Ji Fan, seorang pemuda dari clan ji yang memiliki mata misterius, namun akibat mata nya itu dia menjadi olok-olokan seluruh clan.
Didunia yang kejam ini, sejak kecil dia hidup sebatang kara tanpa kultivasi, melewati badai api sendirian. Sampai pada akhirnya dia tanpa sengaja menemukan sebuah buku tua yang usang. Buku itu adalah peninggalan ayahnya yang didapat dari seorang laki laki paruh baya dimasa lampau. Awalnya dia tidak mengerti buku apa itu, Tetapi setelah mempelajari bahasa dewa kuno, dia mulai mengerti, buku itu adalah buku Teknik Terlarang Kultivasi Naga Kegelapan. Dalam buku itu tertulis berbgai ilmu pengetahuan dan langkah-langkah jalan kultivasi, sejak saat itu Ji Fan berubah dari yang awalnya sampah menjadi kultivator puncak yang ditakuti di seluruh alam. Dan orang-orang memanggilnya dengan sebutan 'Orang Buta Dari Kegelapan Naga' .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bingstars, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
KRAK!
Bunyi tulang patah kedua terdengar lebih nyaring di keheningan hutan malam. Kali ini, Ji Fan tidak bisa menahan teriakannya.
"AAAAARGH!"
Ji Fan menjerit lepas, suaranya serak memecah udara dingin. Tubuh Ji Fan kejang-kejang di atas tanah berlumpur. Rasa sakit dari kaki kiri yang baru saja Ji Fan hantamkan ke pohon besi menyengat langsung ke otak, memutihkan pandangannya.
"Jangan pingsan, Lemah!" bentak Naga Kecil di kepala Ji Fan. "Kau pingsan sekarang, Qi-mu akan menyebar liar dan kakimu akan cacat permanen! Masukkan Qi-nya! Sekarang!"
Ji Fan menggigit lidahnya sendiri untuk mempertahankan kesadaran. Rasa amis darah di mulut sedikit membantunya fokus. Dengan tangan gemetar hebat, Ji Fan mencengkeram kaki kirinya yang bengkak dan memar parah.
Ji Fan memaksakan Qi Kegelapan masuk ke retakan tulang tibia itu. Rasanya seperti menuangkan timah cair ke dalam sumsum tulang.
"Sialan... teknik... sampah..." desis Ji Fan di sela-sela napasnya yang memburu.
Satu jam berlalu dalam siksaan.
Ji Fan terbaring telentang menatap langit-langit hutan yang gelap. Kedua kakinya terasa berat seperti beton, bengkak, dan berdenyut panas. Tapi di dalam tulang-tulang yang retak itu, jalur Qi baru telah terbentuk. Jalur yang tidak alami, jalur yang memaksa energi meledak untuk menciptakan dorongan kecepatan instan.
Ji Fan mencoba berdiri.
Begitu telapak kaki Ji Fan menyentuh tanah, rasa nyeri menjalar dari tumit ke paha. Ji Fan jatuh lagi.
"Kau harus merangkak pulang malam ini," ucap Naga Kecil santai. "Besok kakimu akan lebih baik. Tapi jangan harap kau bisa berjalan normal selama seminggu."
Ji Fan tidak menjawab. Ji Fan mulai menyeret tubuhnya keluar dari hutan, menggunakan siku untuk merayap inci demi inci kembali ke asrama. Harga untuk kekuatan ini dibayar tunai dengan penderitaan.
***
Tiga Hari Kemudian. Pagi Hari Ujian Bulanan.
Suasana di Asrama Timur riuh rendah. Hari ini adalah hari penentuan peringkat. Murid yang berada di peringkat bawah akan dipotong jatah sumber dayanya, sementara yang di atas akan mendapatkan akses ke lantai dua Paviliun Kitab.
Di kamar tujuh, Tuan Muda Chen sedang mengenakan pelindung dada kulit barunya yang mengkilap. Chen tampak percaya diri. Aura Tingkat 6-nya stabil.
Ji Fan duduk di tepi ranjang. Wajah Ji Fan pucat. Ji Fan mengikat perban kencang-kencang di kedua betisnya, menutupi bengkak yang masih belum hilang sepenuhnya.
Saat Ji Fan berdiri, Ji Fan sedikit goyah. Ji Fan harus menggunakan tiang ranjang untuk menyeimbangkan diri.
Chen melihat itu dan tertawa keras.
"Lihat si pincang ini," ejek Chen pada pengikut barunya. "Dia bahkan tidak bisa berdiri tegak. Apa yang kau lakukan, Tikus? Jatuh dari tangga saat mencoba kabur dari bayanganmu sendiri?"
Ji Fan tidak menoleh. Ji Fan mengambil pedang besi standar yang dibagikan Akademi pedang tumpul dan berat yang terasa seperti tongkat pemukul.
"Simpan tawamu untuk di arena, Chen," ucap Ji Fan datar, lalu berjalan keluar dengan langkah terseret. Setiap langkah adalah usaha keras untuk menyembunyikan rasa sakit di tulang keringnya.
"Aku akan mematahkan kakimu yang satu lagi nanti!" teriak Chen di belakangnya.
Di lapangan utama Akademi, sebuah panggung batu raksasa telah didirikan. Ratusan murid baru berkumpul di sekelilingnya.
Guru Xiao berdiri di tengah panggung, memegang daftar nama. Di balkon atas, beberapa Tetua duduk menonton, termasuk Tetua Zhen yang menatap kerumunan dengan mata elangnya.
"Aturan Ujian Bulanan sederhana," seru Guru Xiao, suaranya menggema. "Satu lawan satu. Menang dengan membuat lawan menyerah, pingsan, atau terlempar keluar arena. Penggunaan racun mematikan dilarang. Senjata tajam dilarang, hanya senjata latihan. Sisanya... bebas."
"Bebas artinya kau bisa mematahkan tulang mereka asalkan tidak membunuh," bisik Naga Kecil.
Guru Xiao mulai membacakan pasangan pertarungan.
"Pertarungan pertama: Tuan Muda Chen melawan Liu Kang."
Chen melompat ke atas panggung dengan gaya pamer. Lawannya, Liu Kang, seorang murid Tingkat 4, tampak gemetar.
Pertarungan itu berlangsung singkat dan brutal. Chen tidak memberi ampun. Chen membakar pakaian Liu Kang dengan Jurus Telapak Api, lalu menendang wajah murid itu hingga giginya rontok. Liu Kang pingsan dalam dua menit.
"Pemenang, Chen!"
Chen mengangkat tangan, menikmati sorakan dari para penjilatnya. Chen menatap tajam ke arah Ji Fan di kerumunan, lalu membuat gerakan menggorok leher dengan ibu jarinya.
Pertarungan demi pertarungan berlanjut. Darah mulai membasahi lantai batu arena. Suara tulang patah dan erangan kesakitan menjadi musik latar yang mengerikan.
Akhirnya, nama Ji Fan dipanggil.
"Pertarungan ke 15 Ji Fan melawan Zhang Bull."
Kerumunan bergumam. Zhang Bull adalah pria raksasa setinggi dua meter. Otot-ototnya seperti batu granit. Dia dikenal karena kekuatan fisiknya yang mengerikan meski tekniknya kasar. Tingkat 5 Puncak.
"Tikus itu mati," bisik seseorang di dekat Ji Fan. "Zhang suka meremukkan lawannya."
Ji Fan berjalan naik ke panggung. Langkahnya masih terlihat pincang. Kaki kanannya diseret sedikit.
Zhang Bull tertawa melihat lawannya. Dia memukulkan kedua tinjunya yang sebesar martil.
"Hei, Pincang. Kalau kau menyerah sekarang dan menjilat sepatuku, aku tidak akan meremukkan tulang punggungmu," ejek Zhang.
Ji Fan berdiri diam. Tangan kanannya memegang gagang pedang besi yang tumpul. Rasa sakit di tulang kering Ji Fan berdenyut seirama dengan detak jantungnya.
"Mulai!" teriak Guru Xiao.
Zhang Bull langsung menyeruduk seperti banteng gila. Tanah bergetar di bawah kakinya.
"MATI!" teriak Zhang, mengayunkan tinju kanannya ke arah kepala Ji Fan.
Ji Fan tidak bergerak.
Kerumunan menahan napas. Pukulan itu pasti akan menghancurkan kepala Ji Fan.
Satu detik sebelum tinju itu mengenai wajah, Ji Fan mengalirkan Qi ke retakan di tulang keringnya.
"Langkah Hantu."
KRAK!
Rasa sakit yang tajam meledak di kaki Ji Fan, seolah tulangnya dipatahkan lagi. Tapi bersamaan dengan rasa sakit itu, tubuh Ji Fan melesat.
Bukan menghindar ke samping. Ji Fan melesat ke depan, masuk ke dalam jangkauan serangan Zhang.
Kecepatan itu tidak wajar. Ji Fan meninggalkan bayangan samar di tempatnya berdiri. Tinju Zhang menghantam bayangan itu, memukul udara kosong.
Ji Fan muncul di samping tubuh raksasa Zhang. Wajah Ji Fan mengerenyit menahan nyeri di kakinya, tapi tangannya bergerak dingin.
Ji Fan menghantamkan gagang pedang besinya sekuat tenaga ke rusuk Zhang yang terbuka.