NovelToon NovelToon
Perjalanan Hidup Anin

Perjalanan Hidup Anin

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Dosen / Tamat
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: ummunafi

Anin adalah seorang gadis yang diusianya baru menginjak umur 17 tahun ia sudah harus melewati berbagai rintangan dan cobaan hidup. Masalah demi masalah datang silih berganti tapi ia mencoba sabar melewatinya. Hingga suatu hari Anin harus melewati ujian yang sangat berat sepanjang hidupnya. Mamanya meninggalkan ia diusianya yang masih muda dan ia harus memulai kehidupannya setelah kepergian mamanya. Akankah Anin mampu menjalani kehidupannya tanpa sang mama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummunafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Aku mendekat ke arah mama, semakin langkahku mendekat ke arah Mama, Mama menoleh ke arahku. Aku langsung mendaratkan tubuh ini di sofa di samping mama. Mas Gilang ia duduk di sofa sebelah.

Sebelum aku bicara sama mama, aku menarik nafas dan membuangnya kasar. Lalu aku menatap ke arah mama dan mas Gilang juga.

"Dia mana Anin?" tanya mama.

"Papa sudah pulang ma." ucapku sambil mengatur nafas ini biar melewati jalur normal.

"Apa yang kamu katakan sama dia Anin?" Tanya mama lagi.

"A-anin hanya mengatakan beri Anin waktu untuk bicara sama mama." ucapku dan hanya dibalas anggukan oleh mama.

Kutatap mas Gilang yang duduk di hadapan ku, aku memberinya kode seakan dia mengerti kode dariku ia berdiri.

"Ma, aku keluar bentar ya.." ucap Gilang pada mama

"Kamu mau kemana ?" Tanya mama

"Aku mau beli makan buat mama dan Anin. Udah mama tenangkan perasaan mama ya, Gilang keluar bentar." ucap mas Gilang dan ia benar-benar pergi.

Kini hanya ada aku dan mama, aku langsung memeluk mama, aku paham bagaimana tercampur aduknya perasaan mama kini.

Ahh kenapa juga papa kembali hadir, apa benar ia tulus meminta maaf.

*****

Pov Yusuf

Disebuah apartemen di kota sebelah aku bersembunyi. Polisi mengetahui keberadaanku yang sebelumya aku tempati mereka datang kesana. Maka dari itu aku memutuskan untuk bersembunyi dari kejaran polisi. Aku tidak mau ditangkap. Rencanaku untuk membawa kembali putriku belum terwujud.

Hampir sebulan aku mengurung disini. Rasanya aku sulit bergerak. Aku tahu polisi itu lincah, dia pasti juga mengirimkan anak buahnya untuk mencariku. Aku harus memikirkan satu cara agar aku bebas tidak seperti begini.

"Aku harus mendatangi Anin dan juga mamanya. Aku harus pura-pura menyesal dan meminta mereka kembali menerimaku, setelah aku berhasil masuk dikehidupan mereka lagi, nanti aku pikirkan lagi apa yang harus aku lakukan. Ya... Hanya itu caranya." gumamku sendiri sambil menatap jalanan dari jendela kamar apartemenku.

Setelah rencanaku matang, aku bersiap untuk datang kesana. Aku akan mencoba bertemu dan meminta maaf pada mereka.

Jarak dari lokasiku sekarang dengan tempat tinggal Hilda lumayan jauh. Butuh waktu sekitar 2 jam aku baru bisa tiba disana.

"Tak apalah, demi misiku aku rela. Tunggu kedatanganku istriku tercinta dan anakku tersayang."

Sedikit lagi aku hampir tiba di rumah itu. Tapi tunggu! Kenapa terlihat sepi? Seperti tidak ada orang. Tapi aku akan mencoba dulu.

Tok...tok...tok

"Hilda...ini aku mas Yusuf." ucapku tak lupa suaraku kubuat sesedih mungkin biar Hilda iba melihatku.

Tapi sampai beberapa kali aku mengetuk pintu tidak ada tanda-tanda. Saat aku hendak berbalik, aku melihat sorot cahaya lampu mobil mengarah ke rumah ini.

"Ternyata tidak ada orang didalam. Bikin capek aja." ucapku kesal. Bagaimana tidak kesal? Wajahku ini sudah kubuat sememelas mungkin berharap Hilda iba saat membuka pintu, namun ternyata yang kulakukan...ah sudahlah...

Kini Hilda mendekat, kami hanya berjarak beberapa langkah saja. Dari sorot matanya, ia tampak kaget dengan kedatanganku.

"Hilda, ini mas.." ucapku sambil berpura-pura sedih.

Namun yang kutangkap, Hilda mengacuhkan aku. Oke sabar Yusuf kamu harus sabar demi misi itu.

"Aku tau aku salah sudah meninggalkan kalian. Izinkan aku untuk memperbaiki kesalahanku. Aku ingin kita bersama lagi dan mendidik anak kita sama-sama." Semua bualan manis aku keluarkan, biarlah aku terlihat seperti remaja yang sedang menggombal kekasihnya. Aku kini bahkan berlutut agar ini bisa meyakinkan Hilda.

"Berdirilas mas, aku tak enak diliat tetangga nantinya." ucap Hilda sambil memegang bahuku. Aku mencoba berdiri dan kembali menampakkan raut sedihku.

"Aku tidak bisa memutuskan sepihak mas, aku harus bicara juga pada Anin." ucap Hilda lagi.

Namun disela-sela aku tengah berbincang, aku melihat Anin berjalan bersama seorang pria. Entah siapa dia. Mungkin kekasih dari putriku. awas saja jika aku berhasil masuk kembali kerumah ini, aku akan membuat mereka pisah.

Ini kesempatan untukku, Anin dan hilda ada di hadapanku sekarang, aku tidak peduli pada pria yang bersama Anin. Tapi dari raut wajahnya kenapa ia tampak benci padaku ya? Padahal kenal saja tidak.

"Ma, Anin, maafkan papa yang sudah meninggalkan kalian. Papa akui papa sudah sangat keterlaluan sama kalian. Papa minta maaf." ucapku sambil menatap ke arah Anin dan Hilda. Tak lupa raut muka sedih kutampakkan.

"Hah... Apa aku tidak salah dengar mas? Aku tidak bisa semudah itu kamu tipu mas. Aku sudah muak. Lebih baik kamu pergi dari sini sebelum aku membangunkan tetangga." begitu ucapan Hilda yang terucap dari mulutnya. Apakah sebenci dan semarah itu ia padaku.

Kuakui memang kesalahanku pada anak dan istriku itu kesalahan terbesar. Aku bahkan dengan tega menyakiti istriku dan disaksikan oleh putriku sendiri. Tanpa aku menyadari, jika suatu saat putriku menikah, lalu dia mendapat suami persis sepertiku, ahh tidak bisa kubayangkan.

"Ma, maafkan mas, Mas ingin memperbaiki semuanya. Mas ingin hidup bahagia dan harmonis bersama kalian. Mas merasa kehilangan kalian." ucapku lagi. Aku harus berusaha agar malam ini usahaku tidak gagal.

"Pa, Anin minta papa pergi dari sini. Kami ingin hidup tenang pa. Jangan sakiti mama lagi."Akhirnya putriku Anin mencoba bicara. Apa aku tidak salah dengar? Baru sekali berucap, putriku langsung menyuruhku pergi?

"Maaf mas, kamu yang lebih dulu meninggalkan aku dan juga putrimu." ucap Hilda. Sepertinya ini sebuah keputusan yang diambil Hilda.

Tidak! Aku tidak akan menyerah. Aku akan terus mencoba membujuknya. Kalau Hilda tidak bisa aku bujuk, aku harus bisa membujuk putriku.

"Baiklah Hilda, jika maaf itu sulit kamu beri, tapi setidaknya beri aku maaf. Aku benar-benar minta maaf."

"Anin, maafkan papa nak. papa tau papa salah. Tapi papa benar-benar merindukan kalian." ucapku lagi

"Aku tidak tahu pa. Lebih baik papa pulang dulu. Biar nanti Anin coba bicara sama mama." ucapku pada papa

"Baiklah Anin. Papa harap ada setitik kebahagiaan buat keluarga kita." ucapku sambil mengelus kepala putriku.

Aku berharap besok akan kudapatkan jawaban dari Hilda maupun Anin. Semoga mereka bisa menerimaku kembali. Karena malam ini usahaku tidak berhasil, aku memutuskan kembali ke apartemenku. Meski harus melakukan perjalanan panjang yang cukup melelahkan tapi hanya itu yang bisa kulakukan. Aku tidak mungkin bisa berdiam disini, aku bisa ketahuan.

Namun, entah kenapa rasanya kaki ini sulit kulangkahkan. Tapi sepertinya Anin memantau aku sampai benar-benar pergi. Baiklah, aku mengikutinya. Aku berpura-pura pergi seakan tak kembali tapi setelah aman aku akan kembali kesana.

Setelah kuliat Anin masuk ke dalam rumah, aku kembali mendekat. Aku ingin sekali mendengar obrolan mereka. Tapi gimana?

Namun karena tak ada yang bisa kulakukan akhirnya aku memutuskan pulang saja. Besok pagi-pagi sekali Aku akan kembali ke sini. Namun tiba-tiba seperti ada yang menahan langkahku.

Deggg!!

"Siapa kira-kira yang menahanku ini? Apakah Anin mengetahui keberadaanku? Gawat..!!" gumam dalam hati. Namun saat aku berbalik aku kaget ternyata dugaanku salah, ternyata dia pria yang membersamai putriku.

"Ka-mu?" ucapku gugup.

"Kebetulan sekali om disini." ucap bocah itu." entah apa maksudnya. Kenapa sejak pertama kuliat bocah itu, ia seperti menahan amarah dalam dirinya.

"Apa maksud kamu?" ucapku seakan tidak paham maksud perkataan bocah dihadapanku ini.

"Om kan yang sudah mencelakai Mama hingga dia kecelakaan?" ucapnya langsung tanpa berbelit-belit.

1
Yulia Aziz
semangat kak author ceritanya bagus loh....
ummunafi: Makasih sudah mampir di cerita aku kak😊
total 1 replies
awita_llu
Nah, ini baru kualitas cerita yang oke!
Rowan
Baca cerita ini kayak masuk ke dalam dunia lain, seru deh!
TheNihilist
Pokoknya 10 of 10 banget deh, mantap author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!