NovelToon NovelToon
To Be Your Mistress

To Be Your Mistress

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: moonwul

Ketika ketertarikan yang dihiasi kebencian meledak menjadi satu malam yang tak terlupakan, sang duke mengusulkan solusi kepada seorang gadis yang pastinya tidak akan direstui untuk ia jadikan istri itu, menjadi wanita simpanannya.

Tampan, dingin, dan cerdas dalam melakukan tugasnya sebagai penerus gelar Duke of Ainsworth juga grup perusahaan keluarganya, Simon Dominic-Ainsworth belum pernah bertemu dengan seorang wanita yang tidak mengaguminya–kecuali Olivia Poetri Aditomo.

Si cantik berambut coklat itu telah menjadi duri di sisinya sejak mereka bertemu, tetapi hanya dia yang dapat mengonsumsi pikirannya, yang tidak pernah dilakukan seorang wanita pun sebelumnya.

Jika Duke Simon membuat perasaannya salah diungkapkan menjadi sebuah obsesi dan hanya membuat Olivia menderita. Apakah pada akhirnya sang duke akan belajar cara mencinta atau sebelum datangnya saat itu, akankah Olivia melarikan diri darinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonwul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23: Akan Bertahan Selamanya

Sepasang mata Olivia memerah, hanya membutuhkan waktu singkat untuknya kembali menjatuhkan air mata di hadapan Simon.

“Anda... apa maksudnya ini?” Pertanyaannya keluar dengan suara bergetar dan mulai serak.

Simon di lain sisi, menatap dengan detail wajah gadis itu. Pun dengan gerakan pelan, ia menoleh pada kedua pria itu dan mereka pun mengerti untuk segera meninggalkan toko.

“Duke!” Olivia kehilangan kendali diri dan meninggikan suaranya.

Simon membalas tatapan penuh amarah itu dengan begitu tenang. Sungguh membuat Olivia semakin frustrasi.

Tinju gadis itu membiru karena genggaman penuh tekanan dari amarahnya. “Kenapa Anda melakukan ini kepada saya?”

Meski begitu, Olivia masih mampu mempertahankan sisa-sisa akal sehatnya dan tidak mengeluarkan umpatan atas sang duke yang ia teriakan dalam hati.

Simon menggerakkan sebelah lengannya untuk menyentuh wajah Olivia, tetapi secara defensif gadis itu mengambil langkah mundur.

Menyayangkan sikap keras kepala yang masih dipertahankan Olivia, Simon menatap nanar lengannya yang hanya memegang udara hampa.

“Sejak awal saya sudah memperingatimu. Tetap di tempatmu, Olivia. Namun, kamu memilih melakukan yang sebaliknya dari setiap perintah saya.”

“Saya sungguh menyesal dan telah memohon maaf kepada Anda. Apa saya harus berlutut di hadapan Anda—“

“Lakukanlah, Olivia.” Simon tersenyum samar.

Perkataan Simon sungguh sulit dipercaya, membuat Olivia tercengang.

“Tidak... yang Anda lakukan ini hanya bolak-balik, mengatakan sesuatu yang sama berulang kali. Permintaan tidak masuk akal itu tidak akan pernah saya lakukan.”

Simon mengambil satu langkah mendekat. “Baiklah.” Ia berjalan ke arah pintu dan jendela kaca yang besar di sampingnya. Kedua pria itu masih menunggu di dekat mobil, saat melihat gerakan kecil dari Simon, mereka membawa keluar beberapa kotak berisi roti.

Kedua alis Olivia bertaut dan hal selanjutnya yang ia lihat membuat air matanya turun dengan deras.

“Tidak!” teriaknya, namun percuma karena kedua pria itu tidak akan mendengarkan perintah kecuali dari Simon.

Sang duke di lain sisi, menggerakkan kakinya untuk kembali menghadap Olivia. Akan tetapi gadis itu tidak sudi berdekatan dengannya lagi. Air mata yang menyulitkannya melihat dengan baik, ia menyekanya kasar dan berjalan ke depan. Ia akan mencegah kedua pria itu menyelesaikan tugas kotor dari sang duke.

Namun, tentu saja tidak akan semudah itu, karena Simon mencegah lengan gadis itu dan menahannya.

“Lepaskan!” Olivia mencoba menepis genggaman itu, melawan rasa sakit dari sang duke.

“Saya kira kamu benar, kita hanya bolak-balik saja.” Simon menahan dengan mudahnya gadis itu untuk tetap berada di hadapannya. Ia menunduk dan mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu yang merah padam karena amarah. “Hilangkan perasaan khawatir atau ketakutanmu itu, Olivia. Saya tidak berjanji selain perihal bisnis, tapi akan saya berikan janji saya padamu, bahwa kamu tidak akan menderita jika di sisi saya.”

Simon berbicara dengan sangat pelan, sangat rendah. Olivia yang mendongak dan menatap pria itu seakan ada bara menyala di kedua matanya pun menjadi lebih tenang.

Olivia menatap sepasang mata hijau Simon, bersungguh-sungguh mencari maksud dari semua tingkah aneh dan membingungkan sang duke.

Simon terlalu pandai dalam perannya sebagai seorang pria bermartabat. Di setiap situasi, pria itu selalu mampu menghadapinya dengan begitu tenang dan terkendali.

Sebuah pemikiran yang telah lama ia simpan, namun kini menjadi semakin jelas, Olivia sangat yakin bahwa Simon akan melakukan semua hal demi mendapatkan keinginannya. Dan, pria itu memiliki kuasa dalam melakukannya baik secara baik-baik atau melalui kekerasan.

Bagaimana bisa aku melarikan diri dari iblis bertubuh malaikat ini?

“Olivia Poetri...” Simon membisikkannya bersamaan dengan jemari yang kembali menemukan jalannya untuk menyentuh lembut pipi gadis itu.

Ibu jari Simon yang bergerak naik dan turun di permukaan kulitnya, Olivia gemetar namun ia mengumpulkan semua sisa keberaniannya.

“Jawaban saya tetap sama, Yang Mulia Duke.” Ia berucap datar dan begitu dingin.

Simon menghentikan gerakan mengelusnya, ia diam menatap wajah gadis itu untuk beberapa saat. “Baiklah.” Ia menarik kembali lengannya menjauh. “Untuk saat ini, harus saya katakan padamu, nikmatilah rasa sakit yang bisa kamu tahan. Sampai waktu kamu akhirnya berubah pikiran, kamu bisa mencari saya.”

Simon melangkah pergi setelah mengatakan itu. Ia keluar dari toko Olivia dan segera disambut sopirnya yang bertugas mengantar dan membukakan pintu mobil untuknya.

Olivia berjalan ke arah pintu tokonya yang masih terbuka,  dengan nanar ia melihat kedua pria itu tidak berhenti, malah bersiap pergi ke tempat selanjutnya dan membuang setiap roti yang ia buat dengan sepenuh hati ke dalam tempat sampah yang ada.

Melihat itu semua, air mata Olivia kembali turun dengan derasnya. Satu lengannya berpegang ke pintu dan satunya lagi menutup mulutnya untuk tidak terisak kencang.

Simon memang sangat sempurna. Kesempurnaan itu bahkan meliputi kemampuannya yang sangat bagus dalam menghancurkan kebahagiaan orang lain semudah merebut permen di tangan seorang bayi.

Olivia terjatuh di lantai, saat ini kedua kakinya terasa begitu lemah untuk membuatnya berdiri.

Semua yang terjadi hari ini, firasat buruk yang ikut datang bersamanya, sebuah ketakutan bahwa rasa sakit ini akan bertahan selamanya.

Olivia menangis sejadinya.

♧♧♧

Paul memasuki sebuah ruangan privat di restoran mewah yang direservasi oleh neneknya.

Perasaan sesak kembali ia rasakan ketika wajah yang sekuat tenaga ia coba lupakan kembali terlihat di depan mata.

"Cucu Nenek! Senang rasanya bisa bertemu denganmu setelah sekian lama." Ivy beranjak dari kursinya hendak memberi pelukan hangat kepada Paul, namun dihiraukan pria itu dengan langsung menarik kursi dengan cukup keras dan mendudukinya.

"Kita berdua tahu, hubungan kita sudah terlalu rusak untuk bersikap hangat seperti itu," ujarnya datar.

Ivy menelan kembali sikap manis yang akan ia lakukan pada sang cucu. Wanita yang terkenal akan kegigihannya itu memasang karakter menakutkan sebagaimana ia terhadap orang-orang yang bekerja untuknya.

Paul menyeringai samar, tahu betul maksud dari perubahan raut muka sang nenek.

Dia hanya akan bersikap baik saat keinginannya dipenuhi saja, ketika lawannya memilih melawan, wajah profesional bak monster itu kembali ia pasang.

"Kembalilah dan pimpin firma hukum kita. Mamamu tidak becus melakukan pekerjaannya."

"Menurutku Mama baik-baik saja. Memangnya kesuksesan macam apa lagi yang ingin kamu raih, Nyonya Ivy Shefield?"

"Tidak ada yang bisa kamu perjuangkan di sini. Kenapa kamu tidak kembali ke Washington dan melakukan pekerjaan yang sudah ditakdirkan untukmu?"

Paul menepuk keras meja dan ia bangkit dari duduknya. "Cukup. Tidak ada perubahan dari pilihanku. Aku akan terus di sini dan melakukan pekerjaanku sendiri."

Ketika Paul hampir beranjak pergi, perkataan Ivy selanjutnya membuatnya membeku di tempat.

"Kariermu sebagai musisi sudah berakhir, Cucuku. Label musikmu telah mengkhianatimu dengan menjual hak rekaman dan semua lagu ciptaanmu."

...♧♧♧...

^^^*** the picture belongs to the rightful owner, I do not own it except for the editing.^^^

1
agnesia brigerton
Jadi duke nih lagi nunggu sampe Olivia lebih dewasa aja?? Setidaknya dia gak pedofil deh :)
agnesia brigerton
Gilakkkkk
agnesia brigerton
Udah manggil ayah mertua ajaa
agnesia brigerton
Aku padamu Olivia 😭😭😭
agnesia brigerton
😭😭😭
agnesia brigerton
Duh pulang kampung nih??😥
agnesia brigerton
Hubungan mereka kerasa sensual banget tapi menegangkan juga duh panas dingin jadinya 🙃
agnesia brigerton
Iya iya pergi aja dari duke obses ituu
agnesia brigerton
Gue tereak terus woiii
agnesia brigerton
What?????? Merk gaunnya terus lagu yang diputar????
agnesia brigerton
Tunangan asli kayak nyadar deh
agnesia brigerton
Benedict selama kerja sama duke gak kepikiran buat resign kah??
agnesia brigerton
Oke... oke... si duke obses nih parah
agnesia brigerton
Kamu kuat bangettt
agnesia brigerton
S-SIAP YANG MULIA!!
agnesia brigerton
UPSS 🤭🤭
agnesia brigerton
Lo kayaknya masih bingung deh sama perasaan sendiri 🙃🙃
agnesia brigerton
AAAA 😚😚😚
agnesia brigerton
Apa? Mau ngapain emangnya🤭
agnesia brigerton
AAAA GUE DUGUN DUGUN
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!