Vania gadis lugu dan polos tidak pernah menyangka akan menjadi pengganggu di rumah tangga Dewa Askara seorang CEO terkenal dna sukses serta istrinya Daniela seorang artis terkenal.
Dewa membiayai pengobatan adik Vania hingga sebagai imbalan ia meminta Vania menjadi istri rahasianya.
Bagaimana nasib Vania? apakah ia akan di singkirkan dari kehidupan Dewa atau Daniela mau berbagi suami dengannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part30
Pagi tiba Vania segera terbangun melihat ke arah jam dinding di kamar. Ia sedikit kesiangan karena semalam Vania tidur menjelang pagi saat Dewa menghentikan aktivitas mencumbu Vania. Vania menyingkirkan perlahan lengan Dewa yang melingkar di pinggangnya. Ia meraih kimono mandi yang terlipat rapi di atas meja di samping tempat tidur. Vania turun dari ranjang memunguti gaunnya dan baju Dewa yang berserakan di lantai lalu memasukan kedalam keranjang baju kotor.
Vania mengguyur badannya di bawah shower. Ia mencuci rambut panjangnya hingga bersih lalu mengenakan skin care paginya. Ia menatap bayangan dirinya di cermin. Vania teringat kembali pertemuannya dengan Indra semalam di pesta. Tapi Vania sudah tidak memiliki perasaan apapun pada Indra, cinta nya saat ini hanya untuk Dewa.
"Apa yang kau pikirkan hmm?"
Vania terkejut mendapati Dewa melingkarkan kedua lengannya di pinggang Vania. Pria itu bahkan tidak sungkan tanpa memakai sehelai benang pun ia sudah menyapa Vania di kamar mandi.
"Ayo kak cepat mandi!" kata Vania malu-malu.
"Wajah mu merah kau malu? bukannya sudah melihat semua anggota tubuh ku? Kenapa masih malu?"
Vania menggelengkan kepala ia sedikit mendorong tubuh Dewa memasuki ruang mandi dengan pintu kaca transparan. Dewa menyalakan air dari shower dan mulai membasahi tubuhnya.
Sementara Vania menyiapkan stelan jas untuk Dewa. ia melirik ponsel milik Dewa yang bergetar di atas meja. Nama Daniela tertera disana. Vania hanya terdiam tidak menjawab panggilan itu. Daniela selalu berhasil membuat Vania merasa bersalah dan menganggap dirinya sendiri sebagai pelakor.
Daniela maaf..
Dewa telah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi mengenakan handuk putih yang melilit sebatas pinggangnya. Otot tubuhnya yang sempurna menandakan dirinya rajin berolah raga. diam-diam Vani di buat takjub dengan bentuk dan postur tubuh Dewa.
Vania lalu mengeringkan rambut Dewa dengan handuk kecil.
"Tadi Daniela menelpon" kata Vania masih sambil mengeringkan rambut Dewa.
"Biarkan saja"
"Aku merasa bersalah padanya" kata Vania yang sekarang merapikan rambut Dewa dengan gel dan menyisirnya rapi ke belakang.
"Tidak perlu merasa bersalah, semua yang terjadi padaku dan Daniela bukan karena mu"
Dewa berbalik menatap Vania, ia mengecup bibir Vania lalu tersenyum. Vania mengamati wajah di hadapannya begitu tampan dan ia sangat beruntung bisa memiliki pria seperti Dewa.
Vania mengancingkan kemeja Dewa ia lalu membiarkan suaminya itu mengenakan celana dan ikat pinggang.
"Sayang nanti malam aku mau keluar dengan Indrawan, kau ingat temanku yang di pesta semalam?"
"Iya aku ingat"
"Mungkin aku akan pulang terlambat"
"Baiklah" jawab Vania sembari merapikan dasi yang di kenakan Dewa.
"Jangan sayang, kenapa kau membiarkan ku pulang terlambat? seharusnya kau meminta ku pulang lebih awal agar kita bisa melakukan banyak hal di kamar"
Vania mencubit pinggang Dewa, entah kenapa suaminya terlihat jauh lebih agresif. Mungkin karena ia sudah berpisah dari Daniela jadi merasa lebih bebas dengan Vania.
"Ini pakai jasnya"
"Apa aku tampan?" Dewa menggoda Vania.
"Tampan sekali"
"Beri aku hadiah!" Dewa meraih pinggang Vania dan sedikit mengangkatnya agar tinggi mereka sejajar. Dengan malu-malu Vania mengecup bibir Dewa beberapa kali.
Rasanya aku tidak ingin berangkat ke kantor! Aku ingin terus bersama Vania tapi sederet meeting sialan itu sudah menunggu ku!
****
Rafly sudah berada di ruang kerjanya menunggu bos Dewa datang. Ia melihat ponselnya Daniela menelponnya beberapa kali. Sebenarnya Rafly mencemaskan kondisi Daniela paska perpisahan dengan Dewa. Wanita itu nyaris depresi.
Rafly meraih ponselnya ia hampir menelpon balik Daniela untuk menanyakan apakah Daniela sudah makan atau belum. Tapi segera Rafly urungkan karena ia merasa geli sendiri dengan pemikirannya barusan.
Kendalikan diri mu Rafly! Dia mantan istri bos mu!
Rafly segera meletakkan kembali ponselnya di atas meja kerja. Ia menyiapkan dokumen meeting sebelum Dewa tiba di kantor.
Di lokasi syuting, Daniela sama sekali tidak bisa fokus dengan naskah yang harus ia mainkan. Sebentar-sebentar ia menangis mengingat Dewa. sutradara dan rekan-rekannya di buat kesal dengan tingkah Daniela.
"Dewa...hiks..."
"Sudahlah kita break saja!" kata sutradara geram.
Daniela pergi ke bar untuk minum, ia ingin mengubur wajah Dewa dari piirannya. Semakin Daniela ingin melupakan Dewa ia malah semakin teringat kebahagiaannya dulu bersama pria itu.
Vania dasar pelakor awas kau! Kau sama sekali tidak pantas bersanding dengan Dewa!
****
Di sela meeting ponsel Rafly berbunyi, ada notifikasi pesan singkat berisi foto Daniela yang terkapar di salah satu bar.
Rafly memejamkan matanya geram, ia memang menyuruh orang untuk mengawasi Daniela agar wanita itu tidak berbuat nekat.
"Ada Raf?" suara Dewa mengejutkan Rafly hingga ia jadi gugup dan hampir menjatuhkan ponselnya.
"Oh tidak ada pak"
Dewa kembali melanjutkan mendengarkan presentasi dari kliennya. Ia tidak mencurigai Rafly.
Dewa melirik jam tangan mahal di pergelangan tangan kanannya. ia teringat janji dengan Indra untuk pergi ke bar bersama.
"Raf lanjutkan meeting, kau gantikan aku!"
"Baik pak"
Dewa berjalan pergi meninggalkan ruangan meeting.
Malam itu Dewa bertemu Indra keduanya membahas bisnis dan kontrak kerja sama yang akan Askara Company lakukan dengan perusahaan milik Indra.
Selesai membicarakan pekerjaan Dewa menanyakan hal pribadi pada Indra.
"Kenapa kau tidak menikah juga? Apa kurang wanita cantik di bumi ini?" tanya Dewa sembari meraih gelasnya. Indra hanya tertawa tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Dulu aku pernah mencintai seorang gadis, dia sangat berarti bagi ku"
Dewa terdiam menyimak dengan seksama. Menunggu kelanjutan cerita Indra.
"Lalu dimana gadis itu?"
"Susah menjadi milik orang lain" kata Indra seraya tersenyum.
"Oh sial! Kau kurang beruntung rupanya" celetuk Dewa.
"Hmmm aku bodoh sekali karena menyia nyiakan dia"
Terlihat gurat penyesalan di wajah Indra. Ia membayangkan wajah gadis yang pernah menempati ruang di hatinya itu. Dewa menepuk bahu Indra memberi semangat.
Ponsel Dewa berbunyi ada panggilan telepon dari Vania yang menanyakan ingin makan malam di runah atau tidak.
Tidak sayang kau makan lah dulu aku sudah makan dengan Indra, sebentar lagi aku pulang"
Indra melihat raut kebahagiaan di wajah Dewa. Dulu saat dengan Daniela ia tidak pernah melihat Dewa seriang itu. Berbeda saat sekarang bersama Vania.
Vania memang selalu membawa kebahagiaan.....-Indra-
*dinovel JUNA SUAMI PENGGANTI
juna menolong dan perhatian alena kau anggap juna melakukan kesalahan fatal terhadap angela
*tapi dinovel ini indra menolong dan perhatian pada vania tidak kau anggap kesalahan
thor ingat cara kau bersikap dalam novel2 mu akan menunjukkan karakter mu
sy ,bacanya jg semangat