Novel ini terinspirasi dari kisah Mayor yang saat ini sedang viral di mana-mana. Ini hanya kisah fiktif belaka tidak ada sangkut pautnya dengan kisah nyata ataupun yang saat ini sedang viral. Nama tokoh dan nama negara Author samarkan ya🙏
*
*
*
Bagaimana jika seorang Presiden di sebuah Negara mempunyai ajudan para pria-pria tampan? Para Ajudan itu harus bekerja selama 24 jam tanpa henti untuk menjaga keamanan Sang Presiden.
Terlebih Mayor Rendi, Ajudan pribadi itu harus mengikuti sang Presiden ke mana pun tanpa ada waktu sedikit pun. Lalu, bagaimanakah takdir cinta sang Mayor?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 Bimbang
3 tahun pun berlalu, saat ini Mayor Rendi sudah menjadi Wadanyon dan bertugas di Batalyon. Sifat Mayor Rendi mulai kembali berubah, menjadi murah senyum karena di Batalyon banyak bertemu istri dan anak para tentara yang sangat mengidolakan dirinya. Dugaan dia akan terbebas dari fansnya ternyata salah, istri para tentara justru jauh lebih berani mendekati dirinya tapi walaupun begitu Mayor Rendi merasa nyaman.
"Kalian sedang apa?" tanya Mayor Rendi.
"Siap Pak, sedang bakar ayam!" jawab salah satu tentara.
"Oke, lanjutkan. Saya izin pamit dulu," ucap Mayor Rendi kembali.
"Siap, Pak!"
Semuanya memberi hormat kepada Mayor Rendi. Malam ini Mayor Rendi akan pulang menuju rumah Palapa karena besok adalah weekend dan dia ingin liburan di rumah setelah satu bulan lebih dia tidak pulang-pulang. Mayor Rendi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera nama Chika di sana. "Halo Dek, ada apa?" tanya Mayor Rendi.
"Abang jadi pulang gak?"
"Iya, ini abang lagi di jalan," sahut Mayor Rendi.
"Awas saja kalau bohong, besok Chika ulang tahun sudah 2 tahun, abang telat datang pokoknya Chika gak mau tahu, tahun ini abang harus ada di rumah dari awal sampai akhir," rengek Chika.
"Iya Dek, ini lagi di jalan mau pulang."
"Ya sudah, abang hati-hati di jalan."
"Siap, Tuan Putri." Mayor Rendi pun mematikan sambungan teleponnya.
2 tahun ke belakang, Mayor Rendi memang sedang sibuk-sibuknya karena banyak pekerjaan. Dan sekarang kebetulan sekali, waktunya sedang senggang. Sementara itu, di lain tempat seorang wanita cantik sedang merangkai bunga bersama dua pegawainya.
"Mbak, lebih baik Mbak makan malam dulu soalnya dari tadi Mbak belum makan," ucap Kiki.
"Sebentar lagi, tanggung sedikit lagi selesai," sahut Sasa.
Selama 3 tahun ini, Sasa mencoba membuat usaha sendiri dan dia memutuskan untuk membuat usaha toko bunga. Sasa sangat menyukai bunga, maka dari itu Sasa membuat toko bunga dan benar saja sekarang usahanya lumayan maju dan memiliki dua orang karyawan.
"Mbak Sasa, ini ada pesanan bunga untuk acara besok," ucap Lia.
"Hah, besok? mana bisa, didadak seperti itu? kan kita sudah ada di banner kalau mau pesan bunga dari sini, minimal harus pesan dulu dari satu minggu sebelumnya," kesal Sasa.
"Apaan sih Lia, ngapain juga kamu terima?" geram Kiki.
"Ya, habisnya mereka mau bayar berapa pun yang kita minta. Lumayan banget kan Mbak, malahan aku tawarin harga dua kali lipat pun mereka langsung setuju," sahut Lia.
"Serius kamu?" tanya Kiki tidak percaya.
"Iyalah, makanya aku terima saja," sahut Lia.
Sasa terlihat mengusap wajahnya dengan kasar dan itu membuat Lia merasa bersalah. "Maaf Mbak, aku salah. Kalau begitu, aku hubungi dia lagi dan batalkan saja semuanya," ucap Lia dengan menundukkan kepalanya.
"Memangnya dia butuh untuk acara apa? kalau pernikahan gak mungkin cukup waktunya kalau cuma sehari?" tanya Sasa.
"Atas nama Chika Isabella, putrinya mantan Presiden kita Bapak Wibowo," sahut Lia.
"Apa?" Sasa menjatuhkan gunting membuat Kiki dan Lia kaget.
"Ya Allah, Mbak tidak apa-apa?" tanya Kiki.
Sasa sangat terkejut mendengar nama Chika, padahal selama 3 tahun ini dia sudah berusaha melupakan keluarga Chika tapi sekarang justru Chika yang memesan bunga dari tokonya. "Lanjutkan pekerjaan kalian, aku mau makan dulu," ucap Sasa lemas.
"Baik, Mbak," sahut Kiki dan Lia bersamaan.
Sasa pun masuk ke dalam ruangan kerjanya dan duduk di kursi kerjanya. "Astaga, kenapa aku harus berurusan lagi dengan keluarga Chika? setengah mati aku berusaha melupakan kalian, tapi kenapa sekarang kalian hadir lagi dalam pikiranku?" batin Sasa.
Sasa merasa sangat bingung, di satu sisi, dia tidak mau bertemu dengan keluarga itu karena dia merasa malu tidak bisa membalas kebaikan mereka. Tapi di sisi lain, Chika adalah salah seorang yang sangat Sasa sayangi bahkan Sasa sudah menganggap Chika seperti adiknya sendiri.
"Kalau aku menerima pesanan ini, aku belum sanggup jika harus bertemu Mayor dengan Dita dan pastinya sekarang mereka sudah mempunyai anak. Tapi kalau aku menolak, aku kasihan sama Chika dan Chika akan merasa sedih jika aku menolak pesanannya apalagi itu buat hari spesialnya," batin Sasa bimbang.
Sasa benar-benar bimbang antara diterima atau ditolak. Tiba-tiba, perut Sasa terdengar bersuara karena dari tadi siang dia belum makan. "Astaga, perut aku sudah nagih ini," batin Sasa.
Dia pun, dengan cepat membuka nasi bungkus yang sudah Kiki belikan tadi sore. Sasa makan dengan lahapnya, namun tetap saja pikirannya bercabang untuk saat ini. Tidak lama kemudian, dia pun selesai makan dan dia juga sudah memutuskan semuanya.
"Kiki, Lia, aku sudah memutuskannya. Kita terima saja pesanan orang itu," ucap Sasa.
"Serius, Mbak? itu acaranya besok malam, dan dia juga minta bunganya yang segar semua," ucap Lia tidak percaya.
"Aku serius, kita kerjakan saja, aku yakin kita bisa. Lumayan, kita bisa dapat bonus besar dari pesanan itu," sahut Sasa dengan senyumannya.
"Oke, kalau begitu kita kerjakan sekarang," ucap Kiki penuh dengan semangat.
Chika memesan dekorasi bunga untuk di panggungnya saja, dan dia ingin memakai bunga mawar merah semua. Toko bunga yang lain tidak sanggup kalau pesanan dadakan karena harus memesan bunganya terlebih dahulu. Begitu juga dengan toko bunga Sasa, tapi dia berusaha untuk mencari bunga itu karena dia tidak mau mengecewakan Chika.
***
Keesokan harinya...
"Kiki, Lia, kalian duluan saja datang ke hotel dan dekor ruangan itu secukupnya dulu dengan bunga-bunga ini. Aku mau ke pemasok bunga dulu, mungkin nanti siang aku bisa nyusul kalian ke hotel," ucap Sasa.
"Baik, Mbak."
Sasa pun segera masuk ke dalam mobilnya dan pergi untuk mencari sisa bunga yang masih banyak itu. "Astaga, aku harus cari sisanya ke mana? sedangkan para petani bunga sama sekali tidak sanggup kalau harus menyediakan bunga sebanyak itu," gumam Sasa panik.
Sasa sudah menghubungi semua pemasok bunga yang biasa mengirim bunga ke tokonya dan ternyata masih banyak kurangnya karena Chika ingin full bunga. Pagi itu Sasa sangat sibuk mendatangi semua petani bunga dan pada akhirnya Sasa bisa mendapatkan bunga itu.
"Alhamdulillah, akhirnya bisa terkumpul juga. Sudah sore ini, kayanya aku harus segera ke hotel," gumam Sasa.
Sasa pun segera tancap gas dan pergi menuju hotel dengan sebuah mobil bak terbuka berisi bunga mengikutinya dari belakang. Kiki dan Lia sudah menghubunginya dari tadi karena Sasa janji akan datang siang, malah sore baru bisa menyusul mereka. Tidak bisa dipungkiri kalau hatinya saat ini merasa tidak tenang, karena dia takut bertemu dengan Mayor Rendi dan dia sama sekali belum siap.