NovelToon NovelToon
The Killer?

The Killer?

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Sebuah kasus pembunuhan berantai terus saja terjadi di tempat yang selalu sama. Menelan banyak nyawa juga membuat banyak hati terluka kehilangan sosok terkasih. Kasus tersebut menarik perhatian untuk diselidiki. Namun si pelaku lenyap tanpa sebab yang jelas dan justru menambah kekhawatiran penyelidik. Kasus ini menjadi semakin rumit dan harus segera dipecahkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Undangan Kencan?

...PERINGATAN...

...Chapter ini mengandung adegan dewasa. Teruntuk pembaca tercinta, dimohon bijak dalam membaca. Terimakasih dan selamat menikmati....

Deburan badai telah berlalu. Permen kapas putih menemani langit luas berwarna ungu. Itulah pemandangan yang kami berempat lihat sambil melagu. Malam ini kami memutuskan untuk mengadakan pesta perayaan kecil-kecilan atas berhasilnya tertangkap pembunuh berantai lain yang mulai beraksi bulan lalu, juga merayakan bertambahnya anggota keluarga sekaligus maskot kami yaitu Chiya.

Sungguh menyenangkan meski lengan kiriku masih terasa menyakitkan. Di saat Leo sibuk membakar daging dan Julian memamerkan keahlian bergitarnya, aku hanya bisa bernyanyi riang ditemani Chiya yang menari gembira, di bawah langit ungu yang mulai bertabur bintik bintang pada halaman rumah Leo. Namun sepertinya kami kedatangan tamu spesial yang harus menghentikan sejenak kegiatan bahagia kami.

Aku dan Leo menatap ke arah wanita tinggi mungil yang rambutnya kian memanjang— hampir sebahu, wanita berparas manis itu berdiri santai pada pagar rumah Leo sambil bersandar. Julian yang menyadari reaksi aneh kami, sontak ikut melihat ke arah yang kami lihat lalu menatap heran pada kami. Mungkin ia tak bisa melihatnya.

“Ada apa? Ada apa? Mengapa suasananya menjadi tegang begini? Apa ada penjahat yang datang?” Tanya Chiya yang penasaran dengan polosnya. Ah, anak manis ini juga tak bisa melihatnya ya?

Aku menatap hangat dan tersenyum ramah pada Chiya lalu berkata “Chiya, hari sudah mulai malam, suhu udaranya juga kian dingin. Sebaiknya kamu tunggu saja di dalam agar tidak masuk angin. Nanti jika dagingnya sudah jadi, kakak akan panggil Chiya untuk makan bersama.”

“Tapi… Chiya masih ingin menari bersama. Suara kak Chyo bagus, dan lantunan gitar kak Ayon juga menyenangkan. Chiya masih ingin mendengarnya, mengapa kalian berhenti bermusik?” Tolaknya dengan nada manja merengek dan wajah cemberut, yang justru sama sekali tidak terlihat seperti sedang ngambek melainkan membuatnya semakin menggemaskan.

“Nurut sama kakak, ya? Sebelum kakak bentak kamu lagi seperti tadi sore, masuk rumah, sekarang!” Tegasku masih dengan nada bicara yang ramah dan senyuman manis, menahan diri untuk tidak membentaknya lagi seperti tadi. Anak mungil itu hanya menganggukkan kepalanya pelan sebelum berlari kecil menuju ruang hangat di dalam rumah Leo.

“Good girl,” ucapku lega sambil tersenyum manis setelah memastikan adik kecilku aman didalam. Aku tak ingin membuat anak polos itu harus mendengarkan percakapan serius yang mungkin sulit ia mengerti.

“Wow! Jadi seperti itu cara kak Chyo mendidik adiknya?” Seru Leo dengan nada menyebalkan meniru nama panggilan Chiya terhadap ku. Mengapa pria ini selalu meledek ku!?

“Berisik, kak Yeo! Masih ada hal penting yang harus kita uyus!” Balasku ikut meledeknya dengan pelafalan yang sengaja kubuat seperti anak kecil.

“Kalian ini, kapan dewasanya sih!? Apa yang kalian lihat di pagar sana!? Perempuan itu, hah!?” Amuk Julian mulai geram dengan tingkah kekanakan kami yang selalu bertengkar tak jelas.

“Ampun pak detektif!” Ucapku dan Leo secara bersamaan sambil menunjukkan sikap hormat sempurna pada Julian.

...***...

“Mengapa hanya diam disitu, nona?” Tanyaku pada wanita yang sedari tadi hanya mematung bersandar di pagar. Yang ditanya hanya melambaikan tangan tanda memanggilku agar menghampirinya. “Aku sedang kekurangan banyak darah dan terlalu lemas untuk berjalan ke sana,” lanjut ku setelah menyadari bahwa gadis itu tak ingin mendekat entah dengan alasan apa.

“Tak perlu malu, nona manis. Pangeranmu membutuhkan kecupan dari putrinya agar sembuh dari segala luka,” ucap Leo dengan santainya sambil meneruskan membakar daging.

“Oy!” Sentakku tak terima dengan sebutan ‘pangeran’ dan ‘putri’ yang ia julukan padaku dan wanita itu.

“Benar kan, kau membutuhkannya?” Tanya Leo dengan nada menyebalkan meledek ku sambil memberikan satu potong daging bakar dengan saus berwarna cokelat diatasnya padaku. “Nih, pangeran yang sedang terluka. Silahkan makan lebih dulu. Atau perlu disuapi oleh sang putri?” Lanjutnya sambil tersenyum jahil.

“Yang luka itu tangan kiriku! Aku masih bisa makan sendiri dengan tangan kanan!” Geramku merasa diperlakukan seperti anak kecil. Leo hanya tertawa kecil sambil mengacak rambutku.

“Kemarilah, Taira. Kau bebas memasuki rumahku kapanpun kau mau seperti kau memasuki rumah Picho. Tak perlu sungkan padaku,” ajak Leo mempersilahkan Taira untuk masuk lebih jauh pada halaman rumahnya. Wanita dengan baju serba hitam tipisnya itu membungkuk sopan lalu mulai melangkah mendekati kami bertiga.

“Ada apa?” Tanyaku lembut pada Taira setelah ia berada di dekat kami, sambil menyantap daging bakar buatan Leo.

“Lembut sekali cara bicara pangeran Picho pada putri Taira,” ledek Leo.

“Leo! Bisakah kita serius sedikit sebelum komandan Arron mengamuk untuk yang kedua kalinya!?” Sentakku mulai merasa muak dengan setiap olokkan yang terlontar dari mulut Leo.

“Oy!” Kali ini Julian yang menyentak.

“Tuh kan, kak Arron murka!” Ucapku takut padanya.

“Itu gara-gara kau, dasar bodoh!” Amuk Leo yang lebih mengerikan dari Julian, menyalahkanku.

“Sudahlah, itu tak penting!” Tegasku. “Taira, ada apa?” Lanjut ku kembali bertanya pada wanita yang sedari tadi hanya melempar bisu.

“Topeng,” jawabnya singkat.

“Oh, itu? Sudah diamankan kak Arron,” jawabku dengan jujur sambil menunjuk pada pria yang masih mendekap mesra gitarnya.

“Apa?” Tanya Julian yang tak bisa mendengar suara Taira.

“Dia menanyakan letak keberadaan topeng mengerikan itu,” jawabku dengan tenang.

“Apa-apan gadis itu!? Selama sebulan kita pusing mengurus pencuri topeng, kemana saja dia? Mengapa baru datang sekarang setelah semuanya sudah aman? Dasar tak becus!” Gerutu Julian kesal dengan Taira yang hanya datang sebulan sekali untuk membantu menyelesaikan masalah.

Seketika aku termenung. Benar juga apa yang dikatakan Julian. Sejak pertama kali aku bertemu dengannya tiga bulan lalu juga Taira menghilang tanpa jejak dan baru datang bulan lalu dengan alasan dia kesulitan menemukan keberadaan tempat tinggal ku, dan setelah rumahku digerebek polisi dia tak pernah menemuiku lagi. Baru sekarang ia kembali menampakkan wujudnya dihadapanku.

Sebenarnya ada apa dengan Taira? Mengapa dia hanya datang saat kasus sudah hampir terselesaikan? Apa dia hanya berfungsi sebagai papan penunjuk arah yang menuntun kami ke jalan berikutnya untuk menyelesaikan masalah? Atau dia juga sebenarnya mencoba membantu kami dari jarak jauh namun kesulitan untuk menyelesaikan masalah rumit ini? Yang paling menyebalkan adalah jika ia hanya menguji kemampuan kami dalam memecahkan kasus ini.

Aku menatap cemas pada wanita yang irit bicara itu. “Kau tidak sedang menguji kemampuan kami dalam menyelesaikan masalah, kan?” Tanyaku penuh harap pada Taira.

“Aku berkelana di gunung untuk mencari pohon besar putih berlubang yang kau impikan itu,” jawabnya singkat.

“Ketemu?” Tanya Leo ikut penasaran dengan percakapan kami. Pria yang sedari tadi sibuk membakar daging itu akhirnya memberikan satu porsi daging juga pada Julian, lalu memindahkan atensinya pada Taira.

Taira mengangguk sopan sebelum menjawab “Oleh sebab itu aku membutuhkan topengnya.”

“Jangan tanyakan pada kami, topengnya ada di tangan Arron,” jawab Leo tanpa irama.

“Lagipula, mengapa kau enggan sekali menampakkan rupamu pada kak Arron? Aku malas menyampaikan ulang suaramu padanya,” ungkap ku jujur. Taira berancang ingin merasuki tubuhku. Spontan aku terbelalak dan berkata “Eh, jangan rasuki aku lagi! Aku pening dan mual setiap ada yang mengendalikanku!”

Taira menghela nafas sejenak, menyentuh lengan kiriku dengan lembut, lalu mengecup luka dalam pada lengan yang ia sentuh tersebut. Perlakuannya cukup membuat degup jantungku tak beraturan, wajahku memerah karena gugup. Taira mengecup lenganku dengan sangat hangat, sedangkan Leo menutup matanya namun tetap mengintip dari sela-sela jarinya pura-pura malu melihat adegan aneh aku dan Taira.

“Kyaaah! Yang mulia putri\~! Anda sungguhan mengecup pangeran Picho? Manis sekali\~!” Ledek Leo dengan nada yang mendayu.

“Wo— woy!” Sentakku terbata-bata karena gugup bercampur malu.

“Hah!? Dikecup!? Di sebelah mananya!?” Tanya Julian yang terkejut bercampur penasaran dengan ucapan Leo tadi.

“Di mana ya? Di leher? Pipi? Ah! Atau di bibir!? Aku tak tahan melihat romansa mereka berdua,” jawab Leo sambil menunjuk beberapa area tubuhnya yang ia sebutkan dengan penuh gairah.

“Fitnah woy!” Teriakku dengan lantang berusaha meluruskan tuduhan Leo padaku.

“Tapi kau ingin kan, dikecup di bagian situ?” Rayu Leo sambil menatapku jahil.

“Sudahlah! Taira, untuk apa kau mengecup lengan kiriku?” Tanyaku pada Taira dengan nada penuh penekanan pada kalimat ‘lengan kiri’ agar Julian tidak termakan dusta Leo.

“Sembuhkan dulu luka hasil pengorbananmu itu, lalu temui aku di gunung tempat kita pertama bertemu. Jangan lupa bawa topengnya, akan ku antar kau pada pohon putih itu untuk menyelesaikan masalah yang harus diselesaikan,” jawab Taira berbisik lembut pada telinga kiriku hingga hanya aku yang bisa mendengar suaranya. Hal itu semakin menambah semburan merah pada wajahku yang sedang dilanda gugup ini.

Tak lama setelah mengatakan itu, Taira menghilang dari hadapan kami. Aku dan Leo sempat terlonjak kaget melihat wanita yang melenyap begitu saja layaknya hantu. Sepertinya Taira mulai menunjukkan kemampuan misteriusnya pada kami secara terang-terangan, membuatku teringat bahwa yang sedari dulu kulihat ini bukanlah wujud manusianya Taira.

“Apa yang ia katakan?” Tanya Leo dan Julian secara bersamaan setelah Taira menghilang.

“Entah, sepertinya dia ingin menemuiku secara khusus setelah tanganku sembuh? Tapi harus bersama topeng,” jawabku yang masih tenggelam dalam rasa gugup.

“Ciye! Pangeran Picho mendapat undangan kencan dari putri Taira tercinta yang cantik!” Seru Leo tak pernah puas meledek ku.

“Leo!” Sentakku entah untuk yang keberapa kalinya hari ini.

1
Amelia
waduh bahaya enggak tuh 😰😰
Amelia
salam kenal ❤️🙏 semangat terus
Cherry: Salam kenal juga, Terimakasih, kamu juga semangat 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
akhirnya author update, udh ditunggu tunggu.. btw happy birthday ya thor 🥳🥳🥳
Cherry: Makasih 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
senang nya dpt kabar dah mau update, di tunggu ya thoor🥳
Cherry: Makasih masih mau nungguin Author yang ga konsisten ini huwuuh… 😭🙏🏻
total 1 replies
Mpit
bilang aja pemiliknya itu gk mau bayar karyawan nya ahahah
Cherry: Bisa jadi 😁😂
total 1 replies
Mpit
Iyah ayolah,, MC jngn naif/Sweat/
Mpit: rada" wkwk
Cherry: Naif kah dia?
total 2 replies
Mpit
ga tau knp, gw ngerasa Phico punya kepribadian ganda,, nebak doang 🗿
Cherry: Hayo, Picho jenis orang seperti apa? 😄
total 1 replies
Mpit
selagi enak ya gaskennn🗿
Cherry: Tim penyuka pedas, gaskeun 🤩
total 1 replies
Mpit
loh,, gak telpon polisi/manggil warga sekitar gitu?? :(
Cherry: Namanya orang panik, mana kepikiran ke situ? 😁
total 1 replies
Mpit
kan emang jatoh dari sepeda :v ga salah sih
Cherry: Ga salah kan? Hehe 😁
total 1 replies
Mpit
bisa disebut "gadis kecil" aj sih haha
Cherry: Hehe, memang kecil dan mungil sih dia
total 1 replies
Mpit
daripada koma, lanjut dialog,, lebih enak dibacanya klo ditulis dialog, lanjutannya di bawah aja
Cherry: Terimakasih atas sarannya kakak, akan ku jadikan pelajaran di karya-karya berikutnya. 😊🙏🏻
total 1 replies
Mpit
dijadiin bakso enak tuh daging
Cherry: Kalau jual bakso daging manusia, ada yang mau beli ga ya? 😂
total 1 replies
Mpit
Hooo ku kira cewek wkwk

tipe cowok gondrong, kah? /Hey/
Cherry: Hehe, aku emang suka cowok gondrong 😁
total 1 replies
Husna Alifah
huhuu, di tunggu kelanjutannya thorr
Husna Alifah: ehehe, iya maaf ya thor, lama udah ga baca, karena terlalu sibuk 🙏🏻
Cherry: Eh? Kamu masih baca karyaku? Yaampun! Aku rindu banget, udah beberapa hari tak tinggalkan jejak di sini, huhu… 😭 Makasih masih setia menunggu 😊🙏🏻
total 2 replies
Husna Alifah
gapapa thor, tetap semangat yahh
Cherry: Siap, makasih 🥰🙏🏻
total 1 replies
Husna Alifah
aku Thaira thoor...
Cherry: Ok Ok, kita coba tunggu komen dari yang lain ya… kalau belum ada yang komen lagi sampe besok, aku bakal coba bikin Picho sama Taira, hehe. Makasih dah komen
total 1 replies
Husna Alifah
terus up thor.. sedih bngt sama episode ini TwT
Cherry: Besok up lagi. Sedihnya ini episode malah kejadian beneran sama dunia nyataku. Mirip tapi ga persis. #malah curhat /plak/ 😂
total 1 replies
Husna Alifah
update terus thor.. ga sabar kelanjutannya
Cherry: Terimakasih… Jangan bosen baca ceritaku ya 🥰🙏🏻
total 1 replies
Anita Jenius
Lanjut baca dulu
Cherry: Ok, selamat membaca 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!