NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30

Gelap… tempat ini sangat gelap. Ketika aku membuka mataku, yang kulihat hanyalah kegelapan sejauh mata memandang. Aku berteriak dan berlari mencari cahaya. Tapi, yang aku temukan hanya kegelapan.

“Apa kau bahagia?” Tanya seseorang tiba-tiba, membuatku sangat kaget.

“Siapa?” Teriakku, sambil mencari asal suara itu. Namun, aku tidak dapat menemukannya, karena suara itu seolah-olah datang dari arah mana saja.

“Kau pasti bahagia, kan? Kau sekarang punya teman, dan kaupun sekarang jatuh cinta pada seseorang,” ucap suara itu semakin jelas dan keras, seolah-olah suara itu semakin mendekat ke arahku.

Aku terus memutar-mutar badanku, mencari asal suara itu. “Siapa kau?” Tanyaku lagi dengan panik.

“Kau terus hidup bahagia bersama keluarga, teman, dan orang yang kau cintai.

“Siapa kau? Keluarlah!” Teriakku.

“Kau terus hidup bahagia dan melupakan dosa yang telah kau lakukan. Apa kau pikir kau pantas mendapatkannya?” Tanyanya. Namun, kali ini asal suara itu menjadi sangat jelas, tepat berada di belakangku.

Aku menelan ludah, wajahku pucat saat perlahan memutar badanku ke belakang. Mataku langsung membelalak, melihat wajah seseorang dengan dahi, mata, hidung, dan mulutnya mengeluarkan darah, membuatku merinding.

“Dasar pembunuh!”

“Tidaaaaaaaaak!” Teriakku sambil bangkit dari tidur.

Nafasku terengah-engah, aku melihat ke sekelilingku, menyadari bahwa aku berada di dalam tenda.

“Mimpi?” Gumamku.

“Ada apa, Erina?” Teriak Nada dengan cemas ketika membuka pintu tenda.

Aku melihat ke arah Nada yang berdiri di pintu tenda, diikuti Arvin dan Reno yang berdiri di belakang Nada.

“Ada apa, Rin?” Tanya Arvin dengan nada khawatir.

“Ah, tidak! Aku hanya mengalami mimpi buruk!” Jawabku.

“Apa kamu memimpikan hal itu lagi?” Tanya Nada.

Aku tertegun, wajahku seketika pucat ketika mengingat mimpi itu lagi.

Arvin dan Reno saling pandang, tidak mengerti dengan apa yang Nada maksudkan. Nada kemudian menghampiriku, lalu memelukku dan mengusap kepalaku dengan lembut.

“Tidak apa, aku akan selalu ada di sisimu,” ujar Nada dengan lembut.

Belum genap beberapa detik, Arvin kemudian menarik tangan Reno, memberi kami ruang untuk berduaan.

“Umm,” Gumamku sambil mengangguk kecil. “Terima kasih, Nada!” Ujarku dengan suara serak.

Air mataku mulai mengalir, mencerminkan campuran perasaan haru, lega, dan terima kasih yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Di dalam pelukan Nada, aku merasa didukung dan dilindungi, menemukan ketenangan di tengah kecemasan dan ketakutan yang baru saja terjadi.

Beberapa menit kemudian, aku dan Nada keluar dari tenda, duduk di sekeliling bekas api unggun. Arvin dengan ramah memberikan gelas teh hangat padaku.

“Te-terima kasih!” Ujarku, menerima gelas teh dengan penuh terima kasih.

Aku meminum teh itu dengan perasaan hangat dan menenangkan. Arvin duduk di hadapanku, sementara Reno memberikan teh hangat pada Nada dan duduk di samping Arvin.

Ketika aku melirik ke arah Arvin, dia dengan tenang memakan roti bakar seolah tak ada yang terjadi.

“Ada apa?” Tanya Arvin, menyadari pandanganku.

“Apa kamu tidak ingin bertanya?” Tanyaku balik.

“Kalau kutanya, apa kamu akan menceritakannya padaku?”

Aku tertegun mendengar hal itu. Vin benar, untuk saat ini aku masih belum sanggup menceritakannya. Karena aku masih takut, kalau Arvin akan meninggalkanku ketika aku menceritakannya.

“Jika kamu tidak ingin menceritakannya, maka jangan ceritakan. Aku tidak akan memaksamu,” ucap Arvin.

“Tapi, aku merahasiakan sesuatu dari kalian.”

“Ya, lalu?” tanya Arvin.

“Eh?”

“Seseorang pasti punya satu atau dua rahasia. Jadi, jangan merasa terbebani oleh hal itu!” Ujar Arvin.

Aku tersenyum, merasa lega dengan kata-kata Arvin. “Terima kasih!” ujarku dengan lembut, merasa lega dengan pemahaman dan dukungan yang diberikan.

Reno kemudian membuka pembicaraan baru, menghidupkan suasana pagi dengan percakapan ringan. Kami menikmati sarapan sambil berbincang santai, saling berbagi cerita, pengalaman, dan harapan masa depan.

Atmosfer menjadi lebih ceria dengan tawa dan obrolan yang mengalir di antara kami. Kami merasa akrab dan nyaman dalam kebersamaan tersebut, tanpa tekanan atau kikuk. Setiap cerita yang dibagikan menjadi titik awal untuk lebih memahami satu sama lain dan mempererat ikatan persahabatan kami.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!