Surga Cinta Impian

Oliver mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dengan santai ia meraih tangan Tasya dan menggenggam nya. Tasya yang diperlakukan manis seperti ini tak kuasa menahan semu merah di wajah nya.

Sesekali Oliver melirik ke arah Tasya yang begitu cantik dalam balutan kebaya warna merah menyala. Warna yang semakin menampakkan kilau cahaya kulit putihnya yang terekspos begitu jelas d bagian dada.

Memang mata laki-laki tersistem begitu pada format pabrikannya. Selalu tertarik pada hal yang iya-iya apalagi disuguhkan begitu saja terpampang nyata di hadapan mata.

Ditambah lagi dengan ukuran milik Tasya yang memang cukup memuaskan mata para lelaki. Tidak terlalu besar seperti model dewasa yang mungkin oversize. Namun sepertinya cukup pas dengan tangan kekar Oliver.

Argh, belum apa-apa Oliver sudah berpikir yang macam-macam dengan calon istrinya ini. Bagaimanapun Oliver juga pria normal yang menyukai lekuk tubuh wanita seperti Tasya kini. Ideal dengan ukuran tubuhnya yang tidak gemuk tapi juga tidak kurus.

Sebenarnya Oliver tidak bermaksud jelek. Hanya sedikit menikmati pemandangan indah di sisinya saat ini. Tasya yang tidak menyadari pikiran kotor pria di sampingnya hanya menunduk malu kala genggaman tangannya diraih oleh Oliver kemudian dikecupnya sekilas.

"Jadi, kamu menerima status kita kan?" Oliver memastikan kejelasan hubungan mereka saat ini.

"Maksud ku bukan memaksamu. Hanya saja kita bisa menjalaninya dengan status yang jelas. Bisa kan?" jelas Oliver kemudian.

"Ya, aku rasa kita bisa menjalaninya perlahan. Aku masih bisa memikirkan lagi pertanyaan yang di resto tadi kan?"

"Tentu saja kamu punya waktu untuk itu." jawab Oliver yakin.

Mereka kembali melanjutkan menuju butik langganan Tante nya Oliver sejak lama. Dulu ia sering diminta Tante Sarah untuk mengambil gaun pesanan nya di butik tersebut.

Setelah beberapa waktu di perjalanan, mereka pun sampai. Karyawan toko yang mengenali Oliver sebagai pelanggan mereka segera membantu Tasya untuk memilih beberapa dress yang tepat untuknya.

Tasya kemudian diarahkan menuju ruang ganti untuk mencoba beberapa pakaian yang sudah dipilihkan. Sembari menunggu, Oliver meminta karyawan yang tadi melayani Tasya untuk mengambilkan minuman untuk mereka.

Karyawan tersebut pun berlalu pamit untuk mengambil minuman untuk tamu langganan nya. Dengan langkah cepat Oliver menyusul Tasya yang sedang mencoba pakaian barunya di dalam kamar ganti.

Hampir saja Tasya memekik terkejut karena kehadiran Oliver yang begitu tiba-tiba. Kini mereka berdua dalam jarak yang begitu dekat karena kecilnya kamar ganti pakaian tersebut.

Oliver yang sudah tersihir kecantikan Tasya sejak tadi memberanikan dirinya untuk mengikis jarak semakin intim dengan calon istrinya ini. Tasya hanya bisa diam karena keterkejutan dan debat jantung yang tidak biasa seperti saat ini.

"Kalo yang lain lihat gimana?" Tasya takut ketahuan orang-orang di butik ini.

"Gak akan. Lagipula kamu kan calon istri aku, sayang." ah ya semua lelaki seperti nya begitu mudah berubah menjadi pakar komunikasi dan negosiasi saat proses perjuangan meraih yang ia inginkan, termasuk dalam hal yang iya-iya ini.

"Tapi....."

"Shhuuttt..." Oliver kian nekat. Matanya sudah berkabut penuh h*$rat saat menatap bibir kenyal kemerahan milik Tasya.

Tanpa ba-bi-bu lagi Oliver meraih tengkuk Tasya dan melahap bibir ranum Tasya dengan penuh n@f$u. Perlahan namun pasti kini gerakan tangan Oliver semakin menunjukkan bahwa ia seorang lelaki yang mudah terpikat dengan kemolekan tubuh wanita.

Tangan nya merayap semakin liar menuju gundukan kenyal milik Tasya yang sudah keluar dari kain segitiga penutup nya akibat tarikan paksa Oliver.

Sedikit m3nd3sah Tasya tidak bisa menahan h@$rat dari dalam tubuhnya lebih jauh. Gerakan kecil liar nya membuat senjata milik Oliver semakin menegang di bawah sana.

Belum puas dengan bagian atas, kini lidah Oliver turun ke bawah menyapu setiap jengkal kulit Tasya di bagian leher dan dadanya. Setelah dilepas seperti ini Tasya seakan sadar bahwa hal ini merupakan kesalahan jika mereka belum berstatus hubungan yang sah.

Dengan kekuatan yang ia miliki, Tasya mendorong Oliver menjauhi tubuhnya. Nafas terengah-engah nya menunjukkan bahwa ia pun sempat terbius n@f$u dan menahan gelora dalam dirinya.

"Sudah Oliver. Aku rasa kita tidak boleh seperti ini." tolak Tasya saat Oliver menatapnya penuh tanya.

Oliver memijat pangkal hidung nya. Ia pun baru menyadari bahwa tindakan mereka tadi belum waktunya.

"Maaf Sya. Aku tidak bermaksud mencuri start. Hanya saja... Aku... " Oliver tidak bisa melanjutkan perkataannya, ia bergegas menuju toilet yang tidak jauh dari kamar ganti untuk menuntaskan sesuatu yang ingin segera keluar dari dalam dirinya akibat pemanasan tiba-tiba tadi.

Terpaksa ia hanya bisa bersolo karir di dalam kamar mandi agar tidak membuat nya pusing tujuh keliling nanti.

"Aarggghhh. Shit! DP nya lumayan juga. Kamu senang boy?" Oliver bergumam sendiri bicara dengan junior nya di bawah sana yang masih ia pegang erat.