Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh
seorang Evanindhia Sashikirana..bahwa pengkhianatan yang di lakukan oleh kekasih nya bersama adiknya sendiri telah memaksa dirinya
untuk menjauh dari hingar bingar kehidupan
glamor kota metropolitan.
Dia memutuskan untuk mengisolasi dirinya ke
sebuah kota kecil yang ternyata keadaan di dalam
nya sangat lah di luar dugaan. Kehidupan liar dan
ekstrim harus dia lalui di sana yang bahkan tidak
pernah terlintas sedikitpun kalau dia akan masuk
dan mengalaminya sendiri.
Dia adalah seorang gadis kota dengan segala
pesona luar biasa yang di milikinya hingga di
setiap kemunculannya akan langsung menyihir
dan membius mata semua orang yang selama
hidupnya belum pernah melihat mahluk cantik
seperti dirinya.
Bagaimanakah Kiran akan dapat menjalani
kehidupan liar nya di kota kecil yang tidak di
kenal nya sama sekali.? Akankah dia menyesali
semua keputusan nya yang telah membawa
dirinya ke dalam kesulitan.??
** Ambilah hikmah yang terkandung di balik
setiap peristiwa **
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Tertabrak
**********
Pertemuan akhirnya selesai. Waktu sudah mulai
merayap sore. Kiran bersama Lia keluar dari
ruang pertemuan sementara klien nya sudah
pamit duluan karena ada urusan penting lain
yang sedang menunggunya.
"Lia kamu tidak apa-apa kan kembali ke kantor
sendiri.? saya masih ada urusan lain."
"Tidak apa-apa Bu, kebetulan saya bawa mobil sendiri.!"
"Baiklah kalau begitu..sampai ketemu di kantor."
"Baik bu..saya permisi duluan."
Lia menunduk sebentar setelah itu berlalu
kearah berbeda dengan Kiran yang melangkah
menuju lift khusus yang akan membawanya
ke privat parking di basement.
Kiran berdiri tenang menunggu lift terbuka,
hati dan pikirannya kembali melayang pada
sosok Agra. Baru sebentar tidak melihatnya
tapi hatinya sudah terasa begitu hampa, apa
artinya ini Tuhan..apakah hatinya sudah
jatuh kedalam pesona pria aneh itu.?
Lamunan Kiran tiba-tiba buyar saat ponselnya
berdering, alisnya bertaut melihat nomor tidak
di kenal kini sedang menghubungi nya.Dengan
sedikit ragu Kiran menyentuh tombol hijau lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Hallo.."
"Kiran..aku ada urusan mendadak, jadi tidak
bisa menunggumu sampai selesai."
"Agraa..? kau ada dimana sekarang.?"
"Aku ada di suatu tempat..! nanti malam aku
akan menjemputmu lagi di kantor.! sekarang
turunlah ke bawah, ada sopir yang menunggu
mu di sana.!"
"Ohh..apa urusanmu itu sangat penting.?"
Ada nada kekecewaan yang tersirat dari suara
Kiran, hening sebentar, tidak ada sahutan.
"Tidak sepenting dirimu.."
Wajah Kiran memerah seketika, jantungnya
langsung saja bergelombang.
"Dasar gombal..!"
Desis Kiran menggigit bibirnya sendiri seraya
memejamkan mata mencoba menetralkan
detak jantung nya yang semakin tidak karuan.
"Aku tahu saat ini kau sedang memikirkan ku.!
kau tidak bisa jauh dariku kan.."
"Agraa... sudah.! itu tidak benar.!"
Potong Kiran dengan wajah yang semakin
memerah. Jiwanya semakin meronta.
"Baiklah..begitu urusanku selesai aku akan
segera datang menjemputmu Nona Kiran.."
"Baiklah..aku tunggu kamu di kantor.!"
"Jaga dirimu baik-baik..!"
Sambungan telepon terputus membuat Kiran
hanya bisa menatap Nanar layar ponselnya.
Walau ada sedikit gurat kekecewaan, namun
bibirnya tersenyum tipis karena akhirnya dia
bisa memilki nomor Agra.
Dengan senyum yang tiada henti tersungging
dari bibir indahnya Kiran tampak asyik sendiri
menyimpan nomor Agra di ponselnya. Dia
memikirkan nama yang cocok untuk nya
' Suami Dadakan' sepertinya cukup cocok.
Bibirnya kembali tersenyum puas.
Kiran tersentak ketika tiba-tiba tangannya di
tarik paksa masuk ke dalam lift yang terbuka.
Dia membulatkan matanya saat melihat siapa
orang yang telah menarik paksa dirinya. Pintu
lift tertutup kembali dengan cepat membuat
mata Kiran semakin melebar. Dia mencoba
meraih tombol lift tapi sosok itu menghalangi
nya lalu menyeret tubuh nya ke dinding.
"Nathan..apa yang kau lakukan.?"
Geram Kiran mendorong keras tubuh pria itu
yang kini langsung mengurung dirinya di
dinding lift. Lengan kokohnya memerangkap
kedua sisi tubuh Kiran. Keduanya saling
pandang kuat mencoba mengeluarkan
segala ganjalan yang ada dalam hati
masing-masing.
"Dua hari ini aku pergi ke luar kota. Apa kau
tahu aku sangat tersiksa karena tidak bisa melihatmu.!"
Kiran memepetkan tubuhnya ke dinding lift
karena Nathan semakin merangsek maju. Mata mereka bertemu panas, ada gejolak kerinduan
yang terlihat dari sorot mata Nathan yang kini
membakar jiwanya. Saat ini dia tidak bisa lagi
mengontrol dirinya.
"Lalu kenapa kamu ada di tempat ini.?"
Tanya Kiran dengan tatapan yang semakin tidak nyaman, tangannya di pakai untuk menekan
dada kekar Nathan. Tatapan pria itu semakin mengunci wajah cantik Kiran seakan ingin menerkamnya saat ini juga.
"Aku sengaja menyusul mu kesini Kiran..aku
tahu kamu ada pertemuan di tempat ini."
"Kamu benar-benar tidak masuk akal.!"
"Kamu yang sudah membuatku seperti ini.!"
"Nathan..aku mohon hentikan semua sikap
konyol mu ini, semuanya tidak akan pernah
berubah sama sekali.!"
"Akan kulakukan apapun untuk bisa memiliki
dirimu lagi Kiran..!"
"Tapi itu tidak mungkin Nathan. Kita tidak
akan bisa bersama lagi.!"
"Kau sangat membenci semua yang telah
terjadi, itu membuktikan kalau kamu masih
sangat mencintaiku Kiran."
Tangan kiri Nathan melingkari pinggang kecil
Kiran kemudian menarik tubuh nya lebih
merapat.Tubuh Kiran menegang, bergetar
hebat di penuhi kecemasan.Wajah Nathan
kini semakin mendekat.
"Nathan lepaskan aku..!"
Desis Kiran tidak tahan lagi karena tubuh
mereka kini semakin merapat hingga dada
sintalnya menempel ketat di dada Nathan
membuat darah pria itu mendidih seketika.
Tangan kanan Nathan meraih dagu Kiran,
bibir sensual yang sangat menggoda itu kini
berada di hadapannya. Hasrat Nathan semakin
membara. Matanya mengunci bibir Kiran
dengan tatapan yang sangat bergairah.
"Aku sangat merindukanmu Kiran sayang.."
Dengan gerakan cepat Nathan menyergap
bibir ranum Kiran yang terkejut seketika dan
langsung meronta mendorong keras tubuh
Nathan, cairan bening kini mulai berjatuhan.
Tapi Nathan kembali mencoba memagut
bibir merah itu, gerakan Kiran terkunci dia
benar-benar tidak berdaya kini.
Kiran hanya bisa memejamkan mata seraya
menjerit dalam hati saat pria itu *******
kuat bibirnya. Darah Nathan semakin terbakar
saat dia merasakan manis dan lembut nya
bibir Kiran. Ini benar-benar gila ! daya tarik
seksual yang keluar dari tubuh Kiran membuat
Nathan menggila, dia tidak akan pernah bisa melupakan sensasi nikmat nya bibir ini.!
Sekuat tenaga Kiran mengatupkan bibirnya.
Dengan sisa kekuatan nya Kiran menendang
kuat kaki Nathan hingga ciuman itu akhirnya
bisa terlepas. Nathan mundur beberapa
langkah membuat kungkungan nya terlepas.
Wajah Kiran merah padam, tatapannya
menyala di penuhi oleh emosi yang kini
sudah menguasai dirinya, bathin nya perih
bukan main.
"Kenapa kamu melakukan ini padaku Nathan..?"
Seru Kiran di tengah isak tangisnya seraya
mengusap kasar bibirnya. Air matanya jatuh
bagai air terjun. Dia benci semua keadaan ini, bagaimana kalau Agra tahu semua ini.!
"Kenapa aku tidak boleh melakukannya Kiran.?
Aku ini laki-laki normal, aku memiliki hasrat
dan keinginan untuk di salurkan.!"
Mata Nathan terlihat di penuhi oleh kabut samar, antara napsu dan juga kemarahan yang tertahan
di dadanya. Tapi juga ada sedikit rasa bersalah
melihat tangisan Kiran.
"Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi Nathan.! dan yang harus kamu ingat..sekarang
ini aku sudah menjadi istri seseorang.! hanya
suamiku yang memiliki hak penuh atas diriku.!"
"Aku tidak perduli semua itu Kiran..kau adalah
milikku.! dan akan selalu seperti itu.!"
"Kamu benar-benar sudah kehilangan akal
sehatmu Nathan.!"
"Ya..aku gila karena mu Kiran.!"
Nathan kembali maju, tapi Kiran menatapnya
tajam penuh intimidasi.
"Berhenti Nathan.! atau aku akan berteriak.!"
Pekik Kiran membuat Nathan menghentikan
langkah nya, dia menatap Kiran masih berusaha
untuk meredam gejolak hasratnya.
"Dengan perbuatan mu barusan..aku semakin
membencimu Nathan.! aku benci sama kamu.!"
Seru Kiran seakan kehilangan kendali, Nathan
terhenyak, wajahnya berubah gusar.
"Kiran sayang dengarkan aku.. sungguh aku
tidak bermaksud merendahkan mu..aku..!"
"Cukup..! jangan bicara lagi..!"
Teriak Kiran seraya menutup wajahnya. Nathan
semakin gusar, dia menatap menyesal kearah
Kiran yang kini menangis tersedu.
Pintu lift bergetar kuat, ada tendangan keras
dari arah luar. Tidak lama pintu besi itu pun
terbuka paksa dari luar. Ada dua orang pria
tinggi kekar yang kini menatap tajam kearah
Nathan. Kiran melirik kearah dua orang pria
itu dengan perasaan was-was.
"Jangan khawatir Nona..anda aman sekarang.!"
Ucap salah seorang dari pria kekar tadi sambil
maju merangsek kehadapan Nathan.
"Siapa kalian hehh..? hei.. Kiran.. tunggu ! Kau
harus pulang bersamaku.! Kiran..!"
Nathan berteriak saat melihat Kiran bergegas
keluar dari lift. Namun dua orang pria kekar
tadi kini menghadang langkah nya kemudian
mencengkram kuat kerah bajunya.
"Siapa kalian.? apa kalian tidak tahu siapa aku.!
berani sekali melawan seorang Nathan Wiranata.!
Nathan menepis keras cengkraman pria yang
satunya dengan tatapan penuh kemarahan.
"Anda sudah berani menyentuh milik Tuan kami.
Itu benar-benar tidak bisa di maafkan !"
Buk buk !
Akhirnya perkelahian pun tidak terelakkan lagi.
Nathan melawan dua orang pria itu yang kini
berusaha menyerang dan melukainya. Namun
bukan Nathan namanya kalau harus tumbang
begitu saja. Dia bukanlah sosok pria tampan
yang hanya bermodal tampang saja, namun
ilmu bela dirinya pun cukup mumpuni.
Tidak lama dua pengawal Nathan datang kesana
membuat perkelahian semakin seru dan sengit.
Nathan bisa keluar dari pertarungan yang hanya membuat dirinya gerah saja. Dia tampak kesal,
mengibaskan jas nya yang kusut, mendengus
geram kearah dua pria kekar tadi.
Dia segera melangkah pergi dari tempat itu
untuk menyusul Kiran yang saat ini sedang
berlari kearah lain.
Kiran berlari sekuat tenaga menyusuri koridor
hotel langsung keluar lewat pintu samping. Saat
ini rasanya dirinya tidak punya muka lagi untuk bertemu dengan Agra. Apa yang harus dia
katakan nanti di hadapannya.?
"Agra..maafkan aku..aku tidak bisa menjaga diri
dan kehormatan ku..aku sangat memalukan !"
Lirih Kiran di tengah sedu sedannya sambil tiada
henti mengusap air mata yang jatuh bercucuran membasahi wajah cantiknya. Dia berjalan cepat
keluar area hotel untuk menyetop taksi di pinggir
jalan yang biasa nya berada di sebrang hotel.
Kiran berlari menyebrang jalan dengan pikiran
yang tidak menentu. Dia mengabaikan prosedur
keselamatan diri, tidak melihat kedua arah jalan hingga tidak sadar dari arah kanan datang sebuah mobil mewah yang sedang melaju cukup cepat.
"Aaa...."
Kiran membulatkan matanya sempurna saat
mobil itu melesat cepat kearahnya dengan
suara decitan rem yang sangat keras.
Tubuh Kiran ambruk di tengah jalan dalam
keadaan tidak sadarkan diri. Darah mengucur
deras dari kedua pelipisnya.
Pengemudi mobil bergegas keluar dan berlari
menghampiri Kiran. Orang-orang yang ada di
sekitar jalan itu pun kini mengerubungi tubuh
Kiran yang bermandikan darah.
Sopir mobil mewah itu tampak sedikit gugup.
Dia segera melangkah kearah jok belakang,
mencoba berbicara pelan sambil menundukkan
kepalanya pada penghuni mobil tersebut yang
terlihat sedang duduk tenang merebahkan
tubuhnya ke sandaran jok seraya memejamkan
mata, benar-benar santai, tidak terpengaruh
sama sekali oleh kegaduhan yang terjadi di
luar mobilnya.
"Cepat bawa masuk ke dalam mobil..!"
Hanya itu kata yang keluar dari mulut nya.
"Baik.."
Sahut Sopir tadi sambil kembali membungkuk
dalam kemudian melangkah kearah Kiran.
"Bapak-bapak tolong bantu saya memindahkan
nya ke mobil. Kami akan membawanya sendiri
ke rumah sakit.!"
Pinta sopir tadi sambil meraih kepala Kiran ke
dalam pangkuan nya. Sopir itu adalah seorang
wanita berusia 30 tahunan.Tampaknya dia
cukup kesulitan kalau harus mengangkat tubuh
Kiran sendirian.
Tanpa banyak tanya dua orang pria yang ada di
tempat itu segera membantu sopir tadi untuk
mengangkat tubuh Kiran di masukkan ke dalam
mobil mewah tersebut.
Tubuh Kiran di dudukkan bersandar lebih rendah
ke belakang, kemudian sopir tadi memasangkan sabuk pengaman ke tubuhnya. Penghuni mobil
tadi melirik kearah Kiran, menatapnya dalam
diam tanpa reaksi berlebihan.
Pintu mobil tertutup otomatis saat sopir itu
kembali ke balik kemudi kemudian mulai
melajukan mobilnya dengan perasaan cemas
akan keadaan Kiran.
------- -------
Istana besar bergaya Eropa klasik itu berada di
sebuah kawasan milik pribadi yang di kelilingi
oleh taman serta hutan buatan yang cukup luas.
Ada danau, ada lapangan golf serta taman
bunga yang sangat indah memanjakan mata.
Istana bercat putih ini pun memiliki sistem dan
prosedur keamanan yang sangat ketat serta
terintegrasi dari satu kawasan ke kawasan lain
nya mengingat luas dan megahnya tempat ini.
Di sebuah ruangan khusus selayaknya ruang
perawatan kelas VVIP di rumah sakit mewah
saat ini keadaannya sedang sangat sibuk.
Seorang Dokter pribadi serta 2 orang perawat
tampak sedang menangani pasien tabrakan
dengan kondisi yang cukup mengkhawatirkan.
Darah terus saja keluar dari pelipisnya. Pasien
itu tiada lain adalah Kiran. Ternyata gadis itu
di bawa ke istana ini oleh penghuni mobil tadi.
Sopir yang membawa Kiran tadi terlihat ada
di dalam ruang perawatan itu bersama dengan
2 orang lainnya. Seorang wanita juga seorang
pria setengah baya. Wajah mereka terlihat
sedikit cemas melihat kondisi Kiran belum
juga berhenti mengeluarkan darah.
Ada seorang pelayan berseragam hitam putih
masuk kedalam ruangan itu.
"Ada apa.?"
Tanya pria setengah baya tadi pada pelayan itu
yang kini menunduk di hadapannya.
"Maaf kepala pelayan..Nyonya Besar memanggil
anda ke kamarnya."
Pria itu tampak menegakkan badannya. Dia
melirik kearah wanita di sampingnya.
"Kau awasi penanganan ini aku akan menemui
Nyonya dulu.!"
"Baik..!"
Sambut wanita itu seraya mengangguk sedikit.
Kepala pelayan tadi langsung pergi keluar dari
ruangan steril itu.
Setelah melakukan penanganan darurat dan
cepat selama kurang lebih 2 jam akhirnya
pendarahan bisa di hentikan dan keadaan
Kiran saat ini sudah stabil. Hanya saja kulit
gadis itu terlihat sangat pucat tanpa rona
karena cukup banyak mengeluarkan darah.
"Bagaimana keadaannya Dokter, tidak ada
luka serius kan.?"
Tanya wanita berseragam formal tadi, usia
nya sekitar 40 tahunan. Penampilannya rapi
dan sedikit maskulin untuk ukuran wanita
dewasa, sangat menarik dan cukup elegan.
Dia merupakan wakil kepala pelayan di istana
super megah ini.
"Tidak ada yang perlu di khawatirkan..dia
hanya tinggal memulihkan kondisinya,
untung saja tidak ada luka dalam."
Jawab Dokter itu yang merupakan Dokter
pribadi di istana ini. Wanita tadi mengangguk
dengan ekspresi wajah lega. Dia menatap
wajah Kiran yang tetap terlihat mempesona
walau dalam keadaan pucat sekalipun. Saat
ini Kiran sudah berganti pakaian karena yang
di pakainya tadi berlumuran darah.
"Apa dia bisa di pindahkan ke kamar biasa
atau biarkan saja dulu di ruangan ini.?"
Kembali wanita itu bertanya dengan tatapan
tidak lepas dari wajah pucat Kiran.
"Untuk sementara biarkan saja dulu di ruangan
ini sampai habis cairan infus nya."
"Baiklah kalau begitu.."
Dokter tadi tampak merapihkan semua peralatan
medis pribadinya kemudian menyampirkan tas
ke bahunya.
"Saya harus kembali ke rumah sakit sekarang,
nanti malam kesini lagi untuk melihat kondisi
nya. Perawat akan terus mengawasi nya,
mungkin nanti malam dia baru siuman."
Ujar Dokter itu sambil kemudian melangkah
keluar dari ruang perawatan di ikuti oleh
wanita tadi.
"Agraa..."
Kiran bergumam lirih membuat para perawat
yang sedang merapikan peralatan tampak
meliriknya, menatapnya dalam diam. Mereka
saling pandang dengan alis terangkat kuat.
Agra..?? apakah yang di gumamkan oleh gadis
ini Tuan Agra Bintang.?
Mereka mengangkat bahunya bersamaan,
kembali pada kesibukannya merapihkan
alat-alat medis yang baru saja di bersihkan.
"Agraa.. maafkan aku..."
Kembali Kiran mengigau pelan. Dua perawat
itu menghentikan aktifitas nya, mendekat ke
arah Kiran, kemudian meraba kening gadis itu.
Mereka tampak terkejut, demam.??..
**********
TBC.....