NovelToon NovelToon
MENGEJAR CINTA CEO TUA

MENGEJAR CINTA CEO TUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Beda Usia / Pelakor jahat
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Kania, gadis yang hidupnya berubah seketika di hari pernikahannya.
Ayah dan ibu tirinya secara tiba-tiba membatalkan pernikahan yang telah lama direncanakan, menggantikan posisi Kania dengan adik tiri yang licik. Namun, penderitaan belum berhenti di situ. Herman, ayah kandungnya, terhasut oleh Leni—adik Elizabet, ibu tirinya—dan dengan tega mengusir Kania dari rumah.

Terlunta di jalanan, dihujani cobaan yang tak berkesudahan, Kania bertemu dengan seorang pria tua kaya raya yang dingin dan penuh luka karena pengkhianatan wanita di masa lalu.

Meski disakiti dan diperlakukan kejam, Kania tak menyerah. Dengan segala upaya, ia berjuang untuk mendapatkan hati pria itu—meski harus menanggung luka dan sakit hati berkali-kali.

Akankah Kania berhasil menembus dinding hati pria dingin itu? Atau akankah penderitaannya bertambah dalam?

Ikuti kisah penuh emosi, duka, dan romansa yang menguras air mata—hanya di Novel Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17. MERENGGUT MAHKOTA

Sepeninggal tiga pria itu, pintu perlahan terbuka. Sosok perempuan dengan penampilan sensual melangkah masuk, lalu menutup kembali pintu dan menguncinya rapat.

Dengan senyum menggoda, ia menatap Tuan Bram yang terbaring lemah di atas pembaringan. Perlahan, kain demi kain yang melekat di tubuhnya disingkap, hingga hanya tersisa bra dan celan tipis berbentuk segitiga.

Tubuhnya merunduk, merayap mendekati Tuan Bram. Dengan gerakan penuh godaan, ia mulai membuka satu per satu kancing kemeja Tuan Bram, menggunakan bibirnya.

Desahan lirih tertahan di bibir Tuan Bram ketika kecupan hangat perempuan itu berkelana menyusuri tubuhnya. Hawa panas yang mendesak dari dalam membuatnya tak lagi mampu menahan gejolak.

Dengan tiba-tiba, Tuan Bram mencengkeram tubuh perempuan itu dan menghempaskannya dengan kasar.

Sementara itu, di depan ruang VIP, kegelisahan menyelimuti hati sekretaris Bams. Sosok Tuan Bram sama sekali tak tampak di dalam ruangan. Dengan langkah tergesa, ia masuk dan mendapati tuan Asto serta Tuan Ricardo yang masih asyik terlibat perbincangan serius.

Sekretaris Bams menanyakan keberadaan Tuan Bram kepada mereka. Kedua pria itu kompak menunjuk ke arah toilet. Tanpa pikir panjang, ia langsung bergegas, menerobos kerumunan orang.

Setibanya di sana, sekertaris Bams membuka satu per satu bilik, namun hasilnya nihil. Tak ada tanda yang menunjukkan kalau Tuan Bram ada di sana.

Sekretaris Bams semakin yakin ada sesuatu yang menimpa majikannya. Dari lorong kecil, matanya menangkap kilau sebuah benda di lantai. Ia segera mendekat, berharap menemukan petunjuk yang bisa menuntunnya pada jejak Tuan Bram.

Benar saja, benda itu adalah sebuah penjepit dasi berbahan perak, ia mengenalnya betul, milik Tuan Bram. Keyakinan sekretaris Bams kian menguat, tuan Bram sengaja menjatuhkan benda itu sebagai tanda atau pesan kalau dirinya sedang berada dalam bahaya.

Sekretaris Bams bergegas menuju pintu belakang, iya sangat yakin kalau Tuan Bram di bawa melalui jalur itu.

Tak lama, tiga orang keluar dari pintu belakang hotel. Sekretaris Bams langsung curiga kalau merekalah pelakunya. Ia berusaha mengejar, namun terlambat, ketiganya sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil dan melaju pergi.

Sekretaris Bams yakin Tuan Bram ada di dalam hotel. Tanpa ragu, ia masuk melalui pintu darurat, jalan yang digunakan ketiga orang itu keluar.

Menaiki tangga darurat, Sekretaris Bams tiba di sebuah area tersembunyi. Sebuah lorong sempit terbentang, dengan pintu-pintu berderet saling berhadapan, menyerupai kamar kos. Tempat itu memang sengaja di desain pihak hotel bagi pasangan terlarang yang ingin bersembunyi dan menghabiskan waktu tanpa takut terjaring razia.

Sekretaris Bams mulai memeriksa kamar demi kamar di sepanjang lorong. Beberapa tamu tampak terganggu, namun ia tak peduli. Langkahnya terus berlanjut, hatinya dipenuhi rasa cemas. Hingga akhirnya, hanya tersisa satu kamar, kamar terakhir sekaligus harapan terakhirnya untuk menemukan Tuan Bram.

Bruk.......

Satu tendangan keras dari Sekretaris Bams membuat pintu kamar terhempas.

Arin, perempuan yang di dalam sana sontak terkejut. Dengan panik ia meraih selimut dan menutupi tubuhnya yang telanjang. Tatapan Sekretaris Bams menatap tajam, menusuk seperti bilah pisau, seolah hendak menguliti perempuan itu.

Sekretaris Bams dengan sigap merapikan kancing baju Tuan Bram. Sebelum beranjak pergi, ia sempat menoleh dan mengancam Arin, menegaskan kalau urusan ini belum selesai.

Dengan sekuat tenaga, sekertaris Bams memapah tubuh Tuan Bram menyusuri lorong sempit, menuruni tangga darurat, hingga akhirnya berhasil membawanya keluar menuju mobil.

Beberapa orang yang melihat tuan Bram menganggapnya mabuk berat.

Mobil pun melaju menembus padatnya ibu kota. Campuran obat perangsang dengan alkohol membuat Tuan Bram benar-benar kehilangan kendali. Gelora dalam dirinya kian tak terbendung, birahi bergolak liar tanpa arah. Arin benar-benar kelewatan, menambahkan dosis yang terlampau tinggi ke dalam minuman Tuan Bram.

Sesampainya di mansion, Sekretaris Bams kembali memapah Tuan Bram keluar dari dalam mobil. Dengan isyarat, ia meminta para pelayan agar tidak memberi tahu Nyonya Marlin tentang kondisi tuan Bram.

Setibanya di depan kamar, sekertaris Bams mengetuk pintu perlahan. Pintu terbuka, Kania muncul di balik pintu.

Kania menatap heran melihat kondisi Tuan Bram yang kacau, dengan pakaian berantakan dan aroma alkohol menyengat menusuk hidung. Dengan bantuan Sekretaris Bams, Kania memapah Tuan Bram hingga terbaring di pembaringan.

Sebelum beranjak pergi, Sekretaris Bams menyerahkan sebotol cairan kepada Kania, lalu berpesan agar ia meminumkannya kepada Tuan Bram.

Sepeninggal Sekretaris Bams, Kania menuangkan cairan pemberiannya ke dalam segelas air, lalu perlahan membantu Tuan Bram untuk duduk.

Namun, saat gelas hendak didekatkan, mata Tuan Bram yang semula terpejam tiba-tiba terbuka. Tatapannya tajam, menyapu sekujur tubuh Kania dengan sorot penuh gairah.

Kania begitu ketakutan. Ia mencoba bangkit, namun tangan Tuan Bram dengan kasar menariknya kembali dan menghantamkan tubuh mungil Ke pembaringan.

Dengan paksa tuan Bram melepas kain penutup tubuh Kania hingga tak tersisa sehelai benang pun lalu melanjutkan menanggalkan pakaiannya satu-persatu.

Air mata Kania menetes, rasa sakit di ikuti cairan merah menetes diatas seprai putih. Tuan Bram tanpa ampun menyusuri lekuk tubuh Kania inci demi inci tanpa satu pun terlewatkan seperti serigala kelaparan, meninggalkan bekas merah di kulit putih itu.

Kania menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang tiada tara. Mungkin jika tuan Bram melakukan dalam keadaan sadar Kania masih bisa terima tapi ini dalam pengaruh alkohol dan obat perangsang membuat dirinya hina seperti perempuan jalang, melayani nafsu pria hidung belang.

Hampir satu jam tuan Bram meluapkan gejolak dalam hati hingga dia berteriak bak serigala malam dan terhempas di pembaringan dengan keringat membasahi seluruh tubuhnya.

Mata Kania berkunang, dunianya terasa gelap. Perlahan ia menutup mata, lalu tak lagi mengingat apa pun.

Pagi kembali menyapa, burung-burung berkicau riang di antara ranting pohon.Dari kejauhan, kokok ayam jantan turut menyambut kehangatan matahari yang mulai naik.

Kania perlahan membuka mata, kesadarannya mulai kembali. Tubuhnya terasa sakit, seakan setiap tulang belulangnya remuk tak tersisa. Tanpa terasa, air matanya menetes, mengingat kejadian semalam saat Tuan Bram merampas kehormatannya dengan paksa.

Terdengar langkah kaki mendekat. Siapa lagi kalau bukan langkah kaki Tuan Bram. Pria itu sudah mengenakan pakaian rapi, sudah siap berangkat kerja.

Di tangannya tergenggam sebuah kartu ATM. Tanpa banyak bicara, ia meletakkan kartu itu di samping Kania dan tak lupa menyebut nomor PIN disertai ucapan yang menusuk hati.

"Ini bayaranmu, cukup untuk memenuhi kebutuhanmu selama sepuluh tahun."

Tuan Bram keluar dari kamar tanpa memedulikan kondisi maupun perasaan Kania. Meski hatinya perih, Kania tersenyum, namun di balik senyuman itu ada sesuatu yang tersembunyi.

Kania turun dari pembaringan, melangkah tertatih masuk kedalam kamar mandi.

1
Trivenalaila
suka jln ceritanya, klu bisa dilanjutkan yaaa🙏🙏
Akos: akan lanjut terus KK sabar ya
total 1 replies
Ahn Mo Ne
apakah ini lagi hiatus.??
Akos: setiap hari update kk,
total 1 replies
Muna Junaidi
Hadir thor
Ayu Sasih
next ditunggu kelanjutannya kak ❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!