jack saat melihat Aaron sedang berdiri lemas disalah satu anak tangga.
"Iya aku haus, mau ke dapur." ucap Aaron dengan nada pelan seperti berisik.
"Duduk saja di sofa, biar saya yang ambilkan anda minum." seru Jack, membuka jas-nya, lalu menggantungnya di samping pintu.
Aaron menuruti perkataan asistennya, ia duduk di sofa lalu membuka laptop-nya. Aaron tak ingin menunda lagi pekerjannya yang sudah menumpuk karena ia sakit selama dua hari. Hal yang terus ia lakukan kalau menjadi CEO di perusahaan ayahnya.
Tak henti Jack berjalan kesana kemari, membawakan dokumen, memotong buah, juga menelepon klien untuk membatalkan meeting. Aaron hanya sibuk duduk di sofa sambil mengerjakan pekerjaan kantor.
Ting tong.
Ting tong.
Ting tong.
Bel apartemen berbunyi, Aaron tak mau berdiri. "Jack ada yang datang, tolong..." Aaron mau menyuruh asistennya, namun ia lihat Jack tengah sibuk menelepon klien di ujung sana.
"Hadeh..." dengus Aaron mau tak mau ia berdiri dan hendak membukakan pintu. Namun wajahnya berubah jadi panik saat melihat siapa yang datang.
.
.
"Iya sayang, nanti malam aku jemput kamu, habis itu ke tempatku." ucap Jack tersenyum bahagia. Saat ini diam-diam, ia sedang menelepon kekasihnya Bella.
.
.
"Jack!!" suara Aaron sedang panik.
"Apa?" jawab Jack dengan ketus. Sedang enak menelepon pacarannya malah di ganggu.
"Apa maksudmu membawa wanita itu kemari!!" pekik Aaron. menunjukan sosok wanita yang ada di camera intercom.
Jack menyipitkan kedua matanya.
"Oh si Rebecca rupanya, yang sejak tadi di kantor mengikuti ku terus sampai kesini." Jack langsung mengenal sosok yang tak asing itu.
"Aku tidak membawanya kemari, wanita itu yang mengikuti ku." jawab Jack dengan gaya acuh tak acuh.
"Lalu aku harus bagaimana? Membukakan pintu..?" tanya Aaron dengan kesal, menyalahkan Jack, seolah-olah Jack membawa hewan liar dari dalam hutan.
"Terserah anda tuan, asal anda tahu, wanita itu sudah berdiri selama 30 menit di depan pintu rumah anda, bisa jadi ada hal penting yang mau ia bicarakan dengan anda yang seorang bos." ucap Jack hanya menebak, iantak ingin lama-lama berdebat dengan boss-nya yang menyebalkan.
"Hahh...!!" Aaron mendengus kesal. Terpaksa ia memencet tombol buka pintu.
Cekrek.
Pintu terbuka otomatis.
"Halo, pak Aaron." ucap Rebecca dengan senyum keceriaan. Dan langsung masuk begitu saja.
Aaron dan Jack berdiri dan menatapnya dengan penuh rasa heran.
"Aku dengar anda sedang sakit, jadi aku sengaja datang dan bawakan anda bubur spesial buatanku." seru Rebecca membawa kantung makanan.
"Uugghh..!!" Baik Aaron dan Jack sama-sama menutup hidung mereka, karena bau parfum Rebecca sangatlah menyengat.
Aaron membiarkan Rebecca masuk dan menaruh kantung makanannya di dapur.
"Rumah anda keren sekali, aku suka designnya minimalis modern, cocok sekali dengan anda yang masih jomblo."
"Hahh..." mendengar itu Aaron memutar malas bola matanya.
"Terimakasih ya, sudah repot-repot membawakan makanan." ujar Jack pada Rebecca, membantu wanita menuangkan makanan ke piring.
"Bisakah kamu pulang secepatnya, aku sedang pusing, banyak kerjaan." ucap Aaron blak-blakan pada Rebecca, menatap wanita itu dengan sinis pula.
Jack mengerutkan dahi. Kalau sedang badmood, Aaron selalu memperlakukan para karyawan kantornya dengan semena-mena.
"Jangan begitu boss, diluar masih hujan, anda tega menyuruh saya kehujanan." rengek Rebecca dengan tatapan memohon ala anak kucing.
"Iya bos, kasian dia sudah bawakan makanan sebanyak ini, lihat saja ada lebih dari lima bungkusan makanan." Jack memperlihatkan kantung-kantung makanan yang ada di meja dapur.
"Buat apa kamu bawa makanan sebanyak itu, aku tidak suka menyimpan makanan di kulkas."
"Tapi anda sedang sakit, bukankah lebih baik ada stok makanan di kulkas, biar bos gak repot pesan makanan, Bubur dan daging sapi terbaik aku masak untuk makan siang, lalu dimsum aku buat untuk makan malam anda dan sisanya bisa untuk besok." jawab Rebecca dengan riang. Tidak peduli jika Aaron mau semarah apa padanya, Rebecca tetap tersenyum ramah pada bos kesukaannya itu.
"Ya sudah-sudah, cepat kalian siapkan untukku. Aku tak mau menunda pekerjaan." seru Aaron, lalu kembali duduk di sofa, melanjutkan pekerjaannya.
Sedangkan Rebecca dan Jack sibuk di dapur, menghangatkan makan siang untuk mereka bertiga.
.
.
Ditempat lain.
Hujan kian turun dengan derasnya, Clara dan Robert berlari cepat, lalu masuk ke dalam mobil milik Robert.
Blam.
Clara menggunakan tissue untuk mengelap jejak air di rambutnya. Robert segera menyalakan mobil, lalu melirik ke arah Clara.
Ia mencondongkan tubuhnya mendekat pada Clara, tangannya mau meraih sesuatu.
"Eh pak..!!" Clara terkejut.
"So-sorry." ucap Robert yang ternyata mau meraih seat belt.
Cetek.
Robert hanya ingin memasangkan Clara seat belt, karena mobil mau segera melaju jalan. Namun tindakan itu membuat Clara jadi tersipu malu.
"Ma-maaf aku lancang, karena aku lihat kamu sibuk, jadi aku inisiatif ingin pakaian." seru Robert yang pipinya tak kalah merona.
"I-iya pak, tidak masalah kok." Clara jadi merasa gugup dan deg-degan, tidak pernah ia sedekat ini dengan Robert walaupun sudah kenal lebih dari 3 tahun di kantor.
"Berapa kali aku harus bilang, kalau sedang diluar jam kantor, jangan panggil pak, panggil namaku saja." seru Robert, matanya menatap ke arah yang berbeda, karena suasana ini membuat hatinya berdebar-debar.
GLEDEK!!
Tiba-tiba petir menyambar, diikuti kilatan, yang seperti cahaya flash kamera.
"Kyaaa!!" Clara berteriak kencang, jantungnya hampir melompat keluar.
Clara yang ketakutan memejamkan kedua matanya, kedua tangannya pun memegang erat sesuatu yang hangat dan keras.
"Eh loh...!!" Clara merasa ada janggal. karena penasaran tangannya meraba-raba sesuatu yang datar hingga menemukan sebuah tombol kecil.
"Hmmp!! Clara..!!" Robert memekik.
"Astaga!!" Clara baru sadar ternyata, sewaktu ia ketakutan, tanpa sadar ia bersandar pada dada bidang Robert. Ia juga tak sengaja, telah menyentuh sesuatu yang tak harusnya ia sentuh.
"Aduh memalukan!! Ini pasti karena kebiasaanku melakukan ini itu dengan Aaron...!!" Clara mengumpat dalam hati.
"Oke kita balik ke kantor sekarang, bisa telat ini gara-gara hujan gak berhenti." seru Robert,. langsung menginjak pedal gas.
"I-iya benar, nanti Risa heboh kalau kita gak cepat-cepat balik ke kantor. ucap Clara.
Setelah berkendara kurang lebih 15 menit. Mereka sampai di gedung kantor, dan Robert memarkirkan mobilnya di basement parkiran.
Blam.
Kedua keluar dari mobil, lalu berjalan menuju Lift.
"Hmm, Clara."
"Iya..?" Clara menoleh menatap Robert yang wajahnya tampak merona.
"Saat ini kamu belum punya pacar kan?" tanya Robert.
Glek!
Clara tertegun seketika. Ia pun tak langsung menjawab, pasalnya ia baru saja putus tiga hari yang lalu dari Aaron.
"Apa aku harus jawab tidak?" pikir Clara bingung mau jawab apa.
.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
kaget sih dgn kelanjutan kisah arron,sebenarnya apa dan siapa sih arron,msh tekateki nih 🤔🤔