Menikah dengan pria yang dicintai merupakan impian setiap wanita. Begitu pun dengan ku,bisa menikahi pria yang tak hanya kucinta,tetapi juga rupawan dan tentu baik hatinya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi ku. Ditambah mertua dan ipar dan keluarga suami begitu menyayangi ku.Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Hal itu berawal di saat aku memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang gak sengaja aku temukan di pabrik tempat aku bekerja. Suami,mertua,ipar dan semua keluarga nya menentang,yang katanya asal usul bayi itu tidak jelas.
"Kamu itu gimana sih,kok bisa-bisanya adopsi bayi itu tanpa persetujuan kami ? Gimana kalau bayi itu hasil dari hubungan gelap ? Asal usul nya gak jelas,bisa saja kan bayi itu hasil hubungan gelap,karena tak diinginkan makanya dibuang ,lah kamu malah pungut tuh bayi haram !" Ujar ibu mertuaku dengan kesal.
Sebagian cerita ini aku ambil dari kisah nyata dari beberapa narasumber di sekitar ku juga sebagian ada kisah ku juga.Jangan lupa like dan komen ya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qsk sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Dengan langkah sedikit sempoyongan aku berjalan menuju luar,rasa penasaran menyeruak di dada.
Siapa yang datang ?
"Mbak,...." Aku menoleh sebentar pada Mas Bayu
"Wajah nya pucat banget,mbak sakit ? kita ke dokter !" Ucap nya nampak jelas gurat kekhawatiran di wajah nya.
"Gak usah ! Saya gak apa-apa kok, hanya butuh istirahat saja " Ucap ku menolak dan kembali ku langkahkan kaki ini hingga sampai di luar.
Mataku menyipit saat berada di ambang pintu. Silau nya matahari membuat kepalaku semakin terasa pusing.
"Neng Mila...."
Aku tersenyum tipis melihat mang Usep yang tengah mengobrol dengan ayah di teras. Ternyata yang datang adalah Mang Usep.
"Eh,mamang. Gercep banget udah sampai sini saja " Ucap ku bercanda
"Iya,dong. Rezeki itu harus dijemput. Hehe..."
"Bener itu mang " Sahut ku. Aku lantas melirik ayah.
"Tadi saya ke rumah neng Mila,tapi neng Mila nya gak ada, di sana juga gak ada siapa-siapa,kata tetangga katanya pada pergi,ya sudah biar semua nya jelas mamang ke sini saja niat nya mau menanyakan langsung pada pak Rahmat ,soalnya di telpon neng Mila gak jawab"Ujar mang Usep
"Iya mang,maaf tadi saya ketiduran abis nelpon mamang" Sahut ku merasa tak enak
"Jadi ini bikin kamar nya di mana ya,di ruang neng Mila atau di sini ?" Tanya mang Usep.
"Di sini mang, insyaallah mulai saat ini aku tinggal di sini. Rencana nya kamar yang baru buat Mas Bayu "Ucap ku
"Loh,kenapa atuh ? Neng Mila berantem sama suami ?" tanya Mang Usep lagi
"Jangan kepo ! Intinya kamu bisa apa enggak kerja sama anak saya ? Kalau enggak masih banyak orang lain yang mau !" Ucap ayah sambil menepuk lengan mang Usep.
"Mau dong ! Rezeki anak-anak dan istri saya ini mah ,jangan ditolak" Ucap Mang Usep cepat
"Nah gitu dong ,jangan banyak tanya nanti juga tahu sendiri" Ucap ayah lalu melirik padaku.
Ayah tersenyum," Tadinya ayah mau bicarakan ini sama kamu juga sama ibu,ayah juga tadi sudah tanya sama nak Bayu. Barangkali dia tidak akan melanjutkan ngekos di sini,tapi kata nak Bayu dia udah betah tak ingin pergi" Ucap ayah
"Hah ...?" Aku melirik ke arah Mas Bayu
"Hehe...iya mbak. Di sini saya merasa punya keluarga ke dua,apalagi semenjak ada Arvan. Rasanya gak bisa jauh-jauh dari Arvan. Jadi saya putuskan untuk tetap ngekos meski harus tidur di warung" Ujar Mas Bayu
"Jadi, bagaimana kalau kita sekalian saja bikin kos-kosan. Tuh tanah di depan itu masih kosong daripada ditumbuhi semak belukar dan pohon pisang yang gak mau berbuah " Ucap ayah sambil menunjuk tanah kosong di depan rumah. Tanah itu merupakan tanah warisan keluarga ayah. Karena ayah anak tunggal jadi semua nya jatuh ke ayah dari mulai kebun,sawah,dan beberapa bidang tanah.
"Untuk biayanya biar ayah saja,uang kamu lebih baik kamu gunakan saja untuk membeli mobil. Kasihan Arvan kalau naik motor nanti kepanasan. Belum lagi kalau musim hujan "ucap ayah
"Yang murah dan bekas juga gak apa-apa asal mesin nya lancar dan terlindung dari sengatan matahari juga air hujan" Lanjut ayah
"Ngomong-ngomong neng Mila teh lagi sakit ya ? Kok muka nya kelihatan pucat ?" Tanya mang Usep.
"Iya mang,agak kurang enak badan " Ucap ku sambil tersenyum tipis
"Ya sudah kalau gitu kamu istirahat saja. Jangan mikirin yang lain dulu. Arvan juga lagi sama ibu dibawa belanja perabotan serba lima ribu ,tuh di sana " Ucap ayah seraya menunjuk ke arah jalan.
"Ya sudah yah,kalau ayah mau nya gitu "Lirih ku. Apa yang dikatakan ayah ada benar nya juga. Sudah lama sebenarnya aku ingin membeli sebuah mobil. Tapi sampai saat ini belum juga kesampaian. Aku yang harus selalu diam-diam dengan uang yang aku miliki membuat aku tak bisa leluasa ,tapi kini tak akan ada yang bisa menahan ku. Apapun itu selagi bermanfaat untuk ku dan juga Arvan akan ku usahakan.
"Ayah kamu benar,mending kamu beli mobil. Urusan sama mang Usep biar jadi urusan ayah kamu saja. Kamu harus tunjukin sama mereka,biar mereka nyesel udah menyia-nyiakan kamu dan tambah iri nanti sama kamu" Ucap ibu yang baru saja datang,dengan membawa berbagai perabotan di tangan nya. Mulai dari baskom berukuran sedang,toples,teko air,sutil, parutan,dan masih banyak lagi. Sementara tangan satunya menuntun Arvan yang sudah belepotan dengan eskrim. Ditangannya masih ada sedikit yang sudah mencari mengenai tangan nya.
"Ya Allah Bu,...itu Arvan kenapa dikasih eskrim ?" Protes ku segera mengelap wajah nya dengan ujung baju ku. Dan itu reflek saja,kulakukan.
"Biarlah Mil,.. sekali-kali boleh asal jangan tiap hari saja. Lagian ibu gak tega,tadi dia nangis pengen eskrim. Daripada nangis kan jadi ini kasih saja" Ucap ibu membela diri
Aku hanya menghela nafas,"Ya udah,kali ini saja,lain kali gak boleh " Ucap ku pasrah
"Arvan sayang ,kita mandi yuk !" ajak ku namun Arvan malah menggeleng cepat.
"Ayo lah ,ini sudah pada lengket semua,badan kamu juga udah bau acem gak enak dicium" Ucap ku sambil menutup hidung.
"Udah ah,jangan nego-nego. Pokoknya kamu mandi " Aku segera mengangkat tubuh mungil itu lalu membawa nya ke kamar mandi. Arvan menggeliat-geliat meminta diturunkan,tetapi aku tak mengindahkan nya.
Beberapa saat kemudian, Arvan sudah selesai mandi dan sudah wangi. Aku mendudukan nya di pangkuan ku. Sementara aku bersandar di sandaran kursi. Ku pijit pelan pelipis saat rasa pusing kembali kurasa.
"Astaghfirullah..." lirih ku
"Ma...mama..." Arvan menunjuk-nunjuk ke luar.
"Iya sayang ,kita keluar ya"
Bocah itu seketika berlari," Pelan-pelan saja sayang,jangan lari-lari !" Teriak ku
Aku terdiam di ambang pintu ketika melihat Arvan sudah berada di pangkuan Mas Bayu dengan Mas Bayu yang menciumi kepala Arvan. Tak jauh ada ayah yang tengah menggunting daun-daun kering pada tanaman kesayangan nya,sementara Mang Usep tak ada. Mungkin sudah pulang.
"Wangi banget anak papa. Ganteng nya sama,sama papa " Ucap Mas Bayu,ayah menoleh ke arah mereka lalu melirik pada ku.
"Papa...papa Bau "
"Iya,sayang. Papa memang bau,kan belum mandi " Ucap Mas Bayu sambil terkekeh
Ku hela nafas sambil menggelengkan kepalaku,lalu menghampiri ibu di warung.
"Warung sepi bu ?" Tanya ku duduk di sisi nya
"Iya. Mila kamu sakit nak?" Tanya ibu lalu meraih tangan ku dan menyentuh kening ku
"Gak panas kok " Gumam ibu
"Aku gak apa-apa Bu,mungkin cuman kecapekan saja. Kalau gitu aku ...." Belum selesai ucapan ku tiba-tiba pandangan ku menggelap disertai rasa pusing yang terasa diputar-putar. Aku pun mendesis pelan hingga tubuhku oleng dan jatuh ke lantai.
"Astaghfirullah haladzim ! Mila !" Teriak ibu
"Ya Allah....Mila ! YAH.... AYAH....." suara teriakan ibu lambat laun terasa semakin menjauh dan mengecil. Hingga kemudian hilang bersamaan dengan hilang nya kesadaran ku.
*
Entah berapa lama aku tak sadarkan diri,yang pasti saat mataku terbuka aku melihat dinding berwarna putih disertai bau antiseptik yang menyengat.
"Alhamdulillah...kamu sudah bangun nak " Ucap ibu sambil menyentuh tangan ku
"Sebentar ayah panggil kan dokter dulu " Ayah hendak pergi namun Mas Bayu mencegah.
"Biar saya saja pak" Ucap nya sambil beranjak dan langsung pergi kemudian.
"Aku di rumah sakit ?" Tanya ku pelan
"Iya ,kamu di klinik 24 jam. Gimana perasaan kamu sekarang ?" tanya ibu lembut sambil memijit kaki ku
"Sedikit pusing. Arvan mana bu?" Tanya ku
"Itu,di samping kamu lagi tidur. Tadi ngerengek terus pengen sama kamu" Ucap ibu menunjuk tempat tidur di samping ku.
"Gak apa-apa Bu, Arvan di sana. Kalau dokter nya marah gimana ?" Tanya ku khawatir
"Gak apa-apa,sudah izin kok sama dokter nya. Katanya gak apa-apa daripada Arvan gak nyaman tidur nya ,lagipula tempat nya kosong " ucap ibu
"Apa kata dokter ? Aku gak sakit serius kan?" Perasaan ku mulai tidak enak ,takut jika seandainya aku mengidap suatu penyakit serius, kalau terjadi apa-apa padaku bagaimana dengan Arvan ? Dia tidak punya siapa-siapa selain aku, dan aku pun sudah berjanji apapun yang terjadi dia tetap anakku.
"Kamu tenang dulu. Dokter hanya bilang kamu mengalami anemia. Kamu nya yang banyak pikiran hingga stress,apalagi setiap malam kamu kurang tidur dan itu menjadi pemicu nya "Jawaban ayah membuat ku sedikit bisa bernafas lega.
"Syukurlah jika begitu" lirih ku. Aku pun sudah dapat menebak nya,apalagi aku memang punya riwayat anemia. Tapi darimana ayah tahu kalau hampir setiap malam aku tidak bisa tidur.
"Mila ! Ayah dan ibu tahu,kamu pasti sangat sakit hati dan terpukul dengan apa yang telah menimpa rumah tangga mu. Tapi percaya lah Allah tidak akan menguji umat nya jika umat nya tidak kuat dalam menjalani ujian Nya. Kamu tidak sendiri ada ayah ada ibu. Kita berdua selalu ada buat mu,jadi jangan simpan rasa sakit itu sendiri. Jujur ibu juga sama terpukul nya sama kamu,tapi ibu percaya setelah badai ini berlalu akan ada pelangi yang akan memberi mu warna dam kebahagiaan. Boleh sedih tapi jangan berlarut-larut ya, sayangin diri kamu sendiri "Ucap ibu panjang lebar
"Sudah lah ,jangan sedih-sedih lagi. Ingat ada Arvan yang harus kamu besarkan,jangan ingat-ingat laki-laki itu lagi,faham !" Tambah ibu dengan nada tegas
"Iya Bu. Terima kasih sudah selalu ada buat aku...."
Bersambung...